TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pemimpin Arab dan Islam menghadiri pemakaman pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh yang dimakamkan di Doha, Qatar disaat Iran dan proksinya sedang mempersiapkan bals dendamnya kepada Israel yang warganya kini dalam siaga tinggi.
Sumber-sumber Qatar juga melaporkan tentang kehadiran berbagai faksi, dan pemimpin Arab dan Islam dalam upacara pemakaman Ismail Haniyeh di Masjid Imam Muhammad bin Abdul al-Wahhab, di ibu kota Qatar, Doha itu usai salat Jumat.
Di tengah keamanan yang ketat, para pelayat yang berkumpul di kompleks masjid nasional beberapa jam sebelum salat Jumat dimulai itu, memberikan penghormatan kepada Ismail Haniyeh, yang tinggal di Doha selama beberapa tahun terakhir.
Ismail Haniyeh adalah anggota terkemuka gerakan tersebut selama lebih dari 20 tahun.
Menurut banyak orang yang hadir di masjid tersebut, warisannya dalam perjuangan Palestina untuk mendapatkan negara dan kebebasan dari pendudukan Israel tidak bisa disangkal.
Setelah doa, jenazah Ismail Haniyeh dibawa ke pemakaman kerajaan Lusail di utara Doha
Sementara itu penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengadakan pertemuan menteri luar negeri luar biasa menyusul pembunuhan Israel terhadap pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Bagheri menulis di akun resmi X miliknya, Jumat tadi bahwa dalam panggilan telepon terpisah dengan Sekjen PBB, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, dan mitranya dari Qatar, Arab Saudi, Turki, Mesir, Yordania, Rusia, dan Aljazair, ia telah mengutuk keras pembunuhan tersebut.
Ali Bagheri juga memperingatkan tentang konsekuensi dari kelanjutan kejahatan tersebut yang dilakukan rezim Zionis Israel.
Ismail Haniyeh dibunuh dalam serangan menjelang fajar di Teheran pada hari Rabu ketika ia baru saja menghadiri upacara pelantikan presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian.
Dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Iran, Menteri luar negeri Aljazair, Ahmed Attaf juga mendukung untuk pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) guna melawan Israel.
Ali Bagheri juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi wakil ketua Majelis Nasional Rakyat Aljazair dalam upacara pelantikan Presiden baru Iran.
Ali Bagheri menekankan bahwa rezim Zionis, dengan membunuh Kepala Hamas Ismail Haniyeh di wilayah Republik Islam Iran, telah melewati batas merah.
"Republik Islam Iran tidak diragukan lagi akan menggunakan hak yang dimilikinya dan sah untuk menghukum para penjahat Zionis," tambah Bagheri.
Aljazair mengutuk keras kejahatan keji rezim Zionis Israel yang membunuh Ismail Haniyeh di wilayah Republik Islam Iran dan ia menyebutkan itu pelanggaran kedaulatan nasional serta keutuhan wilayah negara tersebut.
Laporan lain menunjukkan, bahwa respons Iran terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran itu bisa melibatkan beberapa serangan oleh proksinya dan Iran sendiri, yang mungkin menargetkan warga sipil, fan paling cepat akan dilakukan akhir pekan ini.
Pembalasan itu semakin dipicu oleh fakta bahwa, kurang dari 24 jam sebelum pembunuhan Ismail Haniyeh, Israel telah mengumumkan yang juga dikonfirmasi Hizbullah tentang pembunuhan komandan militer senior Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan udara Israel di pinggiran kota Beirut.
Pembalasan Sedang Dibahas
AFP melansir, Iran dan kelompok bersenjata sekutunya sedang mempersiapkan tindakan terkoordinasi yang dimaksudkan untuk mencegah Israel sambil menghindari perang skala penuh.
Pada hari Rabu, sejumlah pejabat Iran berkumpul di Teheran bersama para perwakilan dari "Poros Perlawanan" yakni sekumpulan pasukan proksi yang dibiayai dan dipersenjatai oleh Iran untuk membahas tindakan pembalasan.
Seorang sumber yang dekat dengan kelompok Lebanon itu mengungkapkan kepada AFP, bahwa dua skenario dibahas: tanggapan serentak dari Iran dan kelompok milisi, atau reaksi bertahap dari masing-masing pihak.
Sumber ini, yang telah diberi pengarahan tentang pertemuan tersebut, meminta identitasnya dirahasiakan karena sifat informasi yang sensitif.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei sendiri telah mengancam "hukuman keras" atas pembunuhan Ismail Haniyeh, yang oleh kelompok tersebut dikaitkan dengan Israel, dan telah bersumpah akan membalas dendam.
Seorang pemimpin Perlawanan Islam Irak, sebuah koalisi kelompok pro-Iran, memberi tahu AFP bahwa "Iran akan memimpin respons awal dengan partisipasi faksi-faksi Irak, Yaman, dan Suriah, yang menargetkan sasaran militer. Ini akan diikuti oleh gelombang serangan kedua dari Hizbullah.
Sumber itu lebih lanjut mengindikasikan bahwa Hizbullah mungkin menargetkan warga sipil untuk membalas kematian tiga wanita dan dua anak dalam serangan yang menewaskan Shukr di Beirut.
Mengutip pejabat AS, CNN juga melaporkan bahwa tanggapan tersebut mungkin mencakup serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah oleh milisi proksi yang didukung Iran di wilayah tersebut.
Selama berbulan-bulan, milisi ini melancarkan banyak serangan terhadap pasukan AS di Timur Tengah.
Namun, serangan ini sebagian besar mereda setelah AS membalas serangan pesawat nirawak yang menewaskan tiga anggota angkatan bersenjata AS di Yordania pada bulan Januari.
Para pejabat menyarankan bahwa Iran bisa memerintahkan kelompok-kelompok ini untuk melanjutkan penembakan terhadap pasukan AS.
Siaga Tinggi
Media Israel, Ynet melaporkan, bahwa warga Israel juga sedang mengantisipasi serangan paling cepat Sabtu besok, setelah pemakaman Ismail Haniyeh di Qatar pada Jumat.
Mereka dalam keadaan siaga tinggi dan bersiap menghadapi "serangan besar" oleh Iran dan proksinya.
"Asumsinya adalah bahwa respons signifikan bisa datang dari berbagai lini dalam beberapa hari mendatang, yang mungkin dikoordinasikan oleh Iran beserta semua proksinya yakni Hizbullah, Houthi, dan milisi di Suriah dan Irak," tulis Ynet, Kamis.
Iran telah membentuk komite khusus yang termasuk anggota pasukan intelijen negara itu, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dan kepolisian untuk menyelidiki pembunuhan Ismail Haniyeh. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |