TIMES JAKARTA – Pameran fotografi bertajuk Nest to Meet You karya Anang Batas digelar di Sangkring Art Space, Jalan Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, pada 12–28 April 2025. Pameran ini menyuguhkan 54 foto dari 33 jenis burung dengan tema “aktivitas burung di sarang”.
“Ini saya pameran foto yang bertema ‘aktivitas burung di sarang’, total ada 33 jenis burung dengan 54 buah foto. Saya kasih judul Nest to Meet You,” ujar Anang Batas, Sabtu (12/3/2025).
Sebagai seniman yang dikenal lewat humor dan plesetan, Anang mengemas pesan konservasi dengan pendekatan jenaka namun bermakna. “Karena saya kan dikenal komedian plesetan, orang plesetan. Saya kasih plesetan dan komedi yang selama ini. Plesetan dan komedi, pelestarian dan konservasi melalui digital,” katanya.
Tentang judul pameran, ia menjelaskan bahwa plesetan tersebut sarat makna. “Kenapa Nest to Meet You, ini kan plesetan dari nice to meet you. Itu kan ungkapan seseorang yang telah selesai pertemuan bahwa ini mudah-mudahan menjadi kesan yang baik. Saya membalik nice to meet you, kan sarang awal pertemuan,” ungkapnya.
Anang berharap masyarakat bisa melihat lebih dalam tentang kehidupan burung dari sarangnya. “Saya mencoba yang pertama, mempertemukan sarang itu kepada masyarakat supaya tahu. Dan kedua, pertemuan burung di bayi-bayi burung, pertemuan dengan dunia yang harapan kita menjadi perjalanan dan memiliki kesan yang baik,” ujarnya.
Namun, ia menyadari bahwa perjalanan hidup burung tidak selalu berjalan mulus. “Meskipun pada prakteknya burungnya itu belum tentu berhasil. Bisa jadi karena predator, karena alam, bisa jadi karena ulah manusia. Sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan hidupnya,” kata Anang.
“Melalui pameran ini, saya kasih judul Nest to Meet You, itu harapannya benar-benar dari sarang menjadi perjalanan hidup yang baik untuk si burung itu. Karena toh burung itu indikator kehidupan,” lanjutnya.
Anang juga menyinggung pentingnya lingkungan yang sehat bagi kehidupan burung. “Suatu tempat ada burung banyak pasti dia lingkungan bagus, air, udara, kehidupan nyaman. Jadi sebenarnya alasan dengan tema sarang burung itu pesan ke situ. Terus semakin ke sini harga tanah, rumah semakin mahal, belum tentu setiap orang tentu punya rumah, dan tentu juga menurut berefek kepada burung,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan kritik sosial tentang perburuan burung. “Orang selalu memusuhi pemburu, tapi bukan memusuhi pemburu, tetapi memusuhi pemburuan. Kalau bicara pemburu, itu pertemuan orang kecil dengan orang kecil yang demi memuaskan orang yang punya uang,” tegasnya.
“Burung itu secara fisik kecil, orang yang menangkap burung sosial ekonomi kecil. Dia demi memuaskan dan membahagiakan orang yang punya uang. Orang yang punya kekuasaan. Harapannya ayo lah bisa sama-sama memahami kedua belah pihak, intinya itu aja,” tambahnya.
Untuk menghasilkan karya-karya ini, Anang melakukan survei dan pemotretan selama sekitar tiga tahun. “Survei motret sekitar 3 tahun, paling banyak di Jatimulyo, Kulonprogo; Purwosari, Kulonprogo; ada dari Banyumas, Temanggung Jawa Tengah; dan Lumajang Jawa Timur,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Edy Setyawan |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |