TIMES JAKARTA, JAKARTA – Di tengah perbatasan Belu, Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan negara Timor Leste, Satgas Yonif 742/SWY Pos Nananoe telah meluncurkan inisiatif luar biasa untuk merajut harapan warga setempat ke masa depan. Upaya mereka bukan hanya sekadar menjaga keamanan wilayah, tetapi juga mengubah wajah pendidikan di daerah terpencil. 

Sebuah kisah inspiratif yang menunjukkan kesungguhan dalam mencerahkan generasi penerus bangsa.

Komitmen Satgas Pos Nananoe dipimpin oleh Letda Inf Mahandiva Archi Arrachman, S.Tr.(Han) membawa angin segar bagi masyarakat Desa Duabesi di Kecamatan Nanaet Duabesi. 

Saat menapaki ruang kelas SMP Satap Tubaki, mereka menemui tempat pendidikan yang jauh dari kata layak. Namun, dengan tangan terbuka dan semangat tinggi, mereka memulai perubahan yang berarti.

Pengerjaan dimulai dari ruang kelas tanpa dinding, transformasi dimulai dengan pemasangan dinding, pengecatan ulang, renovasi atap, hingga pengecoran lantai. 

"Dari total 3 ruang kelas itulah, ada satu ruang kelas yang bahkan tanpa dinding jadi seperti ruang kelas terbuka. Sesuai skala prioritas itulah, melalui koordinasi dengan pemerintah dan tokoh masyarakat setempat dan arahan Dansatgas, kami melakukan perbaikan," kata Letda Inf Archi.

Langkah-langkah ini dilakukan dengan harapan bahwa siswa-siswi tidak akan terganggu saat hujan dan cuaca buruk melanda. Keinginan mereka adalah menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan inspiratif.

Tidak hanya itu, keterlibatan masyarakat setempat dalam proses renovasi menjadi luar biasa. Semangat gotong royong yang terpancar dari hati masyarakat Nananoe menjadi daya dorong yang luar biasa bagi Satgas Yonif 742/SWY. 

"Dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat menjadi kunci kesuksesan dalam pengerjaan pembangunan sekolah itu," ungkapnya.

Letda Inf Archi pun tidak melupakan pentingnya sisi kemanusiaan dalam upaya mereka. Keberadaan mereka di desa menjadi sinar harapan bagi masyarakat yang merasa terpinggirkan. 

Kebahagiaan yang terpancar dari wajah masyarakat setempat menjadi bukti bahwa bantuan yang diberikan tidak hanya berupa fisik, tetapi juga membangun semangat dan optimisme.

Dibalik setiap lapisan dinding yang mereka bangun, tersemat nilai-nilai kebersamaan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Proyek renovasi ruang kelas bukan hanya sekedar pembangunan fisik, tetapi juga penyemangat bagi para pelajar perbatasan untuk terus bergelut dalam mengejar mimpi-mimpi mereka.

Kesedihan dan sulitnya akses infrastruktur yang selama ini menghambat pendidikan para pelajar perbatasan, kini berangsur memudar. Meskipun tantangan infrastruktur masih terasa, keberadaan Satgas Yonif 742/SWY telah membuka jalan baru menuju pendidikan yang lebih baik di wilayah terpencil.

Mendengar cerita Letda Inf Archi yang sarat empati terhadap pelajar perbatasan, kita diajak untuk merenung. Bahwa perubahan tidak selalu datang dari langit, tetapi dari kerja keras, kebaikan hati, dan semangat kebersamaan. Dan melalui upaya yang terus-menerus, hasil yang gemilang bisa diraih.

Jalur pendidikan di perbatasan Belu kini menggelayuti harapan-harapan baru. Renovasi ruang kelas hanyalah awal dari serangkaian upaya besar yang akan dilakukan oleh Satgas Yonif 742/SWY. Harapan akan memiliki MCK yang layak dan ruang guru yang memadai menjadi tonggak berikutnya dalam transformasi pendidikan di daerah terpencil.

Dengan penuh semangat, Satgas Pos Nananoe melangkah maju, menjadikan pendidikan sebagai fondasi perubahan yang menginspirasi. Semoga kisah ini menjadi cahaya bagi perubahan positif di perbatasan, memotivasi semua pihak untuk ikut berperan dalam membangun masa depan yang lebih cerah. (*)