TIMES JAKARTA, JAKARTA – Salah seorang sprinter terkenal asal Ekuador, Alex Quiñónez, 32, ditembak mati pada Jumat malam. Motifnya masih belum jelas.

Peraih medali perunggu dalam Kejuaraan Dunia Atletik 200 meter ini, seperti dilansir BBC, ditembak bersama dengan orang lain di luar sebuah pusat perbelanjaan di kota Guayaquil.

Penghormatan telah mengalir untuk Quiñónez yang digambarkan oleh federasi atletik Ekuador sebagai sprinter terhebat di negara itu.

Presiden Guillermo Lasso men-tweet belasungkawa. Ia juga berjanji bahwa mereka yang berada di balik pembunuhan itu akan ditemukan dan dihukum.

"Semoga dia beristirahat dengan tenang. Mereka yang merenggut nyawa warga Ekuador tidak akan dibiarkan tanpa hukuman," tegasnya.

Peristiwa itu terjadi setelah memberlakukan keadaan darurat Nasional selama 60 hari sejak hari Senin sebagai tanggapan atas gelombang kejahatan dengan kekerasan.

Angka resmi menunjukkan jumlah pembunuhan dalam delapan bulan pertama tahun ini mencapai dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu.

"Dengan sangat sedih, kami mengkonfirmasi pembunuhan olahragawan kami Alex Quiñónez," kata Kementerian Olahraga mengumumkan di Twitter.

"Kami telah kehilangan seorang olahragawan hebat, seseorang yang memungkinkan kami untuk bermimpi, yang menggerakkan kami. Dia adalah sprinter terhebat yang dihasilkan negara ini."

Quiñónez memenangkan perunggu dalam 200 meter di Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar. Dia diskors sebelum Olimpiade Tokyo karena "pelanggaran kewajiban keberadaannya".

Ini adalah pembunuhan kedua seorang atlet internasional bulan ini.

Sebelumnya, Agnes Tirop, pelari Kenya yang baru-baru ini memecahkan rekor dunia road race 10km khusus putri, juga ditikam hingga tewas di rumahnya. Suaminya telah ditangkap karena diduga sebagai pelaku pembunuhannya.

Kini sprinter terkenal asal Ekuador, Alex Quiñónez, 32, juga ditembak mati pada Jumat malam dengan motif yang masih belum jelas. (*)