https://jakarta.times.co.id/
Berita

Kontroversi Sosok Abu Janda di Mata Tokoh Muda NU

Senin, 01 Februari 2021 - 17:06
Kontroversi Sosok Abu Janda di Mata Tokoh Muda NU Momen saat Abu Janda (kiri) mencium tangan Gus Hans (kanan).(Dok.GH)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Permadi Arya atau Abu Janda menjadi sosok kontroversial karena konten-konten yang diunggahnya ke media sosial sering kali mengangkat isu-isu sensitif. 

Pro kontra menggelinding. Bahkan, Abu Janda dianggap telah offside saat menyebut "evolusi" untuk mendebat Natalius Pigai yang kemudian berkembang jadi isu rasis, dan kemudian "Islam arogan."

Sejumlah kalangan menganggap Abu Janda begitu berani bicara hal-hal sensitif karena dia berlindung sebagai anggota Banser Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi keagamaan berpengaruh di Indonesia.

Menurut Tokoh Muda NU, KH Zahrul Azhar Asumta, ia memiliki pandangan khusus terhadap Abu Janda. Pasalnya, pria yang akrab disapa Gus Hans ini sempat melihat sendiri sosok Abu Janda. Gus Hans mengaku pertama kali bertemu dengan pria nyentrik itu di ruang Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj. 

Saat itu, Gus Hans (GH) mengaku sedang asik mengobrol santai dengan beberapa rekan. Namun, tetiba asisten Ketum PBNU membawa Abu Janda masuk ke dalam ruangan hanya sekilas ingin berfoto bersama Kiai Said. 

"Begitu masuk, langsung foto cekrik-cekrik lalu dia keluar. Nampak sekali bahwa keduanya bisa jadi belum pernah bertemu atau berkomunikasi secara intens," kata Gus Hans mengenang, Senin (1/2/2021). 

Tapi, lanjut Gus Hans, begitu foto itu beredar, para pakar honorer khas netizen memaknai dari berbagai sudut dengan segala analisa melik-meliknya. Wajar saja, menyadur ungkapan GH, pada saat itu memang tengah ramai isu Pilgub DKI dan juga isu-isu sektarian khas Jelang “Pil Pil”-an suksesi di Indonesia. 

"Saya pun sempat meluruskan dan diminta beberapa pihak dan media menjelaskan sebatas apa yang saya tahu dalam pertemuan tersebut. Dan lagi-lagi, penjelasan saya sama tetapi dimaknai berbeda-beda berdasarkan orientasi aspirasi politik masing masing," ucap GH seraya menggumam. 

Gus Hans melihat sosok Abu Janda adalah Warga Negara Indonesia (WNI) biasa. Ia memiliki cita-cita yang sama dengan mayoritas warga Indonesia yang lain yaitu  Indonesia yang damai dan anti diskriminasi.

"Dia bisa jadi seperti anak yang haus, mencari oase di tengah gurun yang cadas dan keras, yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran dan cita-citanya," imbuh GH. 

Di tengah kehausan itu, GH menilai, bisa jadi Abu Janda melihat NU sebagai oase yang dia harapkan dapat memberikan rasa segar di antara dahaga yang ia rasakan. Ia berhasil membuat trademark tersendiri dengan gaya dan pilihan diksi, berusaha mengimbangi serbuan-serbuan dari pihak yang berseberangan dengan pikirannya. 

"Dia memilih jalur low context yang cenderung satir dan sarkas dalam menyampaikan pesannya, bisa jadi sebagai sindirian dari apa yang dilakukan pihak lawan yang menggunakan teori post truth era," ucap GH. 

Setau GH, pihak yang dibela Abu Janda saat itu sangat menikmati tarian-tarian sporadis yang dilakukan Abu Janda. Mereka seakan, 'minimal' membiarkan atau bahkan memberikan perlindungan dari apa saja yang dilakukan.

Namun kini peta politik sudah mulai berubah, polarisasi sudah tak lagi bergaris jelas, sudah tidak lagi hitam dan putih.

"Karena yang hitam pun mulai memutih dan yang putih pun mulai menghitam. Sekarang hanya tersisa orang-orang yang belum terlatih saja yang selama ini hanya menjadi pion-pion politik ibarat pemabuk amatir yang minumnya hari Senin tapi mabuknya sampai hari Sabtu," jelas mantan juru bicara andalan Khofifah Indar Parawansa tersebut. 

Sayangnya, tegas GH, gerakan Abu Janda yang tetap memilih jalur hardcore seakan tak melihat bahwa situasi politik sekarang sudah mulai melow dan cepat berubah-ubah, kadang rancak, kadang sedih. Kadang pula seperti TikTok. 

"Saya hanya prihatin saja dengan perilaku elite yang selama ini menikmati 'pertarungan' ala Abu Janda sekarang tiba-tiba bersikap tidak kenal dengan segala jerih payahnya. Bisa jadi sikap pria seperti ini yang membuat jumlah janda melonjak tajam, bahkan di Cirebon ada 7238 ibu ibu muda memilih menjadi janda," ucap Gus Hans.(*) 

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.