TIMES JAKARTA, JAKARTA – Israel menyerang 'hampir setiap inci wilayah Gaza Palestina dengan bom buatan AS'. Karena itu Jewish Voice for Peace (JVP), kelompok advokasi yang berbasis di AS, menuntut AS menghentikan bantuan dan melakukan embargo persenjataan ke Israel.
Dengan menggunakan satelit, JVP telah membuat peta, dan memperoleh data lebih dari 70.000 bom yang dijatuhkan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, dan menjadikannya kampanye pengeboman paling mematikan di abad ke-21.
"Dengan AS sebagai kolaboratornya, militer Israel sedang melaksanakan tujuan Zionisme, pembersihan etnis total dan menyeluruh terhadap warga Palestina dari tanah mereka," kata kelompok tersebut.
"AS tidak hanya membiarkan pemerintah Israel melakukan genosida, tetapi juga secara aktif membantu genosida tersebut. Sudah saatnya embargo senjata diberlakukan," katanya.
"Kami menuntut diakhirinya sepenuhnya pendanaan, persenjataan, dan dukungan AS terhadap penindasan negara Israel terhadap warga Palestina," kata JVP lagi
Israel juga telah menyerang lebih dari 500 sekolah di Gaza dalam 10 bulan terakhir. Dalam kurun waktu 10 hari di bulan Agustus saja, pasukan Israel telah menyerang lima sekolah di Kota Gaza, menewaskan lebih dari 179 orang.
"Sudah saatnya embargo senjata diberlakukan. Kami menuntut penghentian total pendanaan, persenjataan, dan dukungan AS terhadap penindasan negara Israel terhadap warga Palestina," kata organisasi advokasi Yahudi sayap kiri anti-Zionis Amerika dalam sebuah posting di X seperti dilansir Al Jazeera
Menunjuk pada dukungan kuat Washington terhadap kampanye genosida rezim Tel Aviv di Jalur Gaza, organisasi tersebut selanjutnya menuntut “penghentian total pendanaan, persenjataan, dan dukungan AS” terhadap “penindasan Palestina” oleh rezim Israel.
Saat Israel melakukan pengeboman di sekolah al-Tabaeen di lingkungan Al-Daraj, Kota Gaza yang menewaskan hampir 100 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak yang tengah melaksanakan salat subuh, AS justru mengumumkan paket militer terbarunya untuk Tel Aviv senilai $3,5 miliar.
Sebuah laporan media juga menyebutkan, Israel menggunakan Bom Diameter Kecil GBU-39 buatan AS daam pembantaian Israel di sekolah tersebut.
Beberapa hari sebelum pengeboman sekolahan, sekitar 1.000 bom GBU-39 telah dikirimkan ke Israel dalam dua tahap, bersama dengan 100.000 butir amunisi 7,62 mm.
GBU-39 adalah bom luncur berpemandu presisi seberat 250 pon yang diproduksi oleh Boeing, kontraktor militer Amerika yang berkantor pusat di Virginia. Menurut para ahli militer, bom ini memungkinkan pesawat tempur untuk melakukan banyak pengeboman dengan presisi tinggi.
Boeing memproduksi Joint Direct Attack Munitions (JDAM) dan bom GBU-39, dimana sebagian besar dipasok ke Israel untuk digunakan melawan warga Palestina di Gaza.
Boeing mendapatkan kontrak senilai $33 juta untuk Bom Diameter Kecil I (SDB-I), juga dikenal sebagai GBU-39, pada bulan November tahun lalu, dua bulan setelah perang genosida Israel di Gaza.
Bom Israel yang dijatuhkan di sekolah tersebut, menurut laporan media yang mengutip otoritas pemerintah Gaza, masing-masing beratnya 2.000 pon.
"Militer Israel telah membombardir hampir setiap inci wilayah Gaza dengan bom buatan AS. Pasukan Israel telah menjatuhkan lebih dari 70.000 bom di Gaza dalam sepuluh bulan terakhir menjadikannya kampanye pengeboman paling mematikan di abad ke-21,
Organisasi tersebut juga menyoroti 'penargetan yang disengaja' oleh militer Israel terhadap semua kehidupan di Gaza, dengan mengatakan 'dalam sepuluh bulan terakhir, kami telah menyaksikan penargetan yang disengaja oleh militer Israel terhadap semua kehidupan di Gaza, termasuk sekolah, kamp pengungsi, rumah sakit, masjid, gereja dan zona kemanusiaan yang ditentukan'.
Seperti yang ditunjukkan laporan, rezim Tel Aviv menggunakan bom GBU-39, MK-82, dan MK-84 untuk pertama kalinya dalam skala besar selama pengeboman Rumah Sakit Al-Ahli pada 17 Oktober 2023.
Pada bulan Mei, analisis rekaman video mengungkapkan bahwa serangan udara yang menghancurkan terhadap kamp yang menampung orang-orang terlantar di Rafah, Jalur Gaza selatan, kembali melibatkan bom GBU-39 buatan AS.
Pengeboman itu terjadi di dekat pangkalan logistik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan, Jalur Gaza selatan, dan menewaskan puluhan orang.
Juga pada bulan Juni, serangan Israel terhadap sekolah PBB di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, yang menewaskan beberapa warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, juga dilakukan dengan menggunakan bom GBU-39.
Rekaman puing-puing, yang difilmkan oleh jurnalis Palestina Emad Abu Shawiesh dan kemudian dilaporkan oleh banyak media, menunjukkan sisa-sisa bom GBU-39 yang digunakan dalam serangan itu. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |