TIMES JAKARTA, JAKARTA – Perkembangan Artificial Intelligence di sektor inovasi teknologi telah bergerak sangat cepat. Berbagai sektor industri dan lini kehidupan telah terkena dampak dari perkembangan massif AI. Dunia pendidikan juga terkena dampaknya, kita perlu bersama-sama melihat secara lebih detail dan menyiapkan mitigasi dari resiko-resiko yang dihadapi.
Pada Acara UNESCO Digital Learning Week 2024 beberapa waktu lalu, ada beberapa poin yang disampaikan mengenai aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam integrasi AI di bidang pendidikan. Aspek-aspek ini menjadi sangat krusial untuk dipertimbangkan dalam menyiapkan kebijakan yang lebih presisi dan berdampak bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pertama, manusia sebagai pusat pembelajaran. Integrasi AI di sektor pendidikan memerlukan pendekatan yang berpusat pada manusia, yang memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mendukung dan memberdayakan peserta didik, guru, dan komunitas pendidikan secara keseluruhan.
Dalam implementasi AI yang berpusat pada manusia, sangat penting untuk memastikan bahwa AI tidak mengganggu hak asasi atau memperkuat ketidaksetaraan sosial. Misalnya, algoritma yang tidak diawasi dengan baik dapat mengekspresikan bias (ketidak akuratan data), memperkuat stereotip, atau bahkan memperburuk diskriminasi.
Kedua, pengembangan kurikulum yang responsif. Kurikulum pendidikan harus menyesuaikan dan terus berkembang agar dapat mencakup literasi digital yang mendalam dan dapat mempersiapkan Generasi mendatang yang akan banyak berhubungan dengan AI.
Negara-negara di Eropa dan Asia telah mulai merancang kurikulum yang lebih adaptif, yang mengintegrasikan kompetensi AI seperti etika, teknik aplikasi AI, dan pemikiran kritis terkait AI. Kurikulum ini tidak hanya berfokus pada pengajaran teknik penggunaan AI, tetapi juga membekali peserta didik dengan kemampuan untuk memahami implikasi sosial dan etis dari teknologi ini. Misalnya, kurikulum harus mencakup bagaimana AI mempengaruhi pekerjaan, kehidupan pribadi, dan hak asasi manusia.
Ketiga, AI sebagai alat mempercepat pembelajaran. Salah satu manfaat utama AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi. AI dapat menganalisis data belajar peserta didik secara real-time, memberikan umpan balik dan menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu.
Untuk mencapai personalisasi yang efektif, perlu ada infrastruktur data (collection & Processing) yang kuat serta sistem evaluasi (assessment) yang dapat mengukur hasil belajar secara tepat.
Mengatasi Kesenjangan Akses Teknologi dan Infrastruktur
Kesenjangan digital adalah tantangan besar dalam penerapan AI di pendidikan termasuk di Indonesia. Untuk mengatasi kesenjangan ini memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur teknologi, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain itu, program-program inklusif yang menyediakan akses teknologi bagi peserta didik dari kelompok kurang mampu harus menjadi prioritas.
Pada sisi lain, kita juga perlu melihat pertimbangan etis. Pertimbangan etis untuk Kecerdasan Buatan (AI) sangat penting dalam transformasi digital pendidikan, dan berfokus untuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang menghormati privasi, melindungi hak individu, hak intelektual, mengedepankan keadilan dan transparansi yang artinya adalah ketika AI digunakan untuk melakukan pengolahan data, maka data yang digunakan harus jelas sumber dan kewenangan penggunaan datanya.
Kemudian, kolaborasi dan kooperasi menjadi sangat krusial. Kolaborasi global dan inklusivitas juga menjadi tema utama dalam diskusi seputar integrasi AI dalam pendidikan. AI memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, terutama di negara-negara berkembang. Kolaborasi global dapat mencakup berbagi sumber daya teknologi, pengetahuan, dan praktik terbaik antar negara.
Organisasi internasional seperti UNESCO dapat memainkan peran penting sebagai agregator dan mengkoordinasikan upaya global ini, memastikan bahwa AI digunakan untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan. Peran AI dalam pendidikan bukan hanya tentang teknologi tetapi juga isu sosial. Membangun komunitas yang mendukung penggunaan AI yang beretika dan mendorong kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta adalah kunci untuk mendorong inklusivitas.
Manajemen Risiko dalam Penggunaan AI
Penerapan AI dalam pendidikan membutuhkan kesiapan yang komprehensif, termasuk dalam hal manajemen risiko. AI tentunya dapat menimbulkan berbagai risiko, seperti memperburuk ketidaksetaraan sosial atau meningkatkan ketergantungan pada teknologi.
Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan yang ingin mengimplementasikan AI perlu melakukan penilaian kesiapan dan membuat manajemen risiko untuk mengidentifikasi potensi dampak negatif lalu mencari solusi yang tepat.
Penilaian kesiapan ini harus mencakup analisis mendalam mengenai bagaimana AI akan berinteraksi dengan sistem pendidikan yang sudah ada, serta identifikasi potensi hambatan yang mungkin muncul. Selain itu, penting untuk memiliki rencana manajemen risiko yang tanggap dan fleksibel, yang dapat menyesuaikan dengan perubahan dalam teknologi dan lingkungan pendidikan. Lembaga pendidikan dapat bermitra dengan pakar teknologi dan organisasi kebijakan untuk mengembangkan pendekatan manajemen risiko yang solid.
Peningkatan literasi digital dan AI untuk guru dan peserta didik adalah langkah penting untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat diintegrasikan dengan baik ke dalam proses pembelajaran atau tata kelola pendidikan. Guru harus diperlengkapi dengan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan AI sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, sementara peserta didik harus dibekali dengan literasi digital tingkat dasar sejak dini sebelum mempelajari literasi AI yang lebih kompleks.
Kewarganegaraan Digital Global
Kewarganegaraan digital global melibatkan peningkatan literasi kepada peserta didik dan guru tentang penggunaan teknologi AI yang beretika. Ini termasuk memahami bagaimana sistem AI membuat keputusan, pentingnya transparansi dalam AI, dan kebutuhan untuk menghindari perilaku berbahaya seperti perundungan siber atau penyalahgunaan data.
Terakhir, pesan utama dari UNESCO Digital Learning Week 2024 adalah AI memiliki potensi luar biasa untuk mengubah pendidikan, tetapi transformasi ini harus dipandu oleh prinsip etika yang kuat, inklusivitas, dan kolaborasi lintas sektor.
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi swasta harus bekerja sama untuk membangun kerangka kerja, kompetensi, dan infrastruktur yang diperlukan guna memastikan bahwa AI berfungsi sebagai kekuatan untuk kebaikan dalam pendidikan dan masyarakat luas.
***
*) Oleh : Wibowo Mukti, Kepala Balai Layanan Platform Teknologi, Kemendikdasmen.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Memitigasi Disrupsi Artificial Intelligence di Dunia Pendidikan
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |