https://jakarta.times.co.id/
Berita

Pra-Seminar Internasional, Deklarasi Istiqlal Perlu Diamplifikasi dan Diimplementasikan

Selasa, 04 Februari 2025 - 11:44
Pra-Seminar Internasional, Deklarasi Istiqlal Perlu Diamplifikasi dan Diimplementasikan Kegiatan Pra-Seminar Internasional. (FOTO: dok. Kemenag for TIMES Indonesia)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Kepala Subdit Kemasjidan Kementerian Agama (Kemenag RI) Akmal Salim Ruhana menyampaikan bahwa Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 membicarakan tentang dua permasalahan aktual dunia. 

Hal tersebut disampaikan Kasubdit Kemasjidan Kemenag Akmal pada acara Pra-Seminar Internasional bertajuk Curriculum of Love and Eco-Theology as The Basis for The Istiqlal Declaration Implementation Movement di Sallo Mall Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Senin (3/2/2025) kemarin. 

Pertama, lanjut Akmal, dehumanisasi. Konflik dan kekerasan yang kerap terjadi, menggunakan dalil keagamaan. High call-nya adalah bagaimana para tokoh agama hadir meng-address isu dehumanisasi ini. 

Kedua, kerusakan lingkungan. Menurutnya, bencana alam yang terjadi terus menerus dan di luar kebiasaan menjadi penanda bahwa lingkungan saat ini sedang tidak baik-baik saja. 

“Saya harap masing-masing umat beragama mendalami, mengelaborasi, dan mengeksplorasi kitab suci dan budaya keagamaannya untuk memperkuat peran agama dalam melawan dehumanisasi dan perubahan iklim/kerusakan lingkungan,” ucap Akmal dalam keterangan persnya yang diterima TIMES Indonesia, Selasa (4/2/2025). 

Akmal menjelaskan, ada dua kata kunci terkait hal itu, sebagaimana disampaikan Nasaruddin Umar. Pertama, Kurikulum Cinta. Kedua, Eco-Theolog.

“Beliau menyampaikan bahwa spirit Deklarasi Istiqlal perlu diamplifikasi dan diimplementasikan,” jelasnya. 

Akmal mengungkapkan, yang sudah dilakukan oleh Kementerian Agama untuk mengelaborasi dan mengeksplorasi Deklarasi Istiqlal adalah penandatanganan bersama Gerakan Bersama Tokoh Agama untuk lingkungan, penanaman pohon mangrove, sekolah alam, seminar nasional, webinar nasional, diskusi dan sosialisasi di beberapa kampus, dan lainnya.

Ia lalu menerangkan beberapa masukan dari pertemuan Bali Interfaith Movement (BIM). Pertama, membuat momentum pengingat Deklarasi Istiqlal. Kedua, kolaborasi pra-BIM dilanjutkan dengan melibatkan banyak aktor.

Ketiga, mengembangkan green campus. Keempat, gerakan menanam pohon. Kelima, memperluas jaringan dan memanfaatkan peluang dari event BIM+THK. 

“Keenam, mengembangkan dan mengampanyekan narasi publik tentang kemanusiaan dan lingkungan, dengan foto Menag dan Paus,” terangnya. 

Wakil Rektor UIN Makassar, Kamaluddin Abunawas, menyebut, salah satu pesantren di Indonesia yang mengedepankan cinta sesama makhluk dan Tuhan adalah Pesantren As’adiyah.

Perbedaan agama, suku, dan lainnya tidak menjadi masalah di As’adiyah. Bahkan, ia mengenang, dulu acara-acara penting di pesantren ini sering dihadiri oleh orang Cina. 

Di Pesantren As’adiyah, lanjutnya, tidak ada referensi yang bergaris keras. Ini berbeda dengan referensi yang dipakai oleh beberapa alumni Timur Tengah yang dikuasai kelompok tertentu.

“Dalam pandangan saya, referensi yang keras tidak akan pernah ada di As’adiyah selama para pemimpinnya tidak keluar dari khittah pendirinya,” ujarnya. 

Wakil Ketua Umum Pondok Pesantren As'adiyah ini mengaku heran dengan orang yang mempermasalahkan persoalan muamalah dengan non-Muslim.

Padahal Nabi Muhammad juga bermuamalah dengan orang Yahudi dan Nasrani. Dikatakan, para santri As’adiyah tidak pernah diajarkan untuk mempersoalkan hal-hal muamalah antar sesama.

“Konsep Kurikulum Cinta yang akan menjadi jargon, bahkan itu harus diimplementasikan di semua tingkatan, bukan hanya di lembaga pendidikan tetapi juga Kementerian Agama. Harus ditanamkan bagaimana kecintaan kita kepada sesama makhluk,” ucapnya.

Menurutnya, masih ada yang menganggap orang dengan pandangan berbeda sebagai sesat, bid’ah, atau kafir. Mereka sulit diberi pemahaman dan pengertian karena kebencian sudah merasuk ke dalam hatinya. 

Sementara Kepala Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan, Ali Yafid, mengaku sudah mengundang seluruh ketua majelis agama di Sulawesi Selatan untuk mendukung Deklarasi Istiqlal.

Selain itu, ia juga membuat nota kesepahaman (MoU) dengan beberapa perguruan tinggi di Sulawesi Selatan, baik negeri maupun swasta.

“Waktu itu Anregurutta Nasaruddin Umar memberikan masukan ke sana. Bisa kita memanfaatkan litbang, balai diklat, perguruan tinggi untuk menjadi partner untuk mengembangkan Kantor Wilayah Kemenag. Itu sangat menarik,” ujarnya.

Ia bilang, Kanwil Kemenag Sulsel terus berikhtiar untuk menerjemahkan apa yang disampaikan oleh Nasaruddin Umar, yakni mendekatkan umat kepada ajaran agamanya dan menghadirkan Deklarasi Istiqlal di Kanwil.

Disebutkan, pihaknya sudah menyusun delapan Asta Aksi untuk mendukung hal itu. Pertama, rumah ibadah ramah difabel. Kedua, Kemenag Sulsel go green. 

Ketiga, pesantren ramah anak. Keempat, dakwah ramah kemanusiaan dan cinta kasih. Kelima, selebrasi kerukunan. Keenam, algoritma kasih sayang untuk Generasi Z. Ketujuh, pelayanan prima ibadah haji. Kedelapan, Kemenag Sulsel berintegritas.

“Ketika nilai-nilai ajaran agama kita yang dilaksanakan setiap hari dibawa masuk ke kantor, saya kira tidak perlu ada Irjen, BPK karena semuanya berjalan dengan baik,” tandasnya. (*)

Pewarta : Ahmad Nuril Fahmi
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.