TIMES JAKARTA, JAKARTA – Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, menerima gelar doktor kehormatan dalam bidang ilmu sosial dari Universiti Tunku Abdul Razak (UTAN) di Selangor, Malaysia. Dalam orasi ilmiahnya pada acara penganugerahan tersebut, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu membahas tentang transformasi sosial Indonesia menuju status negara maju yang juga peduli pada isu global.
Megawati mengidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi oleh Indonesia dalam perjalanan transformasi sosialnya, termasuk disiplin nasional, kualitas pendidikan, dan penguasaan sains dan teknologi sebagai hambatan utama kemajuan bangsa.
“Namun menghadapi berbagai persoalan tersebut, setelah melakukan perenungan mendalam, hemat saya, transformasi sosial bangsa Indonesia ke depan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,” kata Megawati.
Poin pertama yang dibahas Megawati adalah pentingnya menjadikan Falsafah Pancasila sebagai dasar sistem pemerintahan negara. Pancasila, yang disampaikan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945, harus mencakup berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial, hukum, pertahanan, keamanan, dan pendidikan. Megawati menekankan bahwa Pancasila harus tetap menjadi pedoman dalam semua kebijakan dan tindakan pemerintah.
Poin kedua adalah pentingnya penyusunan Roadmap Blueprint Pembangunan masa depan. Megawati mengusulkan perencanaan jangka panjang yang melibatkan pandangan 25 tahun, 50 tahun, bahkan 100 tahun ke depan. Hal ini dianggapnya sebagai langkah kunci dalam mengarahkan pembangunan nasional.
Poin ketiga adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia secara progresif dan berkelanjutan. Megawati menekankan pentingnya meningkatkan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan individu dan kemampuan berdikari. Ia juga menyebutkan dampak perubahan iklim global, seperti global warming, yang dapat mengancam ketahanan pangan.
Poin keempat, kata Megawati, adalah pentingnya disiplin nasional dan internalisasi nilai dan budaya bangsa. Megawati menekankan nilai-nilai seperti keadilan, integritas, daya juang, dan kemampuan untuk berkolaborasi sebagai landasan penting dalam mendorong kemajuan sosial.
Poin kelima adalah tata kelola dan tata penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik. Megawati menekankan perlunya kepemimpinan strategis, kemampuan teknokrat, profesionalisme, dan tanggung jawab terhadap rakyat, bangsa, dan negara dalam menjalankan fungsi dasar negara secara berkeadilan.
“Konstruksi pemikiran ini di dalam pelaksanaannya memerlukan kepemimpinan strategis sebagai bauran kemampuan merancang visi masa depan, kemampuan teknokrat, profesionalisme. dan pentingnya tanggung jawab bagi kepentingan rakyat, bangsa, dan negara,” ujarnya
Dalam acara penganugerahan gelar doktor kehormatan tersebut, Megawati ditemani oleh keluarganya, termasuk putra dan putrinya, serta cucunya. Sejumlah tokoh penting juga hadir dalam acara ini, termasuk Mantan Menteri ESDM dan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, serta Kepala BPIP Yudian Wahyudi dan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian. Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Dato’ Indera Hermono, juga turut hadir dalam acara tersebut.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh dari Partai PDI Perjuangan, seperti Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah dan Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, serta beberapa anggota Fraksi PDIP di DPR. Jajaran UTAN yang hadir dipimpin oleh Canselor Universiti Tunku Abdul Rahman Tun Dr. Ling Liong Sik, Ketua Pengarah Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia Prof. Azlinda binti Azman, Senat Guru Besar Tan Sri Dato’ Seri Dr. Ting Chew Peh, hingga Presiden Universiti Tunku Abdul Rahman Prof. Dato’ Dr. Ewe Hong Tat.
Gelar doktor kehormatan ini merupakan yang ke-10 bagi Megawati Soekarnoputri dari berbagai universitas. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |