TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sejarah hari ini mencatat peristiwa demokrasi penting di Malaysia. Pada 31 Oktober 2003, Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, telah menyerahkan kekuasaan dan mengundurkan diri setelah 22 tahun menjabat. Sementara itu di India, pada 31 Oktober 1984, Perdana Menteri India Indira Gandhi tewas tertembak di New Delhi.
2003: Mahathir Mohamad Mundur sebagai Perdana Menteri Malaysia
Mahathir Mohamad, memberikan pidato usai menerima Anugerah Tanda Kehormatan Star of Soekarno di Jakarta, Minggu (27/9/2005). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
31 Oktober 2003 menjadi hari bersejarah bagi Malaysia. Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang sudah 22 tahun menjabat secara resmi mengundurkan diri.
"Saya menjalani hari saya. Sekarang giliran orang lain," katanya kepada wartawan. "Saya memiliki 22 tahun. Saya tidak bisa mengeluh," ucapnya seperti dikutip dari BBC.
Serah terima berlangsung pada upacara di Istana Nasional, disiarkan langsung di televisi. Raja Malaysia, Syed Sirajuddin Putra Jamalullail, melantik Abdullah Badawi sebagai perdana menteri negara berikutnya.
Sebelumnya, pria kelahiran 10 Juli 1925 ini sudah mengumumkan pengunduran dirinya pada Juni 2002. Dia setuju untuk tetap menjabat sebagai perdana menteri hingga 31 Oktober untuk memudahkan transisi ke penggantinya, Abdullah Badawi.
Mahathir telah memimpin Malaysia selama hampir setengah sejarahnya sejak kemerdekaan pada tahun 1957. Pada saat itu, ia telah mengawasi transformasi Malaysia dari negara industri terpencil menjadi negara industri yang terbang tinggi.
Mahathir juga tidak lepas dari kontroversi, termasuk pemecatan mendadak dan penangkapan mantan Wakil Perdana Menteri, Anwar Ibrahim.
Anwar dipenjara selama enam tahun pada tahun 1999 atas tuduhan korupsi, dan diberikan hukuman sembilan tahun lagi pada tahun 2000 atas tuduhan sodomi. Anwar mengklaim kedua tuduhan itu bermotif politik.
Pada 2018, Mahathir membuat kejutan. Ia mencetak kemenangan bersejarah di Pemilu Malaysia 2018. Koalisi Pakatan Harapan yang dipimpinnya memenangkan 115 kursi parlemen, melebihi ambang batas 112 kursi yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
Kemenangan Mahathir mengakhiri dominasi Barisan Nasional, yang telah memerintah Malaysia selama lebih dari 60 tahun. Itu berarti, mantan anak didiknya, Najib Razak juga harus lengser dari jabatan perdana menteri.
Pada 10 Mei 2018, Mahathir dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia untuk kali keduanya, di usia 92 tahun. Pada Februari 2020 Mahathir mengundurkan diri dan posisi Perdana Menteri Malaysia digantikan Muhyiddin Yassin.
1984: Perdana Menteri India Indira Gandhi Ditembak mati
Perdana Menteri India Indira Gandhi. (foto: wikipedia)
Indira Gandhi, Perdana Menteri India, tewas ditembak pembunuh pada 21 Oktober 1984.
Dikutip dari BBC, Indira Gandhi ditembak di kebunnya saat jalan-jalan pagi. Dia dibawa ke Rumah Sakit Medis All India di mana dia menjalani operasi darurat untuk mengeluarkan peluru tetapi meninggal satu setengah jam kemudian.
Laporan awal menunjukkan dua penyerang adalah penjaga di rumahnya yang kemudian ditembak oleh petugas keamanan lainnya.
Tidak ada motif pasti yang diketahui tetapi diyakini pasangan itu adalah ekstremis Sikh yang bertindak sebagai pembalasan atas penyerbuan kuil suci Sikh di Kuil Emas di Amritsar pada bulan Juni.
Indira Gandhi telah menerima ancaman pembunuhan sejak serangan di kuil yang menewaskan 1.000 orang.
Malam sebelum kematiannya, dia mengatakan pada rapat umum politik: "Saya tidak keberatan jika hidup saya mengabdi pada negara. Jika saya mati hari ini, setiap tetes darah saya akan menyegarkan bangsa."
1941: Monumen Nasional Gunung Rushmore
Monumen Nasional Gunung Rushmore di Black Hills South Dakota Amerika Serikat selesai dibangun pada 31 Oktober 1941.
Setelah hampir 15 tahun proses pembangunan, Monumen Nasional Gunung Rushmore di Black Hills South Dakota Amerika Serikat selesai dibangun pada 31 Oktober 1941. Monumen ini menampilkan patung kolosal kepala Presiden George Washington, Thomas Jefferson, Theodore Roosevelt, dan Abraham Lincoln. (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |