TIMES JAKARTA, JAKARTA – Iran dilaporkan telah melancarkan serangan pesawat tak berawak besar-besaran ke wilayah Palestina yang diduduki Israel sebagai tanggapan atas serangan rezim zionis itu di tanah Iran, Jumat dini hari tadi.
Juru bicara militer rezim Israel mengklaim bahwa respons Iran terhadap agresi Israel itu telah dimulai dan lebih dari 100 pesawat tak berawak telah diluncurkan ke Israel beberapa jam terakhir.
Serangan itu terjadi setelah Israel melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran yang diklaimnya menewaskan dua jendral dan dua ilmuwan nuklir terkemuka.
Dua jendral itu adalah Panglima Tertinggi Garda Revolusi Iran IRGC, Mayor Jenderal Hossein Salami dan Komandan Markas Besar Pusat Khatam al-Anbia Iran, Mayor Jenderal Gholam Ali Rashid.
Sedangkan dua ilmuwan nuklir yang tewas karena serangan Israel itu adalah Mohammad Mahdi Tehranchi dan Fereydoon Abbasi
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, Iran telah meluncurkan sekitar 100 UAV menuju "wilayah Israel", sebuah respons yang sudah diperkirakan setelah Israel melakukan serangan terhadap Iran yang dikatakannya menargetkan "jantung" program nuklirnya.
Juru bicara IDF, Brigjen Effie Defrin seperti dilansir Euronews mengatakan, Israel tengah berupaya mencegat pesawat nirawak tersebut. Keadaan darurat di Israel telah diumumkan.
Serangan Iran terjadi setelah Israel melancarkan serangan lebih dulu di seluruh Iran yang katanya menargetkan program nuklir Teheran.
Presiden Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan itu adalah "operasi militer yang targetnya adalah untuk menangkal ancaman Iran terhadap kelangsungan hidup Israel", dan mengklaim bahwa "jika tidak dihentikan, Iran bisa memproduksi senjata nuklir dalam waktu yang sangat singkat".
Sementara itu pemerintah Iran mengatakan, serangan Israel itu telah membuktikan bahwa Israel tidak mematuhi aturan hukum internasional apa pun. "Kami menegaskan hak kami untuk membalas, dan kami akan menanggapi entitas teroris ini dengan sangat tegas," katanya.
Sebelumnya, ledakan terdengar di ibu kota Iran, Teheran, saat Israel mengklaim telah menyerang negara tersebut. Media pemerintah Iran melaporkan ledakan terjadi di wilayah timur laut kota tersebut.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi Jumat pagi bahwa serangan Israel telah menghantam fasilitas pengayaan uranium Iran di Natanz.
Dalam sebuah pernyataan di X, Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi, mengatakan, bahwa IAEA sedang memantau dengan saksama situasi yang sangat memprihatinkan di Iran.
Badan tersebut juga berusaha sedang berusaha menghubungi otoritas Iran mengenai tingkat radiasi. "Kami juga sedang menghubungi inspektur kami di negara tersebut," kata Grossi.
Para pemimpin Israel menganggap "serangan pendahuluan" tersebut sebagai pertarungan untuk kelangsungan hidup bangsa, dan menambahkan bahwa hal itu diperlukan untuk menangkal apa yang mereka gambarkan sebagai ancaman langsung yang akan ditimbulkan oleh Iran jika mengembangkan senjata nuklirnya.
Masih belum jelas seberapa dekat negara itu bisa mencapainya atau apakah mereka benar-benar telah merencanakan serangan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel menargetkan situs nuklir dan militer. "Bisa jadi setahun. Bisa jadi dalam beberapa bulan," kata Netanyahu seraya berjanji akan meneruskan serangan selama diperlukan untuk "menghilangkan ancaman" itu.
"Ini adalah bahaya yang nyata bagi kelangsungan hidup Israel," kata Netanyahu.
Serangan terhadap Iran telah mendorong militer Israel hingga batas maksimal, sehingga mengharuskan penggunaan pengisi bahan bakar udara-ke-udara yang sudah tua agar jet tempurnya bisa mendekati wilayah Iran untuk melakukan serangan.
Tidak jelas apakah jet Israel itu memasuki wilayah udara Iran atau hanya menembakkan apa yang disebut "rudal jarak jauh" ke Iran.
Jet tempur dilaporkan terdengar terbang di atas kepala di wilayah Irak pada saat serangan terjadi.
Serangan itu terjadi saat ketegangan meningkat terkait program nuklir Teheran yang terus berkembang pesat.
Dewan Gubernur di IAEA untuk pertama kalinya dalam 20 tahun pada hari Kamis mengecam Iran karena tidak bekerja sama dengan para inspekturnya.
Iran sendiri segera mengumumkan akan membangun lokasi pengayaan ketiga di negara itu dan mengganti beberapa sentrifus dengan yang lebih canggih.
Selama bertahun-tahun Israel telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan mengizinkan Iran membangun senjata nuklir, sesuatu yang Teheran tegaskan tidak diinginkannya, sementara pejabat di Iranpun telah berulang kali memperingatkan bahwa hal itu bisa saja terjadi.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan "situasi darurat" di negara itu menyusul serangan tersebut.
Ia mengatakan sekolah-sekolah akan ditutup di seluruh negeri pada hari Jumat, seraya menambahkan bahwa serangan balasan Iran berupa rudal dan pesawat nirawak diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Israel mengambil "tindakan sepihak terhadap Iran" dan bahwa Israel memberi tahu Washington bahwa mereka yakin serangan itu diperlukan untuk membela diri.
"Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan tersebut," kata Rubio dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih.
Rubio mengatakan pemerintahan Donald Trump mengambil langkah-langkah untuk melindungi pasukannya dan tetap berhubungan dengan mitra-mitranya di kawasan tersebut.
Ia juga mengeluarkan peringatan kepada Iran agar tidak menargetkan kepentingan atau personel AS.
Sebuah media AS mengatakan Presiden Donald Trump dilaporkan telah mengumpulkan kabinetnya untuk pertemuan darurat menyusul serangan Israel itu
Pada hari-hari menjelang serangan, Washington telah menegaskan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam serangan Israel terhadap Iran.
Donald Trump telah mendesak Israel untuk menahan diri dari menyerang Teheran, dan mencari solusi diplomatik, tetapi mengakui bahwa serangan Israel sangat mungkin terjadi.
Donald Trump sebelumnya mengatakan dia mendesak Netanyahu untuk menunda tindakan apa pun sementara pemerintahannya bernegosiasi dengan Iran.
"Selama saya yakin ada peluang untuk kesepakatan, saya tidak ingin mereka masuk karena saya yakin itu akan merusaknya," kata Trump kepada wartawan.
Amerika Serikat telah bersiap menghadapi sesuatu yang akan terjadi, dengan menarik sejumlah diplomat dari ibu kota Irak, Baghdad, dan menawarkan evakuasi sukarela bagi keluarga pasukan AS di kawasan Timur Tengah yang lebih luas.
Iran menghentikan penerbangan pada hari Jumat di Bandara Internasional Imam Khomeini di luar Teheran, bandara utama negara itu, menurut media pemerintah. Iran telah menutup wilayah udaranya di masa lalu ketika melancarkan serangan balasan terhadap Israel. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |