TIMES JAKARTA, JAKARTA – Direktur Urusan Agama Kristen Kementerian Agama (Kemenag) Amsal Yowei menekankan isu pencegahan perdagangan manusia menjadi perhatian dalam masuk dalam program prioritas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Ditjen Bimas Kristen).
“Terkait isu perdagangan orang, kami memandangnya sebagai bagian dari persoalan kemanusiaan. Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan yang mulia dan memiliki harga diri. Maka, program pencegahan perdagangan orang menjadi prioritas kami,” ucap Amsal Yowei kepada awak media saat media gathering Ditjen Bimas Kristen di Jakarta pada Kamis (17/7/2025).
Amsal menjelaskan, pencegahan perdagangan orang sendiri dilakukan oleh Ditjen Bimas Kristen dengan melibatkan pimpinan aras gereja tingkat nasional hingga sinode agar pesan ini bisa langsung sampai ke umat Kristiani. “Pencegahannya tidak langsung ke korban tetapi melalui gereja-gereja,” jelasnya.
Ia menjelaskan, sebelumnya Ditjen Bimas Kristen menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Terpadu bagi saksi dan/atau korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Kegiatan ini berlangsung di Bekasi pada 24–26 Juni 2025 lalu.
“Baru-baru ini kami melaksanakan kegiatan di Jawa Barat, dihadiri oleh 40 peserta secara langsung dan sekitar 500 peserta secara online dari seluruh Indonesia. Peserta kegiatan ini adalah para pimpinan gereja yang akan menyampaikan materi edukasi ke jemaat,” jelas Amsal.
Perdagangan Orang Merusak Nilai Kemanusiaan
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Dirjen Bimas Kristen) Jeane Marie Tulung menegaskan bahwa TPPO adalah kejahatan luar biasa yang merusak nilai-nilai kemanusiaan dan masa depan korban, terutama perempuan dan anak-anak.
Ia juga menyoroti fakta bahwa korban TPPO tidak terbatas pada mereka yang tidak berpendidikan, tetapi juga menimpa kalangan terdidik, termasuk lulusan sarjana dan magister. Jeane turut membagikan pengalaman pribadinya saat bertemu dengan korban TPPO di luar negeri.
“Itu sarjana teologi, magister juga! Tapi disuruh makan kerikil sampai giginya habis. Saya lihat sendiri fotonya, kurus seperti tengkorak,” ungkapnya haru dikutip dari laman resmi Ditjen Bimas Kristen.
Ia mengajak semua pihak dari keluarga, gereja, lembaga pendidikan, masyarakat, hingga pemerintah di semua tingkatan untuk bersinergi dalam mencegah dan menangani TPPO. “Kita tidak bisa bekerja sendiri. Gereja dan umat Kristen harus aktif mengedukasi jemaat agar tidak tertipu iming-iming kerja ke luar negeri yang bermodus perdagangan manusia,” tegas Jeane. (*)
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |