https://jakarta.times.co.id/
Opini

Piala Dunia dan Ambisi Kosong Sepak Bola Indonesia

Minggu, 12 Oktober 2025 - 18:51
Piala Dunia dan Ambisi Kosong Sepak Bola Indonesia Ruben Cornelius, Akademisi, Peneliti, dan Pengamat Politik.

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ambisi Indonesia tampil di panggung Piala Dunia 2026 kerap digaungkan dengan lantang, namun semakin hari terasa seperti gema tanpa arah. Di balik slogan optimisme dan kampanye penuh semangat, publik mulai sadar bahwa proyek besar ini lebih menyerupai panggung politik ketimbang peta jalan olahraga. 

Pertanyaan mendasar pun mencuat: apakah sepak bola Indonesia benar-benar sedang dibangun untuk berprestasi, atau sekadar untuk membangun citra para elit yang berkuasa?

Langkah naturalisasi pemain asing seolah menjadi obat mujarab yang ditawarkan untuk mengangkat performa timnas. Namun realitasnya, ini hanyalah jalan pintas yang menutupi kegagalan pembinaan pemain lokal. 

Indonesia kini bergantung pada pemain naturalisasi di posisi-posisi vital, sementara pemain muda berbakat seperti Witan Sulaeman, Marselino Ferdinan, atau Ronaldo Kwateh kerap kehilangan kesempatan bermain reguler di liga kompetitif.

Ketergantungan ini adalah sinyal kegagalan sistemik. Naturalisasi seharusnya menjadi pelengkap, bukan fondasi. Ketika pembinaan usia dini lemah, kompetisi tidak profesional, dan infrastruktur latihan tidak mendukung, maka kehadiran pemain impor hanyalah ilusi kekuatan bukan bukti kemajuan.

Formasi timnas yang sering berubah 4-3-3, 4-2-3-1, atau bahkan 5-4-1 menunjukkan absennya filosofi permainan nasional. Pelatih sering menyesuaikan strategi berdasarkan lawan, bukan pada karakter dan kekuatan tim sendiri. 

Pola permainan terlihat reaktif, bukan proaktif. Transisi yang lambat, miskomunikasi antar-lini, hingga serangan yang mudah ditebak menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki “DNA permainan” yang kokoh.

Negara-negara maju di sepak bola Asia seperti Jepang atau Korea Selatan membangun filosofi permainan sejak usia muda konsisten, terukur, dan jangka panjang. Indonesia justru sibuk gonta-ganti pelatih, formasi, dan target jangka pendek yang lebih mirip proyek politik daripada rencana prestasi.

Tidak ada timnas kuat tanpa liga domestik yang sehat. Liga 1 Indonesia masih diwarnai ketimpangan kualitas antar-klub, jadwal yang amburadul, dan manajemen yang belum profesional. 

Pemain muda potensial terjebak dalam kompetisi yang minim tekanan dan tanpa pembinaan modern. Klub lebih sibuk bertahan dari krisis finansial ketimbang membangun akademi.

Di sisi lain, sistem pengawasan dan pelatihan pelatih (coaching development) hampir tidak ada arah yang jelas. Ketika Jepang dan Korea Selatan membangun sistem akademi terintegrasi dengan kurikulum nasional, Indonesia masih berdebat soal siapa yang pantas duduk di kursi PSSI.

Politik Lapangan Hijau

Masalah utama sepak bola Indonesia bukanlah taktik atau fisik, melainkan politik. Posisi ganda Ketua PSSI yang juga menjabat Menteri Olahraga adalah potret nyata konflik kepentingan yang menghambat profesionalisme. Keputusan strategis seringkali diwarnai kepentingan pencitraan bukan prestasi.

Rotasi pelatih yang terlalu sering, pengumuman proyek ambisius tanpa evaluasi, hingga kebijakan dadakan untuk menyenangkan sponsor dan publik adalah bentuk intervensi politik dalam olahraga. Sepak bola seharusnya dijalankan dengan visi profesional, bukan sebagai panggung popularitas pejabat.

Klaim bahwa Indonesia “siap menuju Piala Dunia” kini terdengar seperti narasi yang menghibur diri. Semangat nasionalisme memang penting, tetapi tidak bisa menggantikan kerja keras dan perencanaan jangka panjang. Prestasi olahraga bukan dibangun dari mimpi dan pidato, melainkan dari sistem yang berfungsi.

Indonesia memiliki bakat besar, tetapi bakat tanpa struktur hanya melahirkan kekecewaan. Jika pembinaan, filosofi permainan, dan manajemen tetap berjalan dengan pola lama, maka cita-cita Piala Dunia 2026 hanyalah fatamorgana yang dipoles dengan propaganda politik.

Jalan Panjang Menuju Prestasi

Jika ingin benar-benar berubah, reformasi sepak bola Indonesia harus menyentuh akar persoalan. Pembinaan pemain muda harus menjadi prioritas dengan sistem akademi modern, bukan sekadar turnamen dadakan. Teori Human Capital menegaskan bahwa investasi berkelanjutan pada pengembangan individu adalah kunci lahirnya performa optimal.

Selain itu, filosofi permainan nasional harus didefinisikan secara jelas dan diterapkan dari tingkat junior hingga senior. Model Long-Term Athlete Development (LTAD) membuktikan bahwa konsistensi dalam pembinaan membentuk identitas permainan dan ketahanan mental pemain.

Liga domestik pun harus direstrukturisasi dengan standar profesional internasional. Tanpa kompetisi yang sehat, mustahil melahirkan pemain yang tangguh. Dan yang tak kalah penting: politik harus keluar dari lapangan hijau. PSSI dan Kemenpora tidak boleh menjadi satu ruang yang bercampur antara kebijakan publik dan strategi olahraga.

Sepak bola Indonesia kini berdiri di titik kritis. Antara menjadi bangsa yang membangun prestasi dari fondasi kuat, atau bangsa yang terus menjual mimpi untuk kepentingan kekuasaan.

Piala Dunia 2026 memang simbol ambisi besar, tetapi tanpa perubahan struktural, ia hanyalah ambisi kosong. Indonesia butuh keberanian untuk mereformasi, bukan sekadar euforia sesaat. Karena di lapangan hijau, prestasi tidak lahir dari pidato pejabat melainkan dari keringat, sistem, dan kejujuran dalam membangun masa depan sepak bola nasional. (*)

***

*) Oleh : Ruben Cornelius, Akademisi, Peneliti, dan Pengamat Politik.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.