TIMES JAKARTA, JAKARTA – Indonesia menargetkan net zero emission dapat dicapai pada tahun 2060 mendatang dan sejalan dengan hal tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyatakan komitmen Indonesia kepada PBB dalam mendukung penanganan perubahan iklim serta transisi menuju energi terbarukan pada pertemuan bilateral di Brasil pada November 2024 lalu.
Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi hijau seperti geothermal, hydro, tenaga surya, hingga bioenergi. Tetapi apakah hal ini dapat terwujud termasuk net zero emission hingga tahun 2060 mendatang?
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Kementerian Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah (Kemenko IPK) Rachmat Kaimuddin dalam acara Indonesia Youth Sustainability Forum (IYSF) 2025 pada Oktober 2025 lalu mengungkapkan pemanfaatan energi primer Indonesia saat ini masih 89% menggunakan energi berbasis fosil.
“Itu berarti pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Indonesia masih 11%. Masih ada keraguan transisi energi dari sektor bisnis dan masih banyak pelaku usaha yang belum sepenuhnya yakin dapat bertransisi dari energi berbasis fosil ke energi bersih,” ungkapnya dalam keterangan persnya yang diterima TIMES Indonesia pada Jumat (31/10/2025).
Pada acara yang dihadiri mayoritas generasi muda, Ia menegaskan pilihan untuk melakukan transisi energi menjadi energi baru dan terbarukan ada di tangan generasi muda. “Anak-anak muda saat ini adalah majority of our population. Your choice of consumption matters. Your voice democratically matters. Kita di pemerintah dan teman-teman di sektor bisnis pasti akan bergerak if you make the choices,” tegas Rachmat.
Dalam acara yang sama, Manager Sustainability Integration and Governance Pertamina International Shipping (PIS), Satya A. Pradana mendukung pemerintah Indonesia menuju net zero emission, bahkan menurutnya sektor pelayaran terikat oleh regulasi ketat dari International Maritime Organization (IMO) untuk mencapai target net zero emissions di tahun 2050, itu artinya 10 tahun lebih dari dari target pemerintah Indonesia di tahun 2060.
Satya mengungkap secara global sektor pelayaran menyumbang sekitar 3% dari total emisi yang dihasilkan. Sementara di Indonesia, pada tahun 2020 sektor transportasi secara keseluruhan menghasilkan 126,42 juta ton emisi karbon dioksida. Sebagai upaya kontribusi dunia usaha dalam transisi menuju net zero emissions, PIS telah melakukan beberapa strategi.
“Kami telah melakukan pengembangan bahan bakar baru yang lebih netral karbon seperti methanol dan e-methanol serta mengoptimalkan rute perjalanan kapan untuk mengurangi waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar,” ungkap Satya.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pembangunan Berkelanjutan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Shinta Widjaja Kamdani menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pencapaian net zero emissions bukan hal yang berlawanan melainkan dua sisi dari satu visi yang sama.
Menurutnya semua tergantung bagaimana para pelaku usaha dapat menciptakan kesejahteraan tanpa merusak alam dan ia menekankan pentingnya kebijakan hijau yang dapat menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi.
“Dengan kolaborasi seluruh pihak, kita bisa membuat energi bersih tidak hanya mungkin tapi juga bisa terjangkau dan bermanfaat untuk semua. Keberlanjutan tidak berarti jika hanya dinikmati oleh segelintir orang. We no longer just talk about profit, we talk about triple bottom line; people, planet, and profit,” tandasnya. (*)
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Imadudin Muhammad |