TIMES JAKARTA, JAKARTA – Dalam situasi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, kepemimpinan di bidang keuangan negara dituntut untuk tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga tangguh dalam strategi.
Sosok Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan yang kini banyak mendapat sorotan publik, tampil dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. Tenang, analitis, dan sistemik itulah kesan yang mencolok dari sepak terjangnya dalam menata keuangan negara.
Sebagai seorang ekonom yang lama berkecimpung di dunia kebijakan publik, Purbaya membawa cara pandang yang menyeluruh. Ia tidak melihat keuangan negara sebagai sekadar urusan neraca dan defisit, tetapi sebagai sistem yang terhubung dengan sektor riil, moneter, dan sosial.
Pengalaman panjangnya di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Badan Kebijakan Fiskal menjadikannya paham bahwa pengelolaan fiskal harus berlandaskan analisis risiko dan keberlanjutan jangka panjang, bukan sekadar merespons krisis sesaat. Pendekatan inilah yang menjadikan kebijakan fiskal di era Purbaya terasa lebih stabil dan berbasis data.
Gaya manajemen keuangan ala Purbaya bisa dikatakan kalkulatif namun tetap humanis. Ia menjaga disiplin fiskal tanpa mengabaikan dimensi sosial. Dalam berbagai kebijakan, terlihat bagaimana upaya menjaga daya beli masyarakat bawah tetap menjadi prioritas, sembari mengontrol defisit agar tetap sehat.
Purbaya memahami bahwa stabilitas ekonomi tidak bisa dicapai hanya lewat kebijakan angka, tetapi juga lewat keberpihakan pada rakyat kecil. Prinsip inilah yang membuat kebijakan keuangannya tidak elitis, namun realistis.
Transparansi dan Inovasi Fiskal
Ciri khas lain yang mencolok adalah komitmen pada transparansi dan inovasi. Purbaya mendorong reformasi pengelolaan fiskal melalui digitalisasi, perbaikan sistem pelaporan, serta pemanfaatan instrumen pembiayaan hijau (green bonds).
Langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat kredibilitas fiskal Indonesia di mata dunia, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan investor terhadap ketahanan ekonomi nasional.
Kebijakan berbasis data dan akuntabilitas publik menunjukkan bahwa fiskal bukan sekadar alat teknis, melainkan pilar kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.
Ketegangan geopolitik, fluktuasi harga pangan, dan potensi resesi global menjadi tantangan nyata bagi setiap Menteri Keuangan. Namun, Purbaya menjawab semua itu dengan rasionalitas dan keberanian.
Ia tidak tergoda pada kebijakan populis jangka pendek, melainkan memilih langkah-langkah yang memperkuat fondasi fiskal jangka panjang. Di sini tampak gaya teknokrat sejati, bekerja dengan data, berbicara dengan fakta, dan mengambil keputusan tanpa kegaduhan politik.
Integritas dan Nilai dalam Pengelolaan Uang Negara
Bagi Purbaya, keuangan negara adalah amanah yang harus dijaga dengan integritas. Ia konsisten memperkuat sistem pengawasan internal dan memastikan setiap rupiah anggaran memberi manfaat bagi masyarakat.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa manajemen keuangan tidak semata soal efisiensi, tetapi juga soal moral dan tanggung jawab sosial negara terhadap rakyatnya.
Gaya baru manajemen keuangan ala Purbaya Yudhi Sadewa mengajarkan kita bahwa kebijakan fiskal yang baik bukan sekadar soal angka surplus atau defisit, tetapi tentang membangun ketahanan ekonomi yang manusiawi dan berkelanjutan.
Dengan kepemimpinan yang berpijak pada data, integritas, dan keberpihakan sosial, Indonesia memiliki alasan untuk optimistis menatap masa depan fiskal yang lebih sehat dan tangguh. (*)
***
*) Oleh : Nugroho Wisnu Murti, S.Sos., Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen, Universitas Trisakti.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |