TIMES JAKARTA, JAKARTA – Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kebijakan Publik, Media, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ismail Cawidu mengatakan, media memiliki peran strategis dalam membangun pemahaman masyarakat tentang pentingnya toleransi dan keberagaman.
Media, kata dia, bisa menjadi katalisator dalam meningkatkan literasi masyarakat tentang toleransi. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers bertema “The Wonder of Harmony” di Kantor Kementerian Agama Thamrin, Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Menurutnya, media bukan sekadar penyampai informasi, tetapi juga berfungsi sebagai edukator yang memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan pemahaman yang benar kepada publik. “Sebagai edukator, salah satu fungsi media adalah memberikan pendidikan kepada masyarakat,” katanya.
Fungsi edukasi media, kata dia, juga sangat penting terutama dalam konteks penguatan literasi toleransi. Ia berharap insan pers mampu menjadi jembatan pemahaman antarkelompok masyarakat yang berbeda pandangan.
“Untuk konteks toleransi, kami mengharapkan teman-teman media bisa memberikan kontribusi besar. Dari media lah pemahaman dan pendalaman terhadap isu intoleransi bisa dilakukan,” jelasnya.
Selain fungsi edukatif, Ismail juga menyoroti dua peran penting media lainnya, yakni media sebagai ruang dialog dan media sebagai pengawas.
“Di ruang media itulah kita bisa berdialog tentang pentingnya menjaga toleransi. Sementara fungsi pengawasan juga penting, agar peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui publik bisa terungkap dan menjadi pembelajaran bersama,” katanya.
Banyak Tantangan
Ismail juga mengatakan, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam upaya memperkuat toleransi di Indonesia. Ia menyebut di antaranya kompleksitas sosial, keberagaman, ekstremisme, dan rendahnya literasi toleransi di masyarakat.
“Pemahaman masyarakat kita tentang toleransi tidak semua sama. Bahkan di kalangan satu agama pun bisa berbeda-beda dalam memahami makna toleransi,” ujarnya.
Dalam mengatasi itu, Ismail menilai penting adanya sinergi antara pemerintah, media, dan masyarakat. Ia mendorong agar media aktif menyebarluaskan pesan tentang pentingnya menghormati perbedaan dan berpartisipasi dalam kegiatan literasi toleransi.
Ia juga mengajak semua pihak untuk bijak dalam bermedia sosial serta berperan aktif menyuarakan nilai-nilai dan spirit toleransi.
“Kita perlu mendorong masyarakat dan organisasi agar mengambil peran dalam menyuarakan toleransi. Kebijakan pemerintah penting, tapi partisipasi publik jauh lebih menentukan,” ujarnya. (*)
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Imadudin Muhammad |