TIMES JAKARTA, JAKARTA – Mengenang jejak pemikiran sang penggerak keadaban ilmu, KH Moensif Nachrowi Thohir selalu ramah dalam pikiran kritis pemuda yang gemar akan perubahan. Penguatan karakter selalu beliau tekankan untuk ada bersama kepentingan sosial masyarakat, melalui keteguhan berjuang.
KH Moensif Nachrowi Thohir adalah seorang pemikir dan tokoh pendidikan Islam yang dikenal luas karena kontribusinya dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Pemikiran beliau tentang pendidikan mengandung nilai-nilai yang mendalam, tidak hanya mencakup aspek teknis dan kurikulum, tetapi juga penekanan pada pentingnya pembentukan karakter serta integrasi antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas.
Dalam pandangan KH Moensif, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual, tetapi juga harus mampu mencetak generasi yang memiliki akhlak yang mulia, memiliki rasa tanggung jawab sosial, dan mampu menjalani kehidupan dengan penuh kebijaksanaan.
Salah satu elemen penting yang diusung oleh KH Moensif adalah konsep pendidikan yang holistik. Beliau percaya bahwa pendidikan harus mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik jasmani, rohani, maupun sosial. Oleh karena itu, pendidikan yang ideal menurutnya adalah pendidikan yang tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian peserta didik.
Dalam konteks ini, beliau sering menekankan pentingnya keseimbangan antara pengajaran ilmu agama dan ilmu umum, karena keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Ilmu agama, bagi KH Moensif, adalah dasar untuk membentuk moralitas dan etika yang kuat, sementara ilmu umum sangat penting untuk perkembangan intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, KH Moensif juga sangat menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kemandirian dan kebebasan berpikir. Dalam pandangannya, pendidikan tidak seharusnya bersifat dogmatis, tetapi harus memberikan ruang bagi peserta didik untuk berpikir kritis, berinovasi, dan mengembangkan potensi diri mereka.
Dengan cara ini, peserta didik akan dapat menghadapi tantangan zaman dengan lebih baik dan menjadi individu yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam masyarakat yang terus berubah. Pendidikan yang memberdayakan ini juga mengarah pada pengembangan keterampilan hidup yang aplikatif, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi individu dalam masyarakat.
Pemikiran KH Moensif dalam dunia pendidikan juga sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia yang majemuk. Beliau menekankan pentingnya membangun pendidikan yang inklusif, yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau agama.
Beliau percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, dan oleh karena itu, tidak boleh ada diskriminasi dalam akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Dalam hal ini, KH Moensif sering kali mengkritik sistem pendidikan yang masih belum dapat menjangkau seluruh anak bangsa, terutama yang tinggal di daerah terpencil atau yang berasal dari keluarga miskin.
Kritik terhadap sistem pendidikan juga terkait dengan pandangannya mengenai ketimpangan sosial yang masih sangat terasa di Indonesia. KH Moensif menganggap bahwa pendidikan harus menjadi alat untuk menciptakan keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu, beliau mendorong agar kurikulum pendidikan tidak hanya berorientasi pada aspek teknis dan ekonomis, tetapi juga mampu mengajarkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan solidaritas. Pendidikan harus dapat mengajarkan kepada peserta didik pentingnya memperjuangkan hak-hak orang lain dan bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan makmur.
Dalam hal implementasi pendidikan, KH Moensif juga berpendapat bahwa metode pembelajaran harus lebih dinamis dan interaktif. Beliau tidak setuju dengan metode yang hanya mengandalkan ceramah atau pengajaran satu arah. Sebaliknya, beliau mendorong agar pendidikan lebih bersifat dialogis, di mana pengajar dan peserta didik dapat saling berbagi ide, pengalaman, dan perspektif.
Dengan cara ini, proses belajar mengajar akan menjadi lebih hidup dan relevan dengan kebutuhan zaman. Selain itu, pendekatan semacam ini juga akan lebih mendekatkan antara pengajar dan peserta didik, menciptakan hubungan yang lebih manusiawi dan saling menghormati.
KH Moensif juga sering berbicara tentang pentingnya pendidikan yang berbasis pada konteks lokal dan budaya Indonesia. Beliau menilai bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengaitkan ilmu pengetahuan dengan budaya lokal dan tradisi bangsa.
Dalam konteks ini, beliau tidak setuju jika pendidikan di Indonesia hanya terfokus pada kurikulum yang bersifat global tanpa memperhatikan kearifan lokal. Pendidikan harus bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air dan identitas bangsa, sehingga peserta didik tidak hanya memahami dunia global, tetapi juga memiliki kebanggaan terhadap warisan budaya dan sejarah Indonesia.
Salah satu hal yang juga sangat ditekankan oleh KH Moensif adalah pentingnya pendidikan bagi perempuan. Beliau menganggap bahwa pendidikan perempuan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Menurut beliau, perempuan yang terdidik akan mampu berperan aktif dalam pembangunan masyarakat, baik dalam ranah keluarga, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu, beliau mendukung penuh upaya untuk meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan dan memastikan bahwa mereka mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mengakses pendidikan yang berkualitas.
Pemikiran KH Moensif mengenai pendidikan juga sangat relevan dengan upaya-upaya modernisasi dalam dunia pendidikan. Beliau menganggap bahwa kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk mendukung proses belajar mengajar, namun tetap dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas. Dalam hal ini, beliau menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis pada teknologi informasi yang tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter dan moralitas peserta didik.
Akhirnya, dalam pemikiran pendidikan KH Moensif Nachrowi Thohir, kita menemukan sebuah visi yang sangat komprehensif tentang pendidikan sebagai sarana untuk membentuk manusia seutuhnya. Pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan, moral, sosial, dan budaya, serta mampu mengakomodasi kebutuhan zaman, adalah inti dari pandangannya.
Dengan demikian, pendidikan bukan hanya tentang mengejar prestasi akademik, tetapi juga tentang bagaimana mencetak individu yang memiliki integritas, empati, dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Pemikiran KH Moensif ini sangat relevan untuk diterapkan dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, yang masih menghadapi berbagai tantangan dalam menciptakan sistem pendidikan yang adil dan berkualitas.
Selamat jalan, KH Moensif, semoga perjuangannya tetap hidup dalam setiap langkah kami.
***
*) Oleh : Abdullah Fakih Hilmi AH, S.AP., Akademisi dan Wirausahawan.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |