TIMES JAKARTA, JAKARTA – Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia, sebuah momentum untuk merayakan kontribusi perempuan di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan teknologi.
Pada tahun 2025 ini, peringatan tersebut semakin relevan ketika kita membahas peran perempuan dalam penerapan koding dan kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Di era digital, koding dan AI bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, melainkan kebutuhan mendasar dalam dunia pendidikan. Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan AI yang diterbitkan oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia pada Februari tahun 2025 menekankan bahwa integrasi koding dan AI dalam kurikulum bertujuan untuk meningkatkan literasi digital, berpikir komputasional, analisis data, serta pemahaman etika teknologi.
Urgensi penerapan koding dan AI semakin meningkat dengan munculnya Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0, yang menuntut sumber daya manusia unggul dalam keterampilan digital. Tanpa literasi digital yang memadai, generasi muda akan kesulitan bersaing di dunia kerja yang semakin berbasis teknologi.
Oleh karena itu, pemerintah telah menyusun kebijakan kurikulum yang memungkinkan integrasi koding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan serta dalam bentuk ekstrakurikuler.
Data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek menunjukkan bahwa pada semester ganjil Tahun Ajaran 2022/2023, terdapat 3,3 juta guru di seluruh Indonesia. Dari total populasi guru nasional, sebanyak 2,36 juta orang atau 70,84% adalah perempuan.
Sementara jumlah guru laki-laki sebanyak 972,05 ribu orang atau 29,16% (databoks.katadata.co.id). Dengan peran strategis ini, perempuan memiliki kesempatan besar untuk menjadi agen perubahan dalam penerapan koding dan AI di sekolah.
Perempuan dapat berperan sebagai pendidik yang melek teknologi, memperkenalkan konsep koding dan AI kepada siswa sejak dini. Dalam Kurikulum Merdeka, pendekatan pembelajaran berbasis proyek dan pemecahan masalah sangat didorong dalam pembelajaran koding dan AI.
Selain itu, banyak perempuan akademisi dan praktisi pendidikan yang berkontribusi dalam perancangan kurikulum AI dan koding, termasuk dalam penyusunan Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan AI.
Perempuan juga dapat mendorong kebijakan pendidikan yang berbasis teknologi, memastikan bahwa anak perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mempelajari teknologi digital.
Keberadaan perempuan dalam bidang teknologi menginspirasi anak-anak perempuan untuk berani mengeksplorasi dunia STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Program seperti "Girls Who Code" dapat menjadi inspirasi bagi pendidikan di Indonesia.
Meski peran perempuan dalam penerapan koding dan AI di sekolah sangat penting, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti kurangnya akses pelatihan teknologi bagi guru perempuan, stereotip bahwa teknologi adalah bidang laki-laki, dan minimnya kebijakan yang mendukung perempuan di bidang teknologi pendidikan.
Solusi yang dapat diambil antara lain menyelenggarakan lebih banyak pelatihan koding dan AI khusus bagi guru perempuan, meningkatkan representasi perempuan dalam bidang STEM, memberikan insentif bagi anak perempuan untuk belajar teknologi, dan memastikan bahwa kebijakan pendidikan digital mengakomodasi keterlibatan perempuan sebagai tenaga pendidik dan pembuat kebijakan.
Hari Perempuan Sedunia 2025 adalah momentum bagi kita untuk mengakui dan mendukung peran perempuan dalam pendidikan digital. Dengan semakin banyaknya perempuan yang berperan dalam penerapan koding dan AI di sekolah, kita tidak hanya membangun generasi yang lebih siap menghadapi masa depan, tetapi juga menciptakan dunia yang lebih inklusif dalam bidang teknologi.
Dukungan terhadap perempuan dalam dunia pendidikan dan teknologi sangat penting, karena masa depan pendidikan digital bergantung pada inovasi dan dedikasi semua pihak, termasuk para perempuan pendidik dan profesional di bidang teknologi.
***
*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |