TIMES JAKARTA, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Amien Suyitno menyambut baik dibukanya Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Dirjen Pendis Kemenag Amien Suyitno mengatakan, dibukanya FK UIN Walisongo yang berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 193/B/O/2025 pada 8 April 2025 ini sebagai bagian dari wajah baru transformasi pendidikan tinggi Islam.
Menurutnya Dirjen Pendis Kemenag Amien Suyitno, hadirnya FK UIN Walisongo ini menjadi bentuk konkret pengamalan Kurikulum CINTA yang merupakan ruh dari pendidikan Islam masa kini.
“Kita ingin melahirkan dokter-dokter muslim yang mencintai Allah dengan ilmu yang diamalkan, mencintai sesama dengan pelayanan kemanusiaan, mencintai lingkungan melalui praktik medis berkelanjutan, dan mencintai bangsa lewat kontribusi nyata dalam kesehatan masyarakat,” terang Dirjen Pendis Kemenag Amien Suyitno dalam keterangan pers yang diterima TIMES Indonesia, Kamis (10/4/2025).
Hal senada juga disampaikan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron yang menekankan bahwa pendirian FK UIN Walisongo telah melewati proses seleksi ketat terkait kesiapan SDM, infrastruktur, dan sistem penjaminan mutu.
Sahiron menyebutkan bahwa Kemenag terus mendorong seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) menjadi pusat keunggulan dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan.
Dirjen Pendis Kemenag Amien Suyitno mengapresiasi dibukanya Fakultas Kedokteran UIN Walisongo. (FOTO: dok. Kemenag for TIMES Indonesia)
“Kita ingin para dokter dari PTKIN tidak hanya unggul secara akademik, tapi juga membawa nilai-nilai keislaman dan kepekaan sosial ke tengah masyarakat,” tegas Sahiron.
Kekhasan FK UIN Walisongo
Dibukanya Fakultas Kedokteran (FK) UIN Walisongo ini tidak hanya menambah deretan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dengan program studi kedokteran, tetapi juga membawa kekhasan dan visi transformasional yang berbeda dari fakultas kedokteran lainnya.
Memiliki keragaman tersendiri, Program Studi Kedokteran dan Program Profesi Dokter UIN Walisongo Semarang ini akan menekankan pendekatan kedokteran regeneratif berbasis riset, serta menjadi satu-satunya Fakultas Kedokteran di Indonesia yang menyediakan wahana pembelajaran Stem Cell untuk riset kanker.
Hal ini merupakan langkah strategis UIN Walisongo Semarang untuk hadir sebagai pelopor pendidikan medis yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga inovatif dan solutif terhadap tantangan kesehatan modern.
Rektor UIN Walisongo Semarang, Nizar menegaskan bahwa fakultas ini dirancang untuk mencetak dokter muslim yang berkarakter kuat, religius, dan memiliki kepekaan sosial tinggi. Distingsi lulusan dirumuskan dalam sembilan karakter khas bertajuk “W-A-L-I-S-O-N-G-O”: Wise, Adaptive, Literate, Intellect, Strong-willed, Obedient, Nurturant, Growth Mindset, dan Open-minded.
“Kami ingin menghadirkan dokter yang tidak hanya cerdas secara ilmiah, tetapi juga memiliki nurani, empati, serta dedikasi tinggi dalam pelayanan kemanusiaan. Ini bukan sekadar pendidikan medis, tapi juga pendidikan karakter dan spiritualitas,” ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Sekjen Kemenag.
Kesiapan infrastruktur menjadi keunggulan lain UIN Walisongo. Mulai dari gedung fakultas, laboratorium kedokteran, rumah sakit satelit, hingga pembangunan rumah sakit pendidikan telah disiapkan secara matang. UIN Walisongo juga telah menyiapkan 26 tenaga pendidik profesional dari rumpun biomedik, biomedis, dan kesehatan masyarakat, serta mengajukan 30 dosen PNS bidang kedokteran yang telah mendapat persetujuan.
Tak hanya unggul dalam fasilitas, Fakultas Kedokteran UIN Walisongo juga mengusung pendekatan unik dalam modifikasi gaya hidup untuk manajemen penyakit diabetes melitus, menjadi salah satu fokus utama dalam kurikulumnya.
Fakultas Kedokteran UIN Walisongo akan mulai menerima 50 mahasiswa baru tahun ini, terbuka bagi lulusan SMA/MA dari seluruh Indonesia yang memiliki tekad kuat menjadi dokter berintegritas dan berdedikasi. (*)
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |