TIMES JAKARTA, JAKARTA – Situasi di Suriah mengalami perubahan dramatis setelah oposisi berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad. Langkah ini menandai akhir dari pemerintahan Assad dan membuka jalan bagi babak baru di negara tersebut.
Kejadian ini berlangsung dengan relatif damai, meskipun ketegangan masih terlihat di beberapa wilayah seperti Aleppo dan Idlib.
KBRI Damaskus memastikan bahwa 1.146 WNI di Suriah berada dalam kondisi aman. Mereka belum melaporkan adanya korban di antara WNI, meskipun situasi di Suriah masih penuh dengan kehati-hatian.
KBRI juga menyiapkan rencana evakuasi jika kondisi memburuk, terutama di wilayah yang mengalami pertempuran intens.
"Saat ini kami terus memantau perkembangan kondisi keamanan terutama WNI di Suriah," ungkap Muhhammad Setia, Mahasiswa Univrsitas Biladus-Syam Damaskus, Suriah (11/12/2024).
Oposisi diketahui berhasil menguasai kota-kota strategis seperti Aleppo. Namun, laporan menunjukkan kekhawatiran atas potensi pelanggaran hak asasi manusia dan serangan terhadap infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan universitas.
PBB telah mengeluarkan peringatan kepada semua pihak untuk menghormati warga sipil dan menghindari kekerasan.
Perubahan ini mencerminkan harapan masyarakat Suriah untuk stabilitas jangka panjang. Namun, beberapa kelompok, termasuk milisi asing, masih terlibat dalam konflik, menimbulkan risiko ketegangan baru.
Dengan berakhirnya rezim Assad, tantangan ke depan akan melibatkan pembangunan kembali Suriah dan penyelesaian berbagai konflik etnis dan sektarian.
Optimisme masyarakat Suriah terlihat dengan mulai beroperasinya layanan publik di beberapa wilayah. Beberapa toko dan pasar telah dibuka kembali meskipun aktivitasnya belum sepenuhnya normal.
Namun, keberlanjutan stabilitas masih bergantung pada negosiasi dan penanganan konflik yang bijaksana di masa depan.
Seiring dengan transisi ini, komunitas internasional memperhatikan dengan cermat perkembangan di Suriah. Mereka berharap perubahan ini dapat menjadi awal dari rekonsiliasi nasional yang sudah lama diinginkan.
Sementara itu, berbagai lembaga kemanusiaan terus memantau situasi di lapangan untuk memastikan bantuan bisa sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Di sisi lain, ketegangan di wilayah utara Suriah masih cukup tinggi. Beberapa laporan menunjukkan adanya serangan sporadis yang dilakukan oleh kelompok teroris.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah baru untuk mengendalikan wilayahnya dan mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.
Suriah telah melalui masa-masa sulit selama lebih dari satu dekade. Dengan harapan baru ini, rakyat Suriah kini menghadapi peluang untuk membangun negara yang lebih baik.
Namun, jalan menuju perdamaian yang abadi tetap memerlukan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari komunitas global. Perdamaian tersebutlah yang kini menjadi impian di ujung tangan warga Suriah. (*)
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |