TIMES JAKARTA, JAKARTA – Film Dirty Vote telah resmi dirilis. Baru dirilis pukul 11.00 WIB, Minggu (11/2/2024) jumlah penonton sudah tembus ratusan ribu. Lalu apa yang dikupas dalam film ini?
Bagian pertama film ini menampilkan Dr. Zainal Arifin Mochtar, S.H., LL.M, seorang akademisi Hukum Tata Negara. Pada ulasannya, dia mengingatkan bahwa Pilpres 2024 bisa bernasib sama seperti Pilgub DKI Jakarta 2017 yang berlangsung dua putaran.
“Mengapa satu putaran karena dua putaran bagi orang yang sedang memimpin menjadi besar,” ucapnya dalam film tersebut.
Zainal Arifin mengingat kejadian Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu berbagai lembaga survei mengunggulkan Ahok-Djarot sebagai pemenang. Kemudian Anies-Sandi di nomor 2 dan Agus-Silvi di nomor 3. Hasil putaran pertama kemudian menunjukkan Ahok-Djarot menang dengan 43%, kemudian Anies-Sandi 40% dan Agus-Silvi 17%.
“Tapi yang terjadi putaran kedua, keadaan tersebut berbalik. Kenapa berbalik karena bersatunya kekuatan pengkritik. Itu sebabnya pasangan yang didukung Presiden Jokowi, Ahok-Djarot harus kalah.
Saat ini juga muncul Gerakan 4 jari. Menurut Zainal Arifin, Gerakan ini seakan akan ingin menggabungkan kekuatan pasangan 01 dan 03.
Film Dirty Vote berlangsung hampir 2 jam yang berisi ulasan beberapa akademisi. Selain Zainal Arifin, juga ada Ferry Amsari dan beberapa akademisi yang lain. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Film Dirty Vote Ingatkan Nasib Pilpres 2024 Bisa Seperti Pilgub DKI Jakarta
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Irfan Anshori |