Kopi TIMES

Tragedi Nanggala 402; Ada Hal Sepele Yang Dilupakan Para Pengamat Militer

Jumat, 30 April 2021 - 21:23
Tragedi Nanggala 402; Ada Hal Sepele Yang Dilupakan Para Pengamat Militer Ti Kama, Pemerhati Sosial

TIMES JAKARTA, JAKARTASEBELUM dimulai, saya hendak mengajak kepada sudara pembaca yang budiman untuk terlebih dahulu menundukkan kepala sejenak; berdoa atas tragedi yang menimpa negara kita dalam tiga bulan terakhir ini. Jatuhnya Sriwijaya Air, Gempa Bumi yang terjadi di beberpa wilayah, meledaknya Kilang Minyak Balongan di Indramayu, dan tenggelamnya KRI Nanggala - 402 di perairan Selat Bali yang menyebabkan gugurnya 53 prajurit laut terbaik. Kita doakan mereka yang telah gugur dan telah menempuh jalan keabadian itu.

Kemudian mari sama-sama kita bersepakat terlebih dahulu, bahwa rentetan kejadian itu adalah sebuah keniscayaan dari sang Maha Kuasa. Terlepas sebabnya adalah kita (manusia) itu sendiri, Indonesia saat ini tengah dirundung duka yang medalam. Ujian terberat bagi bangsa para pejuang di semesta raya ini!

Namun demikian cobaan yang datang bertubi-tubi itu, kiranya Indonesia selalu “gagal” menyelesiakan dengan “kepala dingin” selalu saja satu di antara lain saling menyudutkan, menyalahkan, bahkan tak jarang klaim kesalahan kerap dilontarkan ke sesama anak bangsa. Ya, Indonesia masih terbilang tidak cukup dewasa dalam menyelesaikan persoalan internalnya. Selalu saja melibatkan “intrik dan kalkulasi politis”. Mau dibantah? Demikian kenyataan yang ada.

Belakangan mulai ramai bermunculan pendapat dari para pakar dan pengamat milter. Sembari itu mulailah bertebaran teori-teori yang memusingkan masyarakat yang sedari awal mengikuti informasi dan pemberitaan tenggelamnya Nanggala-402.

Sejujurnya, tidak masalah jika para pakar itu berbicara sesuai dengan terminologi militer yang mereka kuasai. Namun jika teori-teori itu justru melebar kemana-mana yang ada malah membikin pemikiran dan asumsi khalayak menjadi liar sejadi-jadinya. Pada akhirnya munculah apa yang disebut krisis kepercayaan (crisis of confidence) antara masyarakat dengan pemerintah itu sendiri. Dengan begitu apakah persoalan di negara ini akan selesai? Silakan dipikir jawaban yang tepat perihal itu.

Ada hal yang menarik baru-baru ini, yang saya sendiri pun sebagai masyarakat awam menjadi geli menyimaknya. Saking gelinya, sempat-sempatnya saya mengumpat dalam hati “oh, beginikah cara orang-orang ini menyelesaikan persoalan di negara? Dengan cara saling menyalahkan!”.

Dalam sebuah webinar yang diikuti oleh puluhan bahkan ratusan masyarakat sipil, seorang yang mengakui dirinya sebagai “pakar” berhasil mengaitkan tenggelamnya Nanggala-402 dengan “Oknum” Mafia Alutsista di negara ini. Sayangnya pakar tersebut tidak berani secara terang-terangan menyebut siapa oknum tersebut selain hanya menggunakan inisial. Bagi saya, jelaslah ini adalah tindakan yang “sengaja” dilakukan untuk menggiring opini publik, pun sebuah upaya yang menjurus pada ranah memunculkan rasa tidak saling percaya antara masyarakat dengan pemerintahnya.

Loh kok bisanya saya berasumsi seperti itu? Persoalannya adalah klaim bahwa adanya mafia alutsista baru bisa disampaikan pasca tragedi. Artinya selama tidak ada kejadian apa-apa dan negara ini sedang baik-baik saja, maka tidak ada yang namanya mafia. Bukankah demikian jika kita menggunakan logika sederhana? Lalu si pakar tersebut meminta BPK untuk segera melakukan audit terkait anggaran yang digelontorkan pemerintahh pusat pada salah satu instansi yang terkait. Sebut saja Kementerian Pertahanan.

Jika demikian harus dilakukan? Dengan cara apa BPK mendapatkan legitimasi pemeriksaan? Atas dasar tenggalmnya Nanggala-402? Loh sampai dengan saat ini unsur-unsur yang terkait dalam operasi evakuasi Naggala, masih dalam tahap operasi bagaimana bangkai kapal bisa diangkut kepermukaan dan masih berusaha menemukan jasad para prajurit yang telah gugur besertanya.

Sebaliknya, saya justru lebih cenderung menyarankan jika para pakar itu mengamati awal mula Nanggala - 402 melakukan latihan militernya. Karena bisa jadi ada hal sepele dan sederhana lantas dilupakan oleh para pakar itu untuk kemudian diamati dengan seksama.

Misalkan, kemampuan menyelam maksimal sebuah kapal selam adalah 250 meter, namun karena ini hanya dalam porsi latihan maka dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan keselamatan crew maka dipilih laut dengan kedalaman maksimal 150 meter. Hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi hal-hal diluar dugaan. Dengan kata lain ini adalah upaya menyelamatkan crew jika ada hal buruk yang terjadi dalam sebuah latihan kapal selam.

Atau begini saja, saya berikan sebuah analogi sederhana. Di tangan anda ada sebuah jam tangan anti air. Ketika anda membeli jam tangan tersebut ada penjelasan bahwa jam tangan tersebut walaupun anti air, namun ada batas maksimum kedalaman air yang bisa dicapai, katakanlah 10 meter.

Suatu ketika anda menyelam pada kedalaman yang melampaui 10 meter dengan menggunakan jam tangan tersebut, maka apa yang akan terjadi pada jam tangan itu? Jika yang terjadi adalah jam tangan anda masih bisa berdetak jarum jamnya, maka anda termasuk orang yang beruntung. Namun jika sebaliknya jam tangan anda rusak, maka sudah bisa dipastikan anda melanggar Standar Operasional Prosedurnya.

Sampai disini, saya tidak sama sekali berniat menggurui para pakar itu mengamati tragedi tenggelamnya Nanggala-402 di perairan selat Bali. Pun tidak sama sekali berniat menyalahkan siapapun dalam tragedi ini. Sekali lagi tidak sama sekali. Saya hanya hendak memyampaikan bahwasanya jauh sebelum mengaitkan insiden tenggelamnya Nanggala-402 dengan oknum Mafia Alutsista, ada baiknya saudara yang telah mengklaim sebagai pakar tidak melupakan hal-hal sepele dan sederhana dalam pemgamatan saudara.

Sebagai penutup, sekali lagi mari sama-sama kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas gugurnya 53 prajurit laut IndonesiaSemoga ditemptakan dalam Syurganya. Aamiin.

Sekian.

 

***

* Penulis Ti Kama, Pemerhati Sosial

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.