TIMES JAKARTA, JAKARTA – Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Nasional (Unas) Jakarta menggelar Festival Bulan Bahasa 2025 sebagai ajang apresiasi dan pelestarian bahasa serta budaya. Kegiatan berlangsung selama dua hari, pada 30-31 Oktober 2025 di Aula Gedung B lantai 4 UNAS, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Ketua Program Studi Sastra Inggris UNAS, Dr. Siti Tuti Alawiyah, S.S., M.Hum., mengatakan, festival ini bertujuan menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Indonesia, khususnya di kalangan sivitas akademika.
“Selain itu melalui kegiatan ini, kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat bahwa UNAS merupakan salah satu universitas tertua di Jakarta. Bahkan, prodi pertama yang lahir di sini adalah Sastra Indonesia yang didirikan oleh Sultan Takdir Alisjahbana,” ujar Tuti dalam keterangan persnya kepada TIMES Indonesia di Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Tuti menjelaskan, FBS Unas memiliki lima program studi, yakni Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Bahasa Korea, dan Magister Linguistik. Penyelenggaraan Festival Bulan Bahasa, menurutnya, telah menjadi tradisi tahunan yang bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.
“Kami ingin terus mengobarkan semangat pelestarian bahasa dan budaya, apalagi di bulan Sumpah Pemuda. Selain untuk internal fakultas, kami juga membuka lomba story telling empat bahasa yakni Indonesia, Inggris, Jepang, dan Korea serta lomba kostum adat yang mencerminkan keempat negara itu,” tutur Tuti.
Menariknya, festival tahun ini juga menampilkan lomba membaca puisi berbahasa Indonesia bagi penutur asing, termasuk pembacaan karya Sultan Takdir Alisjahbana.
“Bulan Bahasa dirayakan di banyak institusi pendidikan, dan kami ingin memastikan semangat itu tetap hidup di tingkat perguruan tinggi,” tegas Tuti.
Ketua Panitia Natasha Claudia Hutagalung menjelaskan, festival tahun ini menghadirkan berbagai kegiatan yang terbuka untuk umum, termasuk bagi siswa SLTA se-Jabodetabek.
“Rangkaian acaranya cukup beragam. Ada talk show, lomba story telling empat bahasa, English solo vocal, costume competition, pembacaan puisi untuk penutur asing, hingga pekan raya budaya yang menampilkan tari, teater, dan pertunjukan lintas negara,” ujarnya.
Menurut Natasha, seluruh kegiatan dirancang sebagai wadah kolaborasi, ekspresi, dan apresiasi terhadap bahasa dan budaya. Tahun ini, festival mengusung tema ‘Menjaga Identitas dalam Ragam Bahasa: Merawat Budaya dalam Arus Dunia.’
“Kami melihat, di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang cepat, banyak generasi muda yang mulai kehilangan kedekatan dengan bahasa dan budaya lokal. Padahal, bahasa adalah cerminan jati diri bangsa,” ucapnya.
Ia menegaskan, belajar bahasa asing bukan berarti meninggalkan akar budaya sendiri, melainkan membuka jembatan komunikasi global dengan tetap berpijak pada identitas nasional.
“Belajar bahasa asing justru menjadi cara untuk memperkuat posisi kita di dunia internasional tanpa kehilangan jati diri bangsa,” tutur Natasha. (*)
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi | 
| Editor | : Imadudin Muhammad | 
 Berita
 Berita 
       
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
               TIMES Jakarta
            TIMES Jakarta