https://jakarta.times.co.id/
Kopi TIMES

Etika yang Hilang

Selasa, 02 April 2024 - 15:18
Etika yang Hilang Sugiyarto, S.E., M.M, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang

TIMES JAKARTA, TANGERANG – Pemilihan umum telah usai dengan penetapan presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia pada hari Rabu, (20/03/2024). Dengan terpilihnya presiden periode 2024–2029, diharapkan seluruh masyarakat pendukung masing-masing pasangan calon presiden dan wakilnya mulai melupakan perbedaan dan kembali bersatu menatap ke depan, meskipun proses gugatan masih berjalan di Mahkamah Konstitusi.

Pemilu memberikan pelajaran kepada kita semua tentang perilaku dan tutur kata di hadapan umum saat menjadi tokoh atau dianggap sebagai tokoh oleh masyarakat. Apa yang kita ucapkan akan menjadi pertimbangan dan perhatian masyarakat luas dalam menentukan pilihan serta dukungan. Masyarakat mulai rasional dalam memilih wakil mereka, tentu yang memiliki akhlak dan perilaku yang baik. Jika ada figur publik atau tokoh partai yang tidak santun dalam bertutur kata serta suka merendahkan orang lain, jangan heran pada akhirnya mereka ditinggalkan oleh masyarakat.

Bagi seorang figur publik, ditinggalkan oleh pengikutnya akan berdampak negatif pada perjalanan hidup mereka secara individu, apalagi dalam sebuah organisasi. Pemahaman ini sama persis dengan mengelola bisnis di mana karyawan menjadi bagian dari aset perusahaan yang perlu dijaga. Walaupun tidak semua karyawan memiliki komitmen dan loyalitas yang sama, menempatkan mereka sebagai bagian dari aset perusahaan membuat karyawan bangga dan betah bekerja. Tidak mudah mendapatkan karyawan yang memiliki dedikasi tinggi; begitu juga sebuah organisasi seperti partai politik untuk mendapatkan simpati dari masyarakat dibutuhkan seseorang yang memiliki jejak rekam baik serta etika dan sopan santun dalam bertutur kata.

Sebagai figur publik dan orang terhormat, sudah seharusnya mampu memberikan dan menjadi contoh yang baik kepada masyarakat luas, khususnya dalam bertindak dan bertutur kata. Mengutip salah satu ayat dari Alquran, Surat Al-Isra’ ayat ke-7 yang artinya: “Jika kamu berbuat baik, berarti kami sedang berbuat untuk diri kamu sendiri. Dan ketika kamu berbuat tidak baik, sebenarnya kamu sedang berbuat tidak baik terhadap diri kamu sendiri.”

Mengacu pada ayat Alquran di atas, sudah jelas bahwa apa pun yang kita terima merupakan hasil dari perbuatan dan kelakuan kita sendiri. Jika ada sahabat dekat yang pergi meninggalkan kita, sebaiknya segera melakukan introspeksi diri daripada menyalahkan orang lain. Kita boleh percaya diri, namun tidak boleh berlebihan, karena hidup adalah sebuah proses. Perubahan selalu meninggalkan kenangan dan tidak bisa diulang kembali. Untuk menjadi orang besar, kita harus bisa berfikir menjadi orang besar dan berlapang dada. Karena kebesaran hakiki adalah bagaimana kita mampu menerima orang lain yang lebih baik dari kita dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.

Menang tidak harus menjadi nomor satu, tetapi bagaimana kita bisa menjadi individu yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Bangsa ini tidak akan bisa menjadi besar jika masih ada individu dan kelompok yang mengedepankan ego sentris dan merasa paling kompeten. Dibutuhkan kerjasama antara anak bangsa untuk membangun bangsa yang besar. Karena esensi menjadi seorang pemimpin adalah memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.

Hormati masyarakat yang sudah ikhlas dalam membayar pajak; mereka ingin pajak yang dibayarkan digunakan dengan baik untuk membangun bangsa, bukan untuk dikorupsi secara berjamaah. Negara ini bukan milik partai tertentu. Jika ada oknum pejabat dari partai tertentu yang melakukan korupsi, sudah sepantasnya ditindak dengan tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, termasuk aparat penegak hukum jika melakukan korupsi. Perilaku mereka yang mengambil uang negara telah melukai rakyat.

Sudah saatnya pemerintah dan DPR mengesahkan dan memberlakukan undang-undang perampasan aset untuk menyelamatkan uang negara sehingga bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kita harus sadar bahwa seberapa mewah pun rumah yang kita miliki, hanya satu kamar yang kita gunakan; sebanyak apapun mobil yang kita miliki, hanya satu yang kita gunakan. (*)

***

*) Oleh : Sugiyarto, S.E., M.M, Dosen Fakultas  Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.