TIMES JAKARTA, BLORA – Pada 11 Desember 2023 mendatang, usia Kabupaten Blora sudah memasuki ke-275 tahun. Terhitung sejak hari jadi Kabupaten Blora pada 11 Desember 1749 ketika berubah statusnya dari apanage menjadi daerah kabupaten. Seharusnya dengan usia sebanyak itu, sudah lebih dari cukup untuk menjadi kabupaten sangat maju.
Terlebih, dari zaman kerajaan Pajang sampai Mataram, Kabupaten Blora selalu menjadi daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan. Namun sayang, hingga saat ini kemajuan Kabupaten Blora masih belum selaras dengan usianya. Meski tidak bisa ditampik, belakangan mulai tampak ada perubahan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Berbicara tentang potensi Blora, sebenarnya tidak kalah dengan kabupaten atau kota lain yang ada di Jawa Tengah. Pertanian sebagai sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora, untuk jagung terbesar ke-2, dan padi ke-5 di Provinsi Jawa Tengah.
Sementara untuk sektor peternakan, merupakan penghasil ternak terbesar pertama. Adapun untuk sektor kehutanan, salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Pulau Jawa. Di samping itu, Blora juga memiliki tambang minyak bumi di daerah Cepu yang sudah dieksploitasi sejak era Hindia Belanda.
Letak Kabupaten Blora yang berada di bagian timur Jawa Tengah berbatasan langsung Provinsi Jawa Timur, dengan posisi berbatasan Rembang dan Pati di utara, Tuban dan Kabupaten Bojonegoro di sebelah timur, Ngawi di selatan, serta Grobogan di bagian barat, seharusnya sangat strategis dan menjadi kelebihan tersendiri.
Blora telah memiliki Bandara Ngloram, sejak 17 Desember 2021 diresmikan. Juga transportasi umum jalur kereta dan bus untuk akses menuju ke Blora. Terminal Bus Cepu-Blora masuk kategori Tipe A dan letaknya strategis di persimpangan Cepu Raya (Blora-Bojonegoro-Ngawi).
Tak kalah penting adalah, Blora juga dikenal luas sebagai bumi kelahiran dari sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Tour, yang karyanya telah mendunia. Blora juga memiliki kekayaan budaya dengan adanya Suku Samin. Semua itu seharusnya cukup dijadikan sebagai modal membuat Blora bisa lepas landas kemajuannya.
Pilbup 2024 Momentum
Alexander The Great, ahli strategi militer dalam sejarah yang telah menaklukkan kerajaan besar di tiga benua, yaitu Eropa, Asia, dan Afrika, pernah berkata, “saya tidak takut pada pasukan singa yang dipimpin oleh seekor domba. Namun saya lebih takut pada pasukan domba yang dipimpin oleh seekor singa.”
Menggambarkan betapa pentingnya peran seorang pemimpin dalam sebuah pasukan. Bahkan seekor domba pun jika dipimpin singa, bisa menjelma seakan menjadi singa. Akan tetapi sebaliknya, singa kalau dipimpin seekor domba, bisa menjadi selayaknya domba.
Itulah kenapa pemilihan bupati (Pilbup) tahun 2024 ini, bisa dikatakan menjadi momentum bagi seluruh masyarakat untuk menentukan Blora seperti apa ke depannya. Karena sebagai pimpinan tertinggi di Kabupaten Blora, seorang Bupati memiliki peran sentral dalam penentu kebijakan, mengatur nahkoda pemerintahan, mengatur strategi, dan juga anggaran. Nasib 925.434 jiwa masyarakat Blora di tangan bupati setidaknya hingga 5 tahun ke depan.
Tentu ini bukan perkara sederhana. Pilbup bukan sekadar ajang pesta demokrasi semata. Namun sebagai penentu dalam memilih bupati ideal, yang bisa memimpin Blora dan membawa kepada kemajuan, serta kesejahteraan warganya.
Nah, berbicara kriteria pemimpin kepala daerah, undang-undang sejauh ini baru mengatur sebatas lingkup persyaratan administratif saja. Sedangkan calon kepala daerah, idealnya tentu harus mampu memahami kebutuhan daerah dan warganya.
Saat ini ada dua pasangan calon (Paslom) yang sedang berkontestasi di Pilbup Blora, yaitu Arief Rohman-Sri Setyorini (ASRI) dan Abu Nafi-Andika Adikrishna (ABDI). Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Blora (KPUD Blora) telah menggelar 2 kali debat dalam rangka menguji visi dan misi paslon, sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi warga untuk menentukan pilihannya.
Debat pertama diselenggarakan pada 4 November 2024 dengan membahas tema “membangun ekonomi yang berkualitas untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat Blora”. Lalu debat kedua dilaksanakan 17 November 2024 membahas tema “mewujudkan masyarakat Blora yang harmonis berbasis ketahanan sosial dan budaya yang kokoh.”
Menyimak paparan visi misi dari setiap calon di sesi debat, bisa dikatakan cukup menarik. Paslon ASRI sebagai incumbent banyak menunjukkan keberhasilannya selama memimpin Blora yang hanya 3,5 tahun, tidak genap sampai 5 tahun. Terutama dengan berbagai prestasi yang telah ditorehkan, dan mendapatkan sejumlah penghargaan.
Dilanjutkan sekaligus menjelaskan dengan baik rencana yang akan dikerjakan jika kembali terpilih. Sedangkan Paslon ABDI, banyak mengkritisi berbagai kekurangan di pemerintahan Paslon ASRI, terutama di pelayanan dan juga infrastruktur jalan yang masih dianggap belum memuaskan, termasuk Bandara Ngloram yang kini tidak beroperasi lagi.
Banyak perdebatan mengenai isu krusial permasalahan Blora, terutama menyangkut infrastruktur. Mau tidak mau, untuk bisa maju infrastruktur Blora memang harus dibangun dengan baik agar memudahkan akses bagi pihak luar. Di situlah perekonomian akan hidup, bergulir, dan tumbuh.
Sejauh ini 3,5 tahun kepemimpinan Arief Rohman, dengan lobi ke pemerintah provinsi dan pusat, tidak dipungkiri berhasil mendapatkan dana Inpres dan telah melakukan pembangun jalan raya Blora mencapai 65%. Akan tetapi tidak dinafikan juga untuk jalan dalam, masih belum tersentuh karena keterbatasan waktu.
Sebab itulah, ia menjanjikan akan dibangun kembali sampai tuntas jika diberikan kesempatan memimpin Blora kembali. Dalam pemaparannya, ada juga rencana-rencana besar yang akan dilakukan Paslon ASRI ke depan jika terpilih.
Seperti mengadakan berbagai event berskala nasional untuk menarik orang datang ke Blora. Juga melanjutkan sejumlah rencana strategis bersama pusat dalam mewujudkan Cepu Raya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diharapkan bisa membuka pintu bagi banyak investor ke Blora.
Sangat disayangkan, di debat pertama maupun kedua, pembahasan potensi besar Blora di sektor pertanian masih belum dalam digali. Padahal mayoritas penduduk Blora berprofesi sebagai petani.
Permasalahan yang dibahas baru sebatas soal sulitnya pupuk oleh Paslon ABDI yang akan dipermudah. Adapun ASRI lebih menekankan kepada Blora yang telah menjadi lumbung padi dan jagung terbesar di Jawa Tengah, lalu mempromosikan petani milenial yang mulai menggeliat di Blora.
Kedua Paslon belum berpikir lebih besar dalam memaksimalkan potensi sektor pertanian dengan mengarah kepada pertanian modern dan memaksimalkan alat-alat canggih untuk menunjang hasil pertanian lebih maksimal lagi. Atau berpikir menjadikan hasil pertanian tidak sebatas mengambil nilai ekonomi dari padi atau jagungnya saja, namun jerami padinya atau pohon jagungnya, juga bisa diolah menjadi produk yang bisa bernilai ekonomi lebih tinggi.
Misalnya untuk produk kerajinan, bahan mentah pabrik kertas, bahan baku pabrik biomassa, dan sebagainya. Saat ini masih sebatas dipakai pakan ternak atau terkadang usai panen sekadar dibakar.
Yang sangat krusial di sektor pertanian, yaitu penyerapan hasil panen pun tidak sampai ada pembahasan. Padahal seringkali di sinilah tantangan utama para petani selain pupuk, harga pasar ketika panen selalu rendah, akibat tidak ada regulasi yang berpihak mengamankan petani.
Hingga 27 November 2024 nanti, masyarakat Blora masih ada kesempatan menimbang dan mempelajari pasangan yang dianggap pantas untuk dipilih di bilik suara. Tentu penting rekam jejak integritas, kapabilitas, dan kredibilitas diantara kedua paslon. Karena ini bukan sekadar tentang menang kalah kontestasi.
Lebih dari itu adalah untuk jangka panjang masa depan Blora dan kesejahteraan warganya. Blora membutuhkan pemimpin yang tahu potensi, paham permasalah yang dihadapi, sekaligus juga tahu solusi dari semua permasalahannya, dan siap menyelesaikan berbagai permasalahan itu.
***
*) Oleh : Rochmad Widodo, Founder Penerbit Biografi Indonesia, dan Aktif sebagai Penulis Biografi Tokoh-tokoh Nasional.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pilkada 2024, Momentum Menentukan Masa Depan Blora
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |