TIMES JAKARTA, JAKARTA – Amerika Serikat bakal menambah kawasan Timur Tengah semakin runyam setelah Mike Huckabee yang ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Israel dengan tegas menentang solusi dua negara dan tidak mengakui penggunaan istilah Tepi Barat serta pendudukan.
Dalam sebuah wawancara dengan Channel 7 pemukim Israel, Jumat (16/11/2024), Huckabee juga jelas-jelas tidak mengakui legitimasi internasional tentang Palestina.
Presiden terpilih Donald Trump telah menunjuk Mike Huckabee sebagai Duta Besar AS untuk Israel.
"Saya tidak bisa mengatakan sesuatu yang tidak saya yakini. Saya tidak pernah mau menggunakan istilah Tepi Barat tentang Yudea dan Samaria (yang merupakan nama Israel)," kata dia seperti di Al Jazeera.
"Saya katakan kepada masyarakat bahwa tidak ada pendudukan,” tambah Huckabee, mengacu pada wilayah Palestina yang diduduki Israel setelah perang tahun 1967.
Berdasarkan hukum internasional, Israel dianggap sebagai kekuatan pendudukan di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
Itu adalah sebuah klasifikasi berdasarkan Konvensi Jenewa Keempat tahun 1949, yang mengatur hukum pendudukan dan menegaskan hak-hak penduduk sipil di wilayah pendudukan wilayah.
Itu juga termasuk Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 (1967) dan 338 (1973) yang menyerukan Israel untuk menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan menegaskan bahwa perubahan demografis atau hukum apa pun di wilayah tersebut tidak sah.
Namun dengan lantang Huckabee menyatakan, banyak istilah yang mungkin digunakan media, bahkan orang-orang yang menentang Israel, tidak ia gunakan. "Karena saya ingin menggunakan istilah-istilah yang sudah ada sejak dahulu kala, seperti Tanah Perjanjian, dan Yudea dan Samaria," katabya lagi
"Ini adalah istilah-istilah alkitabiah, dan itu penting bagi saya, itulah sebabnya saya akan terus mengikutinya kecuali saya diarahkan sebaliknya, namun saya rasa hal itu tidak akan terjadi,” tambah Huckabee dengan yakin
Mengomentari pernyataan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich yang menyatakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun kedaulatan dengan menganeksasi Tepi Barat, Huckabee juga mencibirnya.
"Itu adalah keputusan yang dibuat oleh Israel, bukan keputusan yang dipaksakan oleh Israel. Amerika Serikat di dalamnya," ujarnya.
Huckabee juga mengaku tidak berpikir bahwa Donald Trump adalah presiden yang ingin memberi tahu negara lain apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana melakukannya. "Dia ingin mengakomodasi, membantu dan mendorong upaya damai dan memperkuat aliansi," ujarnya.
"Ingat, selama empat tahun Trump menjabat sebagai presiden, tidak ada presiden yang lebih pro-Israel dalam sejarah selain dia,” kata Huckabee.
"Semuanya mulai dari mengakui Yerusalem sebagai ibu kota, hingga memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai milik sah Negara Israel. Dan juga tidak mencoba memajukan solusi dua negara, karena hal ini tidak praktis dan tidak dapat diterapkan," kata Huckabee lagi.
Huckabee menegaskan kembali penentangannya terhadap solusi dua negara , dengan mengatakan, "Saya tidak percaya bahwa solusi dua negara itu sah. Ini adalah posisi yang saya pertahankan selama bertahun-tahun, dan ini adalah posisi yang disetujui oleh Trump dan saya mengharapkannya untuk melanjutkannya," katanya lagi.
Dia lalu menunjukkan bahwa peran duta besar untuk Israel adalah cara untuk melayani negaranya dan presidennya. "Tetapi juga merupakan cara bagi saya untuk bisa melayani hubungan yang sangat penting bagi saya, yaitu hubungan antara Israel dan Israel. Amerika Serikat dan Israel," tegas Huckabee.
Sebuah penyimpangan dari posisi resmi Pernyataan Huckabee merupakan penyimpangan dari posisi tradisional pejabat Amerika, yang mengklaim mendukung solusi dua negara sebagai kerangka untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.
Pernyataan Mike Huckabee juga bertentangan dengan komunitas internasional, yang menganggap Tepi Barat sebagai wilayah pendudukan di bawah yurisdiksi hukum internasional.
Donald Trump sendiri berjanji selama kampanye pemilihannya untuk mengakhiri konflik dan mencapai perdamaian di Timur Tengah.
Dan pernyataannya itulah yang memainkan peran penting dalam kemenangannya, mendorong banyak pemilih Arab dan Muslim menaruh harapan padanya untuk mengubah situasi dari pendekatan pendahulunya, Joe Biden, terhadap wilayah itu.
Tetapi dengan pernyataan Mike Huckabee yang ditunjuk Donald Trump sebagai Duta Besar AS untuk Israel, menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan AS yang sudah bias itu akan lebih bias lagi terhadap Israel, lebih runyam lagi karena mengorbankan hak-hak Palestina, yang bisa memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah serta menghambat upaya untuk melanjutkan proses perdamaian. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |