TIMES JAKARTA, JAKARTA – Secara sederhana literasi yang dalam bahasa Inggrisnya literacy memiliki makna keberaksaraan atau kemampuan membaca dan menulis (the ability to read and write). Literasi berasal dari bahasa Latin, literatus, yang berarti "a learned person" (orang yang belajar). Dalam bahasa Yunani, juga dikenal istilah literra (huruf), sehingga literasi melibatkan kemampuan membaca dan menulis. Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.
Dalam perkembangan selanjutnya istilah literasi mengalami perluasan makna, sehingga muncul ragam literasi, seperti literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Namun dari kesekian banyak macam literasi yang terus berkembang, semuanya tidak terlepas dari kemampuan menggali dan mengelola informasi yang sebagian besar melibatkan kemampuan membaca (reading) dan menulis (writing).
Dalam catatan sejarah dimana pun Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat terkait dengan kemampuan literasi. Dan dalam perkembangannya kemampuan membaca dan menulis menjadi hal pokok terpenting melihat ukuran kemajuan sebuah bangsa. Kita mengenal bangsa - bangsa yang memiliki peradaban besar dalam sejarah, seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, Yunani, China, dan India. Bangsa-bangsa tersebut adalah bangsa-bangsa yang telah memiliki tradisi literasi yang kuat pada zamannya. Budaya literasi yang kuat dan tinggi akan membentuk masyarakat berpengetahuan (knowledge society) yang hebat. Dan sudah tidak perlu dipungkiri lagi, bahwa pengetahuan adalah kekuatan yang menentukan eksistensi dan kemampuan suatu bangsa dalam persaingan global.
Tidak hanya itu, dibuktikannya sebuah sejarah islam. Islam sebagai agama yang lahir di tengah-tengah masyarakat yang tidak memiliki budaya baca tulis yg kuat, dengan spirit literasi yang digaungkannya telah mampu merubah wajah peradaban Jazirah Arab menjadi peradaban besar, bahkan bangsa Arab muslim dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi selama hampir 800 tahun menguasai dunia dan menjadi poros peradaban. Diakui atau pun tidak kemajuan dunia saat ini pun tidak lepas dari jasa kemajuan peradaban Islam.
Meski tidak sedikit yang enggan untuk mengakui jasa islam dan para penganutnya terhadap kemajuan dunia saat ini, khususnya barat. Beberapa tokoh barat pernah mengatakan pengakuannya tentang hal ini. Barack Obama, salah seorang presiden Amerika misalnya. Beliau menyampaikan, "Peradaban berhutang besar pada Islam." Tidak hanya itu, Montgomery Watt, seorang pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, dan salah seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat, juga pernah menyampaikan, "Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa."
Dari pemaparan singkat ini jelas, bahwa tidak yang lebih bisa merubah peradaban dunia kecuali hanya dengan literasi yang tinggi dan kuat. Maka sangat baik sekali ini menjadi fokus konsentrasi tersendiri dalam dunia pendidikan. Memasuki era digital ini, melalui Siaran Pers No. 15/HM/KOMINFO/01/2022 Tentang Budaya Digital Membaik, Indeks Literasi Digital Indonesia Meningkat. Di situ Mulya Amri, sebagai Panel Ahli Katadata Insight Center mengatakan, bahwa tahun ini Indeks Literasi Digital Indonesia berada pada skor 3,49 atau pada tahap sedang dan mendekati baik.
Meski di awal sudah disampaikan bahwa sekarang literasi meluas tidak hanya membaca dan menulis. Namun, peningkatan kemampuan membaca dan menulis masih merupakan sebuah poin terpenting dalam penguataan dunia literasi. Maka, kontestasi dalam dunia peradaban dunia tidak akan berubah dengan cepat kalau kita tidak turut ikut bergerak. Sekecil apapun yang bisa kita lakukan untuk proses penguatan literasi pasti akan berdampak positif kalau itu dilakukan bersama-sama.
Perlu diketahui bahwa rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia khususnya anak-anak disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama ialah lingkungan keluarga. Seseorang anak sangat kecil sekali kemungkinan memiliki kegemaran membaca apabila di lingkungan keluarganya saja tak pernah memberikan persuasif pembiasaan untuk membaca. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam membimbing anaknya untuk rajin membaca.
Faktor selanjutnya berasal dari taman belajar mereka, yaitu lingkungan sekolah yang kurang merangsang siswanya untuk gemar membaca dan menggali informasi dari buku. Kalau orang tua adalah guru pertama yang mengawal pembelajaran di rumah. Maka guru adalah orang tua berikutnya yang juga turut mensukseskan program penanaman cinta baca. Masih banyak guru yang hanya menjelaskan sesuatu dan murid hanya mendengarkan tanpa memberikan dorongan dan fasilitas agar anak senang membaca. Inilah sebabnya anak-anak menjadi pasif sehingga tidak ada lagi keinginan untuk mencari tahu lebih banyak dari buku.
Sekali lagi majunya peradaban suatu negara terletak pada baik dan pesatnya dunia literasi. semakin cepat perkembangan dunia literasi suatu negara, maka akan semakin cepat pula majunya peradabannya. INGIN LEBIH CEPAT. ANDA HARUS TERLIBAT! SALAM SEMANGAT LITERASI.
***
*) Oleh:, Asngadi Rofiq, M.Pd. ; Dosen Tadris Bahasa Indonesia (TBIN) Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) dan Pegiat Literasi Pesantren, Sekolah dan Kampus.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ingin Lebih Cepat Anda Harus Terlibat! Kontestasi Peradaban dalam Dunia Literasi
Pewarta | : |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |