TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pasca-tornado baru-baru ini yang melanda kawasan Rancaekek di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meluncurkan upaya untuk merekonstruksi dan menyelidiki fenomena tersebut.
Erma Yulihastin, seorang peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, menekankan pentingnya foto dan video dari masyarakat dan media dalam mendokumentasikan peristiwa ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, kini dicatat sebagai tornado pertama di wilayah tersebut.
Erma menjelaskan bahwa tornado memiliki kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius yang lebih luas dibandingkan dengan fenomena angin lainnya. Angin tornado biasanya mencapai kecepatan minimum 70 kilometer per jam. Berdasarkan studi BRIN, kecepatan angin tornado terkuat yang pernah tercatat di Indonesia mencapai 56 kilometer per jam.
Menurut Erma, kasus-kasus tornado biasa di Indonesia hanya berlangsung sekitar 5 hingga 10 menit, membuat peristiwa terbaru ini luar biasa. Dia menyebutkan kejadian langka pada tahun 2021 ketika tornado berlangsung selama 20 menit di Cimenyan.
Selanjutnya, Erma mengungkapkan bahwa BRIN, melalui Studi Iklim Musim Jangka Menengah untuk Wilayah Indonesia (KAMAJAYA)-nya, telah memprediksi peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi pada 21 Februari 2024, di Indonesia.
Sekitar pukul 16:00 waktu setempat pada hari tersebut, bencana tornado melanda Kecamatan Rancaekek di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat telah melakukan penilaian terhadap kerusakan pada berbagai bangunan, termasuk PT Kwalram, Kawasan Industri Dwipapuri, Borma Rancaekek, Asrama Brimob Polda Jabar, dan bahkan minimarket di Kecamatan Jatinangor. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Investigasi Tornado di Rancaekek, BRIN: Kejadian Ekstrem yang Belum Pernah Terjadi
Pewarta | : Antara |
Editor | : Imadudin Muhammad |