TIMES JAKARTA, JAKARTA – Masjid bukan sekadar tempat ibadah yang dihiasi dengan ornamen dan arsitektur yang indah, tapi juga memiliki multifungsi sebagaimana zaman nabi. Perlu adanya revitalisasi fungsi melalui program kreatif dan inovatif agar masjid tidak hanya tempat ibadah saja, tapi bisa menjadi wadah generasi muda dalam menuangkan ide dan gagasan yang inspiratif serta menjadi tempat yang aman, nyaman dan jauh dari kekerasan.
Keberadaan Masjid mempunya peran yang signifikan dalam pemberdayaan umat dan penanaman nilai-nilai religius khususnya bagi generasi muda. Masjid bisa menjadi wadah dalam menggali potensi diri dan pembentukkan karakter religius dalam menyongsong generasi emas Indonesia 2045 nanti.
Dalam sejarah, Nabi menjadikan Masjid sebagai pusat peradaban, mengkaji ilmu pengetahuan, tempat diskusi beragam isu dan permasalahan, menentukkan strategi, bertukar ide dan gagasan, dan tumbuhnya insan berkarakter mulia yang cinta ilmu pengetahuan.
Ironisnya, kini sebagian masjid lebih banyak berfungsi sebagai tempat ibadah yang sepi program, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, masjid yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman kini menjadi tempat persekusi dan kekerasan.
Dalam sebuah hadits riwayat al-Bukhari ketika Ibnu Umar bermalam di masjid ada seekor Anjing yang datang dan pergi bahkan kencing, namun Nabi tidak mengusirnya dengan kekerasan dan menghinanya.
Begitu juga hadits yang lain, dari Anas bin Malik pernah berkata ada seorang Arab Badui datang memasuki Masjid lalu kencing. Setelah selesai, Nabi menasehatinya dengan lembut dan bijaksana.
Pada masa Nabi, di belakang Masjid ada tempat sederhana yang sering dijadikan tempat diskusi dengan umat Islam yang miskin dan tidak memiliki rumah. Tempat itu ditinggali oleh ash-Shuffah atau dikenal Ahlusshuffah.
Nabi kerap kali ngobrol dengan mereka sambil memberikan siraman rohani. Nabi tidak mengusirnya tapi merangkul dan memuliakannya.Ini menjadi bagian dari sejarah spiritual umat Islam tentang kasih sayang, kepedulian sosial, dan kemanusiaan.
Masjid Nabawi saat itu bukan hanya tempat shalat, tetapi juga ruang diskusi, pengadilan, ruang sosial, tempat belajar, hingga menyusun strategi dalam segala bidang. Masjid menjadi rumah Allah yang menenangkan dan pembentukkan karakter umat.
Sungguh prihatin mendengar berita di Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara sekelompok warga yang melakukan pengusiran seorang remaja yang tertidur di Masjid dengan menggunakan kekerasan hingga berujung pada kematian.
Tragedi ini amat memilukan dan menjadi perhatian umat Islam. Peritiwa ini mencoreng makna sakral rumah Allah. Masjid yang seharusnya menjadi tempat paling aman dan teduh, bukan ruang ketakutan atau kekerasan.
Masjid saat ini perlu di revitalisasi agar fungsinya lebih hidup dan luas. Melalui program kreatif kreatif dan inovatif, Masjid bukan saja aman dan yaman, tapi proses penanaman nilai-nilai Islam yang luhur yang akan melahirkan para ilmuwan dan ulama yang taat kepada Allah yang memiliki karakter religius yang disertai akhlak luhur.
Banyak masjid saat ini belum sepenuhnya hidup secara kreatif. Aktivitasnya sebatas ibadah rutin dan peringatan hari besar Islam. Padahal, potensi masjid sebagai ruang pemberdayaan umat sangat besar. Masjid menjadi wadah dalam menampung kreativitas, ide dan gagasan yang inovatif.
Menurut Ahmad Rifa’I (2022) bahwa pencapaian peradaban umat saat ini berangkat dari masjid menjadi pusat peradaban. Masjid bisa menjadi beragam kegiatan seperti pelatihan keterampilan, workshop kewirausahaan, bimbingan belajar, hingga pelatihan teknologi digital agar jamaah memiliki kemampuan hidup yang mandiri dan berdaya.
Generasi muda, khususnya Gen Z, perlu disentuh dengan cara yang lebih kekinian dan relevan agar mereka bisa berdaya guna dan cinta masjid. Masjid bisa menjadi sarana dalam pembelajaran seperti bimbel, kursus, seminar, worskhop, dan pelatihan pengembangan diri atau kegiatan sosial kreatif yang dekat dengan dunia anak muda.
Melalui pendekatan ini, masjid bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang aktualisasi diri yang menyenangkan. Dengan demikian, lahirlah generasi emas yang religius dan produktif, bukan generasi cemas yang kehilangan arah di tengah derasnya arus digital.
Karena itu, revitalisasi masjid menjadi keniscayaan. Pengurus masjid harus lebih kreatif, terbuka, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Masjid perlu kembali menjadi ruang aman, nyaman, dan inspiratif, jauh dari kekerasan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi.
Dari data Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama bahwa Masjid di Indonesia yang tersebar pada tahun 2024 berjumlah 663.729. Dewan Masjid Indonesia (DMI) bahkan lebih banyak lagi sekitar 800.000 masjid. Setiap masjid mempunyai keragaman arsitek dan ornamen yang berbeda-beda.
Jika Masjid di Indonesia begitu banyak, maka revitalisasi Masjid menjadi keharusan agar Masjid memiliki peran signifikan dalam mencerdaskan umat, ramah bagi generasi muda dan memiliki peran dalam mewujudkan generasi emas 2024.
Kejadian di Masjid Agung Sibolga menjadi pelajaran bagi pengurus Masjid agar me-revitalisasi kembali fungsi masjid melalui program yang lebih kreatif dan inovatif serta menjadi tempat yang aman dan menyenangkan serta jauh dari kekerasan. Dengan begitu, masjid akan menjadi rumah yang tidak hanya disucikan, tetapi juga mencerdaskan, menumbuhkan kasih sayang, dan menyalakan semangat peradaban.
***
*) Oleh : Deni Darmawan, Da’I MUI, Trainer Pojok Literasi Sekolah dan Pengisi Kajian Peradaban Islam.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Hainorrahman |