TIMES JAKARTA, PARIS – H.R.H Princess Elea E. S Anwar, M.B.A atau yang biasa dikenal dengan Princess Lea Elfara, perempuan berdarah Indonesia, Arab, dan Tionghoa ini lahir dari keluarga pendidik dan pengusaha yang memiliki garis keturunan bangsawan Kesultanan Cirebon, bagian dari Kerajaan Padjadjaran, Jawa Barat.
Sejak kecil, Lea sapaan akrabnya dikenal juga sebagai pribadi yang senang belajar berbagai disiplin ilmu. Ia selalu meraih peringkat pertama di sekolah, dari jenjang SD hingga SMA.
Pendidikan tingginya ditempuh di beberapa institusi ternama, yaitu Universitas Indonesia, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Interstudi, serta Melbourne Business School di Australia.
Dari Dunia Hiburan ke Bisnis
Lea memulai debut di dunia hiburan saat masih duduk di kelas 2 SD, sebagai penyanyi cilik dan model iklan nasional. Meskipun sempat merilis mini album, karier musiknya di masa kecil tidak dilanjutkan. Namun, namanya kembali mencuat saat dewasa sebagai penyanyi religi dan model internasional.
Lea Elfara saat berada di bawah Menara Eiffel, Paris, Perancis. (FOTO: Lea for TIMES Indonesia)
Ia sudah merilis lagu-lagu religi hingga 3 album, juga membintangi berbagai produk dari mancanegara, seperti jam tangan dan sepatu merek Lazio dari Italia, produk kecantikan Placenta Body Lotion dari Taiwan, busana muslimah merek Kashkha dari Dubai, hingga camilan Choco Wafer dari Australia.
Tak hanya di dunia hiburan, sejak kecil Lea juga sudah menunjukkan bakat bisnis. Ia memulai usaha sewa dan jual beli buku cerita miliknya.
“Saya memang suka membaca dan menulis sejak kecil, jadi saya pikir kenapa tidak dijual dan disewakan saja yang menghasilkan uang?” tuturnya kepada TIMES Indonesia melalui keterangan tertulis, pada hari Minggu (6/7/2025).
Ekspansi Bisnis hingga Produksi Film
Memasuki usia dewasa, Lea lebih serius menekuni dunia bisnis. Ia memulai dari bidang fashion, kecantikan, dan kuliner, lalu merambah ke sektor keuangan, properti, pertambangan, produksi musik dan film, hingga industri pertahanan.
Di dunia hiburan, ia lebih memilih bekerja di balik layar. “Sebenarnya saya lebih suka di belakang layar jadi produser daripada tampil di depan kamera jadi artisnya. Karena saya merasa punya kehidupan pribadi yang lebih tenang dan gak mau hidup yang selalu disorot publik atau media,” kata Lea sambil tersenyum.
Sebagai produser musik, Lea telah merilis tiga album dan berkolaborasi dengan artis internasional seperti Mustafa Debu asal AS, Shakurah Yaseerah violinis asal AS, Tony Taylor aktor dan penyanyi Hollywood, AS serta Maher Zain asal Swedia.
Di bidang film, Lea sebagai produser telah memproduksi dokumenter berjudul "33 Faces of Indonesia" yang bekerjasama dengan sutradara internasional asal Belanda, Alexander Valeton. Di mana memperkenalkan seni budaya dari 33 provinsi di Indonesia. Ke depan, dia berencana memproduksi film layar lebar di Amerika dan Prancis bersama Tony Taylor dan Paulette Mouquet.
Penghargaan Internasional dari Asia, Amerika, hingga Eropa
Pada 18 Mei 2025, baru saja Lea meraih penghargaan internasional dari Multiface France International Celebrity Award di Paris. Penghargaan ini diberikan kepada individu yang telah berkontribusi secara global di bidang hiburan, seni budaya, kemanusiaan, dan pengembangan ekonomi.
“Saya merasa terhormat mendapat penghargaan ini. Semoga bisa menginspirasi banyak orang dan menjadi pemacu untuk terus berkarya di tingkat global,” tutur Lea menjelaskan.
Sayangnya, Lea tidak dapat menghadiri langsung acara yang digelar di sekitar Menara Eiffel dengan konsep pesta luar ruangan tersebut. Ia baru bisa tiba di Paris pada 28 Mei 2025 untuk menerima penghargaan secara langsung dari ketua sekaligus pendiri Multiface France, Paulette Mouquette.
Sebelumnya, ia juga menerima penghargaan dari Lapis Awards 2025 saat Lea di Dubai dan diangkat sebagai International Adviser organisasi tersebut.
Pada 2024, ia menerima penghargaan dari World Meet Award USA di Thailand, dan penghargaan Asia’s Golden Icon Awards di Filipina sebagai Asia’s Distinguished Humanitarian Advocate.
Kiprah Sosial dan Pesan Inspiratif
Lea dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan inklusif. Ia aktif sebagai aktivis sosial dan filantropis, khususnya dalam isu kemanusiaan global, termasuk untuk Palestina. Selain itu aktif juga bisnis di dalam dan luar negeri, karena itu ia punya kehidupan "nomaden" yang sering bepergian ke berbagai negara.
Penghargaan yang diterimanya disebut sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusi globalnya di bidang kemanusiaan, seni budaya, hiburan, dan pengembangan ekonomi.
Tentang Multiface France
Organisasi ini didirikan oleh Paulette Mouquet (Presiden) dan Tony Taylor (Wakil Presiden). Keduanya adalah tokoh ternama di bidang hiburan dan bisnis internasional.
Paulette merupakan perancang busana dan produser top di Paris, sedangkan Tony adalah seniman serba bisa asal AS yang pernah meraih "Hollywood Winner" dan "Gospel Artist Awards".
Lea dan Tony juga telah berkolaborasi merilis lagu bertema kemanusiaan berjudul Brighter Day's Coming, yang kini masih dalam proses penyelesaian aransemen di New York.
Filosofi Sukses Lea
Bagi Lea, kesuksesan bukan sekadar kekayaan atau ketenaran. Ia menilai, sukses adalah ketika seseorang bisa memberi manfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
“Saya pernah jatuh bangun dalam bisnis, tapi saya selalu ingat pesan kakak sepupu saya seorang pengusaha besar yang juga mentor bisnis saya," ungkapnya.
"Kalau suatu hari kamu ditakdirkan jadi pengusaha besar, pasti ujian hidupmu juga besar. Maka, jangan cengeng. Kalau jatuh, bangkit lagi dan lagi. Pebisnis itu harus tangguh dan punya mental baja," tutup Lea. Ia menirukan nasihat Kakak sepupunya tersebut sambil menutup pembicaraan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Di Paris, Lea Elfara Raih Penghargaan dari Multiface France International Celebrity Award 2025
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Deasy Mayasari |