TIMES JAKARTA, BANDUNG – Di usia yang baru menginjak 22 tahun, Shyifa Zaliah Fahra, atau yang akrab disapa Zalfa serta hobi berenang ini telah menunjukkan tekad kuat dalam menapaki perjalanan hidupnya.
Gadis cantik kelahiran Bandung yang juga pemilik akun media sosial Instagram @shyifazaliahfahraa ini kini berprofesi sebagai pramugari kereta api dan tengah menjalani kuliah semester dua di jurusan Manajemen.
"Aku adalah anak tunggal, dan sejak kecil awalnya bercita-cita menjadi pramugari pesawat terbang," ujar Zalfa saat diwawancarai oleh TIMES Indonesia melalui keterangan tertulis, Rabu (23/4/2025).
Meski impian itu belum sepenuhnya terwujud, ia tetap optimistis dan bangga karena berhasil memasuki dunia transportasi sebagai pramugari PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Berawal dari Toko Baju, Berakhir di Gerbong Kereta
Sebelum mengenakan seragam pramugari KAI, Zalfa sempat bekerja di sebuah toko baju di Jalan Sumatra, Bandung. Di tengah rutinitas pekerjaannya, ia melihat peluang untuk mengikuti walk-in interview yang diadakan oleh PT KAI.
"Aku izin of day dari toko demi ikut interview. Waktu itu masih ragu, tapi ini kesempatan yang nggak datang dua kali," tuturnya. Keputusan itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia diterima sebagai pramugari dan memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan lamanya.
Keputusan itu tentu tidaklah mudah. Namun, dalam hal ini Zalfa merasa bahwa keberanian mengambil langkah baru adalah bagian penting dari proses menuju kemandirian.
Dukungan Keluarga yang Tak Pernah Luntur
Bagi Zalfa, keluarga adalah sumber kekuatan utama. Ia mengungkapkan bahwa orang tuanya selalu mendukung apapun pilihan hidup yang ia ambil, selama itu membawa kebaikan.
“Mereka nggak pernah memaksa. Apapun masalah yang aku hadapi, keluarga yang pertama datang dan paling tulus memberi dukungan,” katanya. Bahkan saat orang lain meragukannya, keluarga tetap menjadi tempat pulang yang memberi semangat.
Menjadi Perempuan Mandiri dan Bermanfaat
Lebih lanjut Zalfa menyadari bahwa kehidupan tak selalu mudah. Namun, ia yakin bahwa dengan pendidikan, karier, dan kekuatan diri sendiri, perempuan bisa menyelamatkan masa depannya.
“Karena bagaimanapun, menurut aku yang bisa menyelamatkan perempuan itu adalah karier, pendidikan, dan dirinya sendiri,” ujarnya dengan penuh yakin dan mantap.
Kini selain bekerja, ia terus melanjutkan kuliah dan bercita-cita untuk menjadi pribadi yang lebih berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang maupun perusahaan tempatnya bekerja.
Dari kisah Zalfa, kita belajar bahwa kemandirian bukanlah sesuatu yang datang secara instan. Ia dibentuk oleh keberanian mengambil keputusan, kerja keras, dan dukungan dari orang-orang terdekat.(*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Faizal R Arief |