TIMES JAKARTA, JAKARTA – Penyakit endemik cacar monyet (monkeypox) di beberapa bagian Afrika telah terdeteksi di Australia, dan beberapa negara Eropa di antaranya Prancis, Belgia dan Jerman yang melaporkan kasus pertama serta di Amerika Utara.
Monkeypox seperti dilansir Al Jazeera, diidentifikasi pada seorang pria berusia 29 tahun di wilayah Ile-de-France, Paris, yang belum lama ini kembali dari negara tempat virus itu beredar, kata otoritas kesehatan Prancis, Jumat.
Secara terpisah, lembaga mikrobiologi angkatan bersenjata Jerman juga mengatakan telah mengkonfirmasi virus pada pasien yang telah mengembangkan lesi kulit, gejala penyakit.
Sementara itu di Belgia, ahli mikrobiologi, Emmanuel Andre mengkonfirmasi dalam tweetnya, bahwa lab Universitas Leuven telah mengkonfirmasi kasus kedua dari dua kasus di negara itu, pada seorang pria dari Flemish Brabant.
Dengan meningkatnya jumlah kasus yang terdeteksi di beberapa negara Eropa, badan kesehatan Jerman, Robert Koch Institute telah mendesak orang-orang yang kembali dari Afrika Barat untuk segera menemui dokter mereka jika mereka melihat ada perubahan pada kulit mereka.
Penyakit langka ini, yang biasanya tidak fatal, sering bermanifestasi melalui demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, kelelahan, dan ruam seperti cacar air di tangan dan wajah.
Virus bisa ditularkan melalui kontak dengan lesi kulit dan tetesan orang yang terkontaminasi, serta melalui barang-barang bersama seperti tempat tidur dan handuk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang mencermati masalah ini dan khususnya bahwa beberapa kasus di Inggris tampaknya telah ditularkan di dalam komunitas gay.
Kasus cacar monyet juga telah terdeteksi di Italia, Portugal, Spanyol dan Swedia serta di Australia, Amerika Serikat dan Kanada, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa penyakit tersebut, yang biasanya terkonsentrasi di Afrika Tengah dan Barat, akan bisa menyebar.
Menurut WHO, cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit endemik asal Afrika yang saat ini mulai terdeteksi di beberapa bagian negara Eropa, Australia, dan Amerika Utara itu biasanya hilang setelah dua hingga empat minggu. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |