TIMES JAKARTA, JAKARTA – Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki potensi besar dalam kekayaan intelektual indikasi geografis yang perlu difasilitasi untuk pendaftaran di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Pendaftaran ini penting agar potensi-potensi tersebut mendapatkan perlindungan hukum yang memadai.

Kepala Bagian Program dan Humas, Yulizar di Palembang, Sabtu (7/9/2024), menjelaskan, "Dengan luas wilayah mencapai 91.592 km persegi serta kebudayaan penduduk yang beragam membuat Sumsel banyak menyimpan potensi indikasi geografis." Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Teknis di Bidang Kekayaan Intelektual yang diadakan oleh DJKI Kemenkumham di Bali pada 4-8 September 2024.

Potensi indikasi geografis di Sumatera Selatan mencakup berbagai sektor seperti kuliner, kerajinan tangan, perkebunan, dan pertambangan. Indikasi geografis adalah tanda yang menunjukkan asal usul suatu barang atau produk berdasarkan faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam dan manusia, yang memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik khusus pada produk tersebut.

Kakanwil Kemenkumham Sumsel, Ilham Djaya, secara aktif melakukan sosialisasi mengenai pentingnya perlindungan kekayaan intelektual kepada pemerintah daerah, masyarakat adat, dan pelaku usaha setempat. Hingga kini, hanya tujuh indikasi geografis dari Sumatera Selatan yang terdaftar di DJKI, termasuk kopi robusta Semendo, kopi robusta Empat Lawang, dan kopi robusta Lahat.

Saat ini, delapan indikasi geografis baru sedang dalam proses pendaftaran pada tahun 2024, seperti jeruk gerga Pagar Alam, nanas Prabumulih, dan kopi arabika Muara Enim. Indikasi geografis menawarkan manfaat besar, baik dari segi kualitas produk asli yang meningkatkan kepercayaan konsumen maupun dari sisi ekologi dengan menjaga kelestarian alam.

Yulizar menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang telah mendaftarkan potensi indikasi geografis mereka dan berharap dukungan serta komitmen terus mengalir untuk menjaga dan meningkatkan potensi daerah. (*)