TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sejarah hari ini akan membahas mengenai penggunaan teknologi telegraf elektrik yang menjadi revolusi pengiriman pesan di tahun 1844 an. Selain itu, pada 24 Mei ada Amerika Serikat dan juga Rusia menandatangani perjanjian Moscow Treaty untuk pengurangan produksi senjata nuklir. Berikut ulasan singkatnya:
1844: Telegraf Elektrik Pertama Kalinya Digunakan
(foto: depositphotos)
Telegraf diperkenalkan oleh Samuel Morse pada 6 Januari 1838 di Morristown, New Jersey. Telegraf merupakan perangkat untuk mengirim informasi berupa kode morse yang disambungkan melalui sebuah kawat dari pengirim ke penerima. Si penerima nantinya akan menerima pesan berupa kode morse tersebut dan menerjemahkannya.
Ditahun 1920 sampai 1930 an telegraf menjadi alat komunikasi yang dapat mengirm pesan jarak jauh dengan rentan waktu yang cukup cepat. Awalnya, Samuel Morse memiliki ketertarikan pada seni dan listrik semasa kuliahnya. Ketika menyelesaikan studinya, Morse menjadi seorang pelukis dan berencana untuk membuat telegraf listrik.
Morse menghabiskan waktunya untuk ide tresebut dibantu oleh kedua temannya bernama Leonard Gale dan Alfred Veil. Tahun 1838, dirinya mendemonstrasikan penemuannya yang menggunakan kode Morse tersebut.
Pada tahun 1843, Morse meyakinkan kongres dalam hal mendanai pembangunan saluran telegraf di Amerika Serikat (AS) dan akhirnya berhasil. Morse menggunakannya pertama kali pada 24 Mei 1844 dengan pesan: “Apa yang telah Tuhan buat”.
2004: Moscow Treaty Perjanjian Pengurangan Senjata Nuklir
(foto: jakartagreater)
Perjanjian ini diadakan untuk membatasi jumlah rudal nuklir jarak jauh antara dua negara adi daya Amerika Serikat dan Uni Soviet. Saat itu, usai berakhirnya perang dingin, AS dan Uni Soviet memiliki 9.000 dan 7.000 hulu ledak.
AS dan Rusia akhirnya mencapai titik kesepakatan setelah negosiasi intensif selama hampir empat bulan. Pada 24 Mei 2002, Presiden Bush dan Presiden Putin menandatangani Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT) di Gedung Kremlin, Moskow.
Perjanjian yang kemudian dikenal sebagai Moscow Treaty itu menyepakati dua poin utama: AS dan Rusia akan membangun hubungan kerja sama yang lebih baik dan bersama-sama mengurangi jumlah hulu ledak nuklir dalam kurun satu dekade ke depan.
“Setiap Pihak wajib mengurangi dan membatasi hulu ledak nuklir strategisnya sampai batas waktu 31 Desember 2012. Jumlah agregat hulu ledak tersebut tidak boleh melebihi 1700-2200 untuk masing-masing Pihak," demikian disebut dalam Pasal 1 Moscow Treaty. (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |