TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sebuah program jet tempur canggih baru akan digarap tiga negara, Jepang, Inggris dan Italia.

Pembuatan jet tempur generasi berikutnya ini disepakati ketiga negara itu berbasis di Inggris, dengan menempatkan Inggris di garis depan proyek internasional yang besar.

Pada bulan Desember, ketiga negara tersebut membuat koalisi Global Combat Air Program (GCAP) untuk bekerja sama dalam membuat pesawat canggih pada pertengahan dekade berikutnya.

Disepakati nantinya Jepang dan Inggris akan fokus pada desain dan manufaktur programnya, dan Inggris kemungkinan akan memberikan peran utama dalam mengatur proyek tersebut karena pengalaman terbaru mereka dalam pengembangan jet tempur.

Koalisi itu terbentuk setelah Inggris dan Jepang sepakat menggabungkan upaya tempur mereka dalam sebuah kolaborasi terobosan yang bertujuan menampilkan pesawat canggih pada pertengahan dekade berikutnya.

"Jepang dan Inggris akan mendominasi desain dan manufaktur pada proyek tersebut, dengan pengalaman Inggris yang lebih dalam dan terkini dalam pengembangan jet tempur kemungkinan akan memberinya peran utama dalam mengatur program tersebut," kata tiga sumber yang mengetahui diskusi internal seperti dilansir di Japan Today.

"Kantor pusatnya akan berada di Inggris, tapi demi keseimbangan, seseorang dari Jepang bisa memimpinnya," tambah  salah satu sumber, yang semuanya meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitifnya isu tersebut.

"Diskusi mengenai markas tersebut sedang berlangsung dan kami tidak dapat mengomentari lokasinya," kata badan pengadaan pertahanan Jepang melalui email.

"Kerangka pengembangan untuk pesawat tempur tersebut akan ditetapkan pada tahun fiskal berikutnya," ujarnya.

"Belum ada keputusan akhir yang dibuat mengenai lokasi tersebut dan kami tidak akan mengomentari spekulasi tersebut," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris.

Pejabat di kementerian pertahanan Italia juga tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Pada bulan Maret, Reuter pernah melaporkan bahwa Italia akan membayar sekitar seperlima dari keseluruhan biaya pembangunan, yang dianggap spekulatif oleh pemerintah negara tersebut.

Pada hari Jumat, kepala kelompok pertahanan dan kedirgantaraan Italia, Leonardo mengatakan Arab Saudi tidak ikut dalam kemitraan inti proyek ini, meskipun Financial Times bulan lalu mengatakan pihaknya mendorong untuk bergabung.

" GCAP akan terbuka bagi negara ini dalam peran yang lebih terbatas karena hal ini akan mendatangkan uang dan pasar yang menguntungkan bagi proyek yang diperkirakan menelan biaya puluhan miliar dolar," tambah ketiga sumber tersebut.

"Salah satu tetangganya di Timur Tengah, Uni Emirat Arab, juga menunjukkan minatnya," tambah mereka.

"Terdapat pembicaraan mengenai kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan Arab Saudi, namun belum ada keputusan selain itu," kata Direktur Future Combat Air di Kementerian Pertahanan Inggris, Richard Berthon pada pameran senjata DSEI di London pekan lalu.

"Di London sudah jelas bahwa mereka mungkin akan datang di kemudian hari," kata sumber Kementerian Pertahanan Italia, yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Perusahaan utama Inggris di GCAP adalah BAE Systems PLC, dan Jepang akan diwakili oleh Mitsubishi Heavy Industries.

Pembuat rudal Eropa MBDA juga akan bergabung dalam proyek ini, bersama dengan produsen avionik Mitsubishi Electric Corp.

Rolls-Royce PLC dari Inggris, IHI Corp dari Jepang, dan Avio Aero dari Italia akan mengerjakan mesinnya. (*)