TIMES JAKARTA, JAKARTA – Jawa Tengah kembali diprediksi menjadi salah satu wilayah dengan lonjakan lalu lintas tertinggi pada masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Menyikapi kondisi tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan, terutama di jalur menuju tempat wisata dan ruas tol strategis.
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Aan Suhanan, menjelaskan bahwa penambahan kapasitas jalan menjadi fokus utama dalam pengendalian arus lalu lintas. Menurut dia, kapasitas eksisting tidak mampu menampung kenaikan volume kendaraan yang diprediksi meningkat signifikan pada periode Nataru.
“Untuk menambah kapasitas jalan, kita bisa melakukan one way, contra flow, atau ganjil genap, terutama di jalur menuju tempat wisata sehingga volume kendaraan yang banyak itu masih bisa kita tampung,” ujar Aan dalam keterangan resminya, Jumat (14/11/2025).
Ganjil Genap di Akses Wisata
Aan menegaskan bahwa kebijakan ganjil genap dapat diberlakukan secara situasional di sejumlah daerah wisata yang diprediksi menjadi magnet kunjungan masyarakat, seperti kawasan Dieng, Borobudur, Merapi-Merbabu, hingga objek wisata di Yogyakarta.
Strategi itu diharapkan mampu mencegah antrean kendaraan panjang yang biasanya terjadi sejak pagi hingga sore pada puncak libur Nataru.
Pembatasan Angkutan Barang Sumbu Tiga ke Atas
Berdasarkan evaluasi Nataru tahun lalu, Kemenhub juga menilai pembatasan operasional angkutan barang sumbu tiga ke atas menjadi langkah penting untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas, terutama di ruas tol Jawa Tengah.
“Saat ini kami sudah membuat draf terkait aturan pembatasan angkutan barang sumbu tiga ke atas selama Nataru 2025/2026,” kata Aan.
Kebijakan ini akan diberlakukan pada periode tertentu menjelang dan sesudah puncak arus libur untuk mengurangi potensi hambatan lajur di jalan tol.
Delaying System di Titik Rawan Macet
Selain sejumlah rekayasa lalu lintas, Kemenhub juga menyiapkan delaying system, yaitu upaya memperlambat atau memutar arus kendaraan secara terukur untuk mencegah terjadinya kemacetan total. Sistem ini diterapkan di titik-titik yang sejak tahun lalu menunjukkan kerentanan kepadatan ekstrim.
Aan menekankan bahwa strategi ini harus dikaji secara cermat agar tidak justru memindahkan kemacetan ke lokasi lain.
“Delaying system harus dirancang hati-hati supaya tidak memunculkan blockade di titik berikutnya,” ujar Aan.
Koordinasi dengan Daerah dan Pengelola Tol
Kemenhub memastikan seluruh strategi pengendalian arus akan dikolaborasikan melalui forum koordinasi bersama kepolisian, dinas perhubungan daerah, serta pengelola jalan tol seperti Jasa Marga. Targetnya, pola rekayasa bisa diputuskan cepat dan diterapkan secara terintegrasi di lapangan.
Dengan berbagai langkah tersebut, pemerintah berharap arus libur Nataru 2025/2026 dapat berlangsung lancar dan aman bagi masyarakat, terutama di jalur-jalur superpadat Jawa Tengah dan Yogyakarta.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kemenhub Siapkan Sejumlah Strategi Cegah Kemacetan Nataru 2026 di Jawa Tengah dan DIY
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |