TIMES JAKARTA, GRESIK – Menggelar diskusi dalam rangka Word Water Day, Forum Kota Kabupaten Gresik (Forkot Gresik) Jawa Timur menyerukan pentingnya mitigasi perubahan iklim.
Ketua Forkot Gresik Haris S. Faqih, menyampaikan banyaknya industri di Gresik tentu berdampak pada konsumsi air dan penyebaran emisi karbon yang tinggi.
"Sehingga perlu ada langkah konkret dalam menghadapi ancaman bencana ekologis," katanya usai diskusi yang digelar di salah satu rumah makan Kabupaten Gresik, Sabtu (22/3/2025).
Perubahan iklim, kata pria yang akrab disapa Bogel ini, membawa dampak besar dalam kehidupan manusia. Seperti perubahan yang cukup ekstrem, dari curah hujan yang tak menentu hingga musim kemarau yang panjang.
Agar seluruh stakeholder ikut serta dalam kampanye ini, Forkot Gresik menunjuk Wabup Gresik dr Asluchul Alif untuk memimpin menjadi 'Panglima Besar' dalam gerakan kali ini.
"Kami tadi memutuskan menunjuk Wakil Bupati Gresik dr. Alif menjadi Panglima Besar Mitigasi Perubahan Iklim," kata Bogel.
Dijelaskan Bogel, ada beberapa alasan penunjukan dr. Alif. Menurutnya, Wabup memiliki peran kunci dalam merumuskan kebijakan lingkungan yang berpihak pada rakyat dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
Dengan wewenangnya, Wabup dr. Alif dapat mengoordinasikan berbagai pihak—baik pemerintah, industri, maupun masyarakat—untuk menjalankan aksi nyata mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"Kami yakin Wabup dr. Alif dapat memastikan bahwa kebijakan daerah benar-benar berorientasi pada keberlanjutan dan kesejahteraan jangka panjang. Salah satunya dengan menjadikan isu lingkungan sebagai agenda prioritas," tegasnya.
Selanjutnya Forkot mendorong agar Wabup Gresik dapat mengambil beberapa tindakan nyata, seperti menghentikan eksploitasi air tanah secara masif dan mempercepat teknologi pemanenan air hujan.
Menanam kembali vegetasi asli Gresik untuk memperkuat daya resap tanah dan mengurangi risiko banjir. "Sudah saatnya menerapkan kebijakan industri hijau yang mengurangi emisi karbon dan polusi air," ujar Bogel.
Sementara itu, Wabup Gresik dr. Alif menyampaikan terima kasih atas ditunjuknya sebagai Panglima Besar Mitigasi Perubahan Iklim. Menurutnya, upaya dalam mengatasi perubahan iklim terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Gresik melalui DLH.
"Pemkab Gresik aktif melakukan penghijauan dengan menanam pohon di sejumlah titik. Kami juga bakal membeli alat mining dan incinerator sampah untuk menyelesaikan penumpukan sampah di TPA Ngipik," terang dr. Alif.
Tak sampai di situ, sebagai langkah pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, pada tahun ini DLH Gresik juga bakal menambah dua alat pemantau udara dan satu alat pemantau kualitas air di Sungai Bengawan Solo.
"Dengan adanya penambahan ini Gresik bakal memiliki 11 alat pemantau udara dan 2 alat pemantau kualitas air, yang sebelumnya ada di Kali Brantas," bebernya.
Berkaitan banjir akibat luapan Kali Lamong, lanjut dr. Alif, saat ini Pemkab Gresik berencana membangun kolam retensi selain di Cerme. Tak hanya untuk menampung air saat banjir, juga bisa dimanfaatkan Perumda Giri Tirta Gresik untuk menyalurkan air bersih saat kemarau.
"Tentu semua tak bisa kami lakukan tanpa ada dukungan dari semua pihak. Untuk itu, saya juga mengajak teman-teman Forkot secara bersama-sama mengatasi persoalan perubahan iklim," pungkas bapak tiga anak ini.
Selain Wabup dr Alif, kegiatan yang digelar Forkot Gresik ini juga dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sri Subaidah, Dirut Perumda Giri Tirta Kurnia Suryandi serta akademisi Prof Herman. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gelar Diskusi World Water Day, Forkot Gresik Kampanyekan Mitigasi Perubahan Iklim
Pewarta | : Akmalul Azmi |
Editor | : Ronny Wicaksono |