TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ketahanan pangan adalah visi besar pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang mengguncang banyak pihak. Visi ini membawa harapan untuk menjadikan Indonesia negara yang berdaulat dalam pangan, suatu hal yang sering diremehkan banyak orang.
Sebelumnya, Indonesia tergantung pada pasokan komoditas pertanian dari negara asing, bahkan dalam beberapa tahun terakhir kita tertinggal dalam sektor pertanian. Namun, visi besar ini disambut penuh semangat dan komitmen oleh petani, yang memiliki cita-cita untuk mewujudkannya.
Tetapi, apakah semangat dan komitmen saja cukup? Tentu tidak. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan semangat dan komitmen ini tidak sia-sia, agar ketahanan pangan bisa terwujud.
Sumber daya manusia (SDM) petani memainkan peran penting dalam mewujudkan visi besar ini. Tanpa pendampingan yang tepat, sebuah visi besar bisa terjebak dalam euforia belaka, tanpa realisasi nyata. Petani yang terampil mampu mengoptimalkan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan aspek ekologi dan efisiensi sumber daya alam.
Misalnya, mereka dapat memilih lahan yang sesuai untuk jenis tanaman tertentu, berdasarkan faktor tanah, topografi, dan ketersediaan air. Dengan memanfaatkan lahan secara optimal, petani dapat meningkatkan hasil produksi sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan, melalui teknik konservasi tanah dan air.
Dalam program ketahanan pangan, penting untuk memperhatikan karantina lahan, karena tanah yang belum siap untuk produksi bisa menyebabkan hasil panen yang kurang optimal, terutama di lahan bekas gambut.
Salah satu penyebab keterlambatan sektor pertanian kita adalah ketidaktahuan petani tentang teknologi yang tepat guna. Hal ini mencakup penggunaan alat mekanisasi pertanian, pemilihan bibit unggul, serta pemahaman terhadap risiko gagal panen. Penerapan teknologi pertanian yang tepat dapat memberikan manfaat besar bagi petani, seperti peningkatan efisiensi, hasil produksi yang lebih tinggi, serta pengurangan biaya.
Selain itu, teknologi juga membantu petani beradaptasi dengan tantangan baru, seperti perubahan iklim, dan mendukung keberlanjutan pertanian jangka panjang. Oleh karena itu, pengembangan teknologi dan peningkatan keterampilan petani dalam menggunakannya harus menjadi prioritas dalam pembangunan pertanian.
Edukasi dan penyuluhan yang berkelanjutan sangat diperlukan, karena banyak petani kita yang masih menggunakan metode pertanian konvensional. Untuk mencapai ketahanan pangan, petani harus mampu beradaptasi dengan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan kemudahan dalam proses pertanian.
Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan pertanian adalah komponen inti dalam pengembangan SDM petani. Ketiga elemen ini saling terkait dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan petani untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha tani. Tanpa pembekalan yang memadai, petani akan kesulitan mengadopsi praktik pertanian modern dan menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Program pelatihan harus difokuskan pada keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengelola lahan dan memaksimalkan hasil produksi. Pelatihan sering melibatkan demonstrasi lapangan, praktik langsung, dan bimbingan dari ahli pertanian.
Misalnya, petani dapat dilatih dalam teknik pengolahan tanah yang efisien, penggunaan alat mekanisasi, serta metode pengairan dan pemupukan yang tepat. Ini akan membantu petani meningkatkan keterampilan teknis mereka dan lebih efisien dalam usaha tani.
Oleh karena itu, melibatkan SDM dalam proyek besar ini secara tiba-tiba tanpa persiapan yang matang kurang lah efektif. Sebaiknya dilakukan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu, agar mereka siap secara fisik, mental, dan teknis untuk terjun langsung ke lapangan.
Semangat dan komitmen saja tidak cukup untuk mewujudkan ketahanan pangan, karena itu perlu didampingi dengan pengetahuan taktis dan pemahaman yang mendalam tentang dunia pertanian. Program ketahanan pangan ini sangat penting, mengingat kelaparan masih menjadi masalah besar di negara kita. Mari kita bangkit bersama para petani untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat pangan.
***
*) Oleh : M Nadhim Ardiansyah, Sp., Pengamat Pertanian Indonesia dan Badan Pengawas Organisasi IBEMPI.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peran SDM Petani untuk Ketahanan Pangan
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |