https://jakarta.times.co.id/
Forum Mahasiswa

Mahasiswa KKN dan Stereotipe di Masyarakat

Minggu, 11 Agustus 2024 - 16:31
Mahasiswa KKN dan Stereotipe di Masyarakat Nor Mahmudi, Ketua Umum Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia (FORMASAA-I) dan Anggota Harapan Pemuda Indonesia (HPI)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Bulan Agustus dikenal dengan kemeriahan masyarakat dalam merayakan kemerdekaan Republik Indonesia. Pelbagai perlombaan dan upacara bisa disaksikan pada bulan ini. Denyut perayaan dan semarak perlombaan mengendap secara tumpah-ruah dalam ekspresi kegembiraan masyarakat Indonesia.

Satu hal yang juga tak luput dari perhatian kita yang jamak dilaksanakan di bulan ini, yaitu kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa di sejumlah daerah. Kegiatan KKN menjadi bentuk pengaplikasian mahasiswa dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat.

Namun beberapa pekan terakhir, tampaknya KKN cukup mendapat sorotan di jagat maya. Beberapa kritikan pedas dan bernas dilayangkan sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap pelaksanaan kegiatan ini. KKN dianggap sebagai  kegiatan yang sudah usang dan tidak relevan lagi untuk dilaksanakan hari ini. 

Bahkan, lebih parah lagi, KKN dianggap hanya sebagai beban bagi masyarakat, di mana mereka tidak dapat memberikan banyak perubahan dan kebutuhan dari program-program yang dijalankan. Lalu, benarkah demikian?

Tampaknya hal tersebut terkesan berlebih-lebihan. Pandangan tersebut mencoba menggeneralisasi mahasiswa KKN seolah-olah mempunyai dampak yang buruk terhadap masyarakat. Seharusnya kegiatan pengabdian tersebut mendapatkan apresiasi dan suportif agar dapat menguatkan sisi sosial mahasiswa sebagai insan akademis.

Secara faktual, kedatangan mahasiswa dalam pelaksanaan KKN belakangan tak sedikit yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Bahkan, seringkali kepergiannya seusai masa kegiatan diiringi dengan isak tangisan haru, sebagai tanda kehadiran mereka selama KKN membawa manfaat yang dapat dirasakan oleh penduduk setempat.

Dampak Positif Kegiatan KKN

Daerah pedesaan sampai hari ini masih dikenal sebagai masyarakat terbelakang dibandingkan masyarakat perkotaan. Apalagi jika berbicara tentang pendidikan, masih terdapat ketimpangan yang begitu besar yang terjadi di pedesaan. 

Rilis Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2023 menunjukkan, masih terdapat 5,11% penduduk desa yang tidak/belum pernah sekolah, sebanyak 12,39% tidak menamatkan SD dan 31,13% tamatan SD. 

Melalui data ini dapat dilihat rata-rata masyarakat desa secara pendidikan masih sangat rendah dan butuh perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun lembaga pendidikan secara umum. Hadirnya mahasiswa KKN sejatinya akan memberikan stimulus agar pemuda desa dapat sadar akan pentingnya pendidikan. 

Setidaknya dimulai dari komunikasi sederhana, yang dilanjutkan dengan memotivasi mereka. Lalu secara pelan-pelan mengubah pola pikir (mindset) mereka untuk diarahkan agar tidak terkungkung pada pemikiran yang sempit, seolah hanya orang kaya yang dapat kuliah, dan bekerja adalah yang hal utama dibandingkan dengan pendidikan. 

Dapat diyakini pemuda di daerah pedesaan bukan tidak mempunyai keinginan untuk mengenyam pendidikan pada tingkat yang lebih lanjut. Terkadang, kurangnya informasi dan motivasi yang mengakibatkan mereka mengurungkan niat untuk menginjakkan diri di perguruan tinggi. 

Oleh karenanya, sangat relevan membentuk cara pandang yang positif dan progresif dalam rangka menjembatani spirit perubahan dan perbaikan tingkat pendidikan pemuda di daerah. 

Di samping itu, desa menyimpan pelbagai macam potensi sumber daya alam dan manusia yang sangat melimpah. Dimulai dari kekayaan budaya hingga hasil kekayaan alam yang dapat diolah menjadi sumber kehidupan masyarakat. 

Sayangnya, banyak hal yang tidak terpublikasi dengan baik, sehingga tidak banyak orang yang mengenalnya. Akibatnya produk-produk lokal tak jarang terabaikan dan kalah saing dengan produk-produk luar. 

Padahal dari segi kualitas sangat layak dan cukup berani untuk sekadar diadu. Tentu jika dikelola dengan tepat akan menghasilkan pundi-pundi rupiah yang dapat mensejahterakan kebutuhan penduduk dan pembangunan desa. 

Disinilah sebenarnya mahasiswa KKN mengambil peran. Dijumpai banyak sekali pemberitaan media massa yang menampilkan pengabdian mereka dalam hal publikasi hasil riset dari pengelolaan potensi masyarakat di media massa dan platform jual beli online. Sehingga secara bersamaan masyarakat juga didorong untuk mengenal dan beradaptasi pada perubahan zaman. 

Hal itu tampak pada pelaksanaan KKN 2022 di Desa Pabuaran, Gunung Sindur, Bogor. Di sana terdapat tempat ibadah pelbagai agama yang berdiri dengan kokoh, namun tidak dijumpai sedikitpun gejolak konflik yang muncul dari masyarakat. Terdapat toleransi yang dirajut oleh penduduk setempat secara aktif untuk saling menjaga dan menghargai aktivitas keberagamaan masing-masing. Mereka melaksanakan kegiatan bersama tanpa harus menaruh kecurigaan di antara satu sama lain akan adanya "misionarisasi" dari salah satu pihak. 

Fenomena semacam ini sangat penting dalam memelihara keberlangsungan kehidupan antar umat beragama. Melalui mahasiswa KKN, penting fenomena tersebut dipublikasikan seluas-luasnya kepada masyarakat secara nasional, bahkan internasional untuk memberikan stimulus dan sampel bahwa meskipun hidup dalam perbedaan wajib dijalin dalam perdamaian dan sikap yang toleran.

Kumpulan beberapa fakta di atas setidaknya sedikit mengobati rasa kecemasan dan menggenapi optimisme terhadap mahasiswa KKN. Mereka senantiasa ada dan terus relevan dengan masyarakat melalui pelbagai dampak positif yang mereka hadirkan. Biarlah mahasiswa terus belajar di tengah problematika yang tiada henti bergejolak secara dinamis di masyarakat. 

Menjadi mahasiswa adalah waktu untuk mengasah perjuangan. Sebab kata Bung Karno, perjuangan akan membawa kesulitan. Perjuangan besar tidak hanya menuntut pengalaman, tetapi juga menuntut keberanian.

***

*) Oleh : Nor Mahmudi, Ketua Umum Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia (FORMASAA-I) dan Anggota Harapan Pemuda Indonesia (HPI).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.