https://jakarta.times.co.id/
Berita

Bentrokan Dua Pekan di Perbatasan Kamboja–Thailand, Ratusan Ribu Warga Terpaksa Mengungsi

Senin, 22 Desember 2025 - 06:22
Perang Perbatasan Kamboja–Thailand Memaksa Hampir Satu Juta Orang Mengungsi Para pengungsi menerima makanan di tempat penampungan sementara di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja, di provinsi Buriram, Thailand, pada 16 Desember 2025. (FOTO: CNA/Reuters)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Bentrokan bersenjata di perbatasan Kamboja dan Thailand yang berlangsung selama dua pekan terakhir memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Hampir satu juta warga dari kedua negara terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik yang terus memanas.

Kementerian Dalam Negeri Kamboja, Minggu (21/12/2025), mencatat sedikitnya 518.611 warga Kamboja di wilayah perbatasan telah mengungsi. Sebagian besar pengungsi mengalami kesulitan berat setelah pertempuran kembali pecah dan aktivitas warga lumpuh.

Di sisi lain, pemerintah Thailand juga melaporkan lebih dari 400.000 warga di kawasan perbatasan ikut mengungsi demi menghindari dampak konflik bersenjata yang kembali berkobar.

Pertempuran antara dua negara Asia Tenggara tersebut melibatkan penggunaan tank, artileri berat, drone, hingga serangan udara. Sedikitnya 22 orang dilaporkan tewas di Thailand dan 19 orang di Kamboja akibat bentrokan tersebut.

Dalam situasi yang kian memburuk, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim mendesak Kamboja dan Thailand untuk segera mencari jalan damai. Seruan itu disampaikan menjelang pertemuan khusus ASEAN yang digelar pada Senin (22/12/2025).

Malaysia saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN sebelum estafet kepemimpinan diserahkan kepada Filipina pada Januari 2026.

“Lebih dari setengah juta warga Kamboja, termasuk perempuan dan anak-anak, kini menderita akibat pengungsian paksa dari rumah dan sekolah mereka untuk menghindari tembakan artileri, roket, dan serangan udara,” demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Kamboja.

Anwar menegaskan ASEAN akan memberikan ruang bagi kedua negara untuk berunding secara langsung. “Thailand dan Kamboja harus menjunjung tinggi dialog, kebijaksanaan, dan saling menghormati demi meredakan ketegangan serta menjaga stabilitas kawasan,” ujar Anwar, Minggu (21/12/2025).

Para menteri luar negeri ASEAN dijadwalkan bertemu hari ini untuk membahas konflik perbatasan tersebut. Anwar menyebut dirinya telah berkomunikasi langsung dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul guna mendorong penyelesaian damai.

“Pertemuan ini akan menjadi platform yang konstruktif bagi kedua pihak untuk bernegosiasi terbuka dan mencari solusi yang adil serta berkelanjutan,” kata Anwar.

Tuduhan Perluasan Serangan

Kamboja menuduh Thailand memperluas operasi militernya hingga jauh melampaui wilayah sengketa. Mengutip laporan Khmer Times, pasukan Thailand disebut mengerahkan infanteri yang didukung artileri, tank, serta kendaraan lapis baja ke wilayah Kamboja, disertai serangan udara dan laut di sepanjang perbatasan sepanjang sekitar 800 kilometer.

Serangan-serangan tersebut dilaporkan menghancurkan jembatan, sekolah, serta permukiman warga, memaksa ratusan ribu orang mengungsi. Bentrokan telah meluas ke sejumlah kota padat penduduk, termasuk Poipet dan Serei Saophoan di Provinsi Banteay Meanchey, Preah Vihear, Samraong di Oddar Meanchey, hingga kota pesisir Khemarak Phoumint di Provinsi Koh Kong.

Kamboja juga menuding militer Thailand menargetkan wilayah sipil, termasuk bangunan komersial dan sebuah sekolah dasar di Distrik Thmar Da, Provinsi Pursat.

Menurut pejabat Kamboja, pada Jumat malam sekitar pukul 22.58, jet tempur F-16 Thailand membombardir area Jembatan O’Chik di Provinsi Oddar Meanchey, menghancurkan akses vital di perbatasan dengan Provinsi Siem Reap.

Pemerintah Kamboja mengecam keras aksi tersebut dan menyerukan komunitas internasional untuk segera mengambil langkah menghentikan agresi militer Thailand.

Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand mengakui serangan udara di Jembatan O’Chik. Thailand beralasan jembatan itu digunakan sebagai jalur pasokan logistik bagi pasukan Kamboja di garis depan.

Menurut pihak militer Thailand, penghancuran jembatan bertujuan menghambat pergerakan personel dan peralatan militer Kamboja, sekaligus memperkuat posisi pasukan Thailand di wilayah sengketa seperti Prasat Ta Kwai dan Bukit 350 di Distrik Phanom Dong Rak, Surin.

Sengketa Lama dan Desakan Gencatan Senjata

Konflik Kamboja–Thailand berakar pada sengketa batas wilayah sejak era kolonial, termasuk klaim atas sejumlah situs candi kuno di kawasan perbatasan. Ketegangan serupa pernah pecah pada Juli lalu dan menewaskan puluhan orang.

Sejumlah negara dan lembaga internasional, termasuk China, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, telah menyerukan gencatan senjata. AS dan China secara terpisah mendorong penghentian konflik menjelang pertemuan khusus ASEAN hari ini.

Pertemuan tersebut dipimpin Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan sebagai tindak lanjut kesepakatan awal yang dicapai pada 11 Desember lalu.

“Forum ini akan menjadi wadah bagi para menteri luar negeri ASEAN untuk bertukar pandangan mengenai situasi terkini antara Kamboja dan Thailand,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Malaysia. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.