Berita

Sejarah Hari Ini: 25 Oktober Tsunami Sapu Mentawai dan Tentara Sekutu Kepung Surabaya

Senin, 25 Oktober 2021 - 14:26
Sejarah Hari Ini: 25 Oktober Tsunami Sapu Mentawai dan Tentara Sekutu Kepung Surabaya Ilustrasi bencana tsunami. (foto: bbc)

TIMES JAKARTA, JAKARTASejarah hari ini mencatat peristiwa gempa bumi dan tsunami yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat pada 25 Oktober 2010. Gempa berkekuatan M 7,7 disusul gelombang tsunami dengan ketinggian 3-7 meter menerjang wilayah Pulau Pagai Selatan, Pagai Utara, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat. Ratusan orang meninggal dalam peristiwa yang terjadi pukul 21.42 WIB ini. 25 Oktober juga tercatat sebagai hari ketika tentara Sekutu mendaratkan pasukannya di Pelabuhan Tanjung Perak. Peristiwa ii kerap disebut sebagai pemicu awal pertempuran 10 November 1945.

2010: Gempa dan Tsunami Mentawai

gempa-bumi.jpg

25 Oktober 2010 sekitar pukul 21.45 WIB, gempa dengan kekuatan M 7,7 menguncang kawasan Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Gempa ini memicu gelombang tsunami setinggi 3-7 meter yang menyapu Pulau Pagai Selatan, Pagai Utara, Kabupaten Mentawai dan menimbulkan kerusakan parah.

BMKG mengatakan, episentrum gempa berada di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan.

Dikutip dari Kompas, 3 November 2010, sebanyak 427 warga di pulau-pulau tersebut meninggal. Kemudian, berdasarkan laporan pada 5 November 2010, sebanyak 252 korban belum ditemukan.

Sedangkan data Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Sumatera Barat, menyebutkan 11 desa di Mentawai mengalami kerusakan yang parah akibat tsunami tersebut. Pulau-pulau kecil yang berada di barat Pagai Selatan pun luluh lantak oleh tsunami. Pulau Saumang Kecil, misalnya, terpenggal akibat terjangan tsunami tersebut.

1945: Sekutu Mendarat di Surabaya

sekutu.jpgBangkai mobil yang ditumpangi A.W.S. Mallaby setelah terbakar di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah, Surabaya. (Wikimedia.org)

25 Oktober 1945, tentara Sekutu tiba di Pelabuhan Tanjung Perak. Peristiwa ini disebut sebagai pemicu awal pertempuran 10 November 1945.

Kedatangan Sekutu di Surabaya yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby langsung membuat marah warga. Ini karena tentara Sekutu yang berjumlah 6000 orang membuat delapan pos pertahanan di beberapa sudut kota dan berniat melucuti semua persenjataan yang telah dikuasai rakyat. Tidak hanya itu, Sekutu juga menguasai gedung-gedung penting di Surabaya, khsusunya di wilayah pelabuhan.

Saat itu, di Surabata terdapat berbagai kekuatan seperti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Dr.Mustopo, TKR dari Divisi Malang. Laskar Rakyat Hizbullah dimalang dan BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia) yang dipimpin oleh Bung Tomo langsung merapatkan barisan.

Pada saat yang hampir bersamaan para pemimpin Nahdlatul Ulama dan Masyumi menyatakan bahwa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah Perang Sabil, maka suatu kewajiban yang melekat pada semua muslim. Para Kiai dan santri kemudian mulai bergerak dari pesantren-pesantren di Jawa Timur menuju ke Surabaya.

Puncak kemarahan rakyat terjadi pada 28 Oktober 1945. Saat subuh, delapan pos pertahanan Sekutu diserbu oleh rakyat bersenjata api. Sekutu akhirnya menyerah dan memilih jalur perundingan. (*)

Pewarta : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345)
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.