https://jakarta.times.co.id/
Kopi TIMES

Kemuliaan Tugas Seorang Guru

Senin, 25 November 2024 - 19:10
Kemuliaan Tugas Seorang Guru Asep Suriaman, S. Psi., Direktir Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publik

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Guru bukan hanya penuntun dalam pembelajaran akademis, tetapi juga menjadi teladan dalam membentuk nilai-nilai moral dan sosial siswa. Mereka berperan sebagai garda terdepan dalam mendidik generasi penerus agar memiliki pemahaman yang baik tentang toleransi, persatuan, dan tanggung jawab sosial, sehingga dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena jasa-jasanya yang besar bagi bangsa dan negara, namun apakah guru mendapatkan penghargaan yang sepadan?

Ada sejumlah persoalan yang dihadapi guru-guru kita dan solusinya perlu dipikirkan bersama. Guru sering kali menghadapi rendahnya status dan kurangnya penghargaan di masyarakat. Ini mengurangi motivasi mereka dalam belajar-mengajar.

juga relatif rendah jika dibandingkan dengan tanggung jawab yang mereka emban sehingga sulit menarik individu berkualitas untuk menjadi guru. Beban kerja yang berat juga menjadi masalah. Tugas mengajar, mengoreksi pekerjaan siswa, dan menyiapkan materi pelajaran tentu memakan waktu dan energi.

Kurangnya fasilitas dan sumber daya di sekolah juga mempersulit guru dalam menyampaikan pembelajaran yang efektif. Padatnya kurikulum dengan materi yang harus dicakup dalam waktu terbatas pun menimbulkan tekanan terhadap guru.

Hari Guru Nasional secara resmi ditetapkan pada tahun 1994 melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Momen pemilihan Hari Guru Nasional bertepatan dengan hari lahir organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia atau yang kita kenal dengan PGRI. 

Hal itu bentuk penghargaan dan penghormatan kepada setiap guru atas setiap jerih payahnya dalam melakoni tugas mulia mendidik anak didiknya. Upaya yang dilakukan penuh dengan pengorbanan dan tanpa kenal lelah pada anak didiknya yang seringkali dianggap sederhana padahal berdampak pada terwujud tujuan besar “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.

Menjadi guru bukanlah hal yang dengan mudah dilakukan, di mana menjadi guru adalah memberikan dan mengabdikan kehidupan untuk senantiasa berbagi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, seringkali juga menjadi guru bukan hanya memerlukan sebatas kemampuan mengajar dan memahami muatan materi yang akan disampaikan.

Dalam hal mengajar misalnya, menjadi guru artinya harus mampu bersabar menghadapi berbagai karakter anak didik/muridnya yang beragam yang tak jarang justru menguras tenaga guru secara psikis, sebab manjadi guru adalah menjadi sosok yang penuh keuletan dan kesabaran.

Menjadi guru memberikan arti menjadi sosok yang posisi dan kedudukannya sangat dihormati, setiap ucap yang dilakukannya menjadi metamorfosa jawaban akan kebutuhan pendidikan bagi setiap insan yang menjadi anak didiknya, berbagai langkah verbal yang keluar dari sosok guru juga merupakan asupan pembelajaran yang mesti didengarkan, dipahami atau diyakini demi agar sebagai anak didiknya mampu memahami setiap ilmu yang disampaikan.

Menjadi guru juga berarti menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa diperhatikan setiap tingkah lakunya, sosok guru yang melekat erat dengan nuansa suri taulan bagi setiap anak didiknya bahkan masyarakat makin menguatkan pula bahwa guru bukanya hanya sebatas profesi yang berorientasi pada gugurnya kewajiban kerja dalam hal mengajar, tetapi lebih daripada itu guru harus menjadi inspirasi anak didik dalam melalukan berbagai hal yang berkaitan tentang kebaikan.

Dalam persoalan arus globalisasi, menjadi guru juga berarti harus siap menjawab tuntunan perkembangan zaman, menjadi guru harus mampu menyesuaikan proses pembelajaran dengan derasnya arus modernisasi kehidupan peradaban manusia, improvisasi dan kreativitas menjadi fondasi yang harus dimiliki guru, mandegnya langkah penyesuaian pembelajaran yang dilakukan guru akan memulai jalan mundur kehidupan kita semua. 

Pemanfaatan media teknologi dalam mekanisme pembelajaran yang dilakukan oleh guru itu mempermudah berbagai akses pendidikan bagi siapa pun peserta didik juga makin menjelaskan bahwa menjadi guru adalah hal yang mulia yang tidak semua orang mampu konsisten menjalaninya.

Dengan gambaran begitu besar dan mulianya peran guru, tentu momentum ajang hari guru Nasional yang dilangsungkan tidak hanya semata rangkaian seremonial yang lekang oleh waktu, sebab sudah sebaiknya ajang ini justru adalah refleksi bahwa tugas yang mulia yang dilakukan guru-guru kita adalah alasan rasa dan ucapan terima kasih kita sebagai anak didik tak henti kita utarakan. 

Berkat pengorbanan setiap guru-guru kita ini juga lah, kesempatan untuk memaknai dan memahami arti pendidikan dan kehidupan dapat kita rasakan. Rangkaian kalimat guru sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang terukir pada seluruh guru-guru kita adalah harga yang kita persembahkan untuk mengingatkan kita bahwa jasa para guru-guru kita adalah hal besar yang menolong kita semua dalam mengarungi kehidupan sebagai manusia.

Harapannya juga, di momentum hari guru ini, semoga berbagai upaya-upaya nyata yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan guru mampu menjadi jawaban atas problematika guru dan kehidupannya. Transformasi dana pendidikan dengan meningkatnya jumlah bantuan dana dan kebebasan penggunaannya bisa memberikan kesempatan guru-guru kita yang berstatus honorer mendapat nominal yang lebih layak lagi. 

Peningkatan jumlah pengangkatan PNS guru melalui ASN PPPK adalah angin segar bagi para guru-guru kita demi menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Program Guru Penggerak yang memberikan kesempatan setiap guru untuk lebih mengembangkan kapasitas dan kapabilitas seorang guru semoga memudahkan guru-guru kita dalam memenuhi berbagai kebutuhan pendidikan yang beriringan dengan derasnya kemajuan zaman.

***

*) Oleh : Asep Suriaman, S. Psi., Direktir Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publik.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.