TIMES JAKARTA, MALANG – Pertempuran Israel-Iran terus berlanjut, ada indikasi Amerika Serikat "melibatkan diri" dengan memperbanyak kehadiran rombongan kapal induk ke Timur Tengah diduga untuk mengintimidasi Iran.
Saat perang Israel-Iran memasuki hari keempat dengan semakin banyaknya korban sipil di kedua belah pihak, Pentagon memerintahkan "gerombolan" kapal induk Nimitz merapat ke Timur Tengah.
Kapal induk Nimitz saat ini telah bergeser dari Laut China Selatan dan membatalkan rencana kunjungannya ke Vietnam. Nimitz akan bergabung bersama kapal induk Carl Winson yang sudah lebih dulu berada di sana.
Di dalam gerombolan kapal induk Nimitz itu ada 12 hingg 15 kapal angkatan laut, mulai dari kapal perusak hingga fregat dan kapal selam. Butuh waktu antara 10 hingga 14 hari akan sampai di laut Arab.
Seorang pakar militer, Mayor Jenderal Fayez al-Duwairi mengatakan, bahwa pengiriman kapal induk kedua ke Timur Tengah ini merupakan pesan ancaman yang jelas terhadap Iran, dengan menyatakan bahwa "Amerika Serikat sedang memobilisasi kekuatan destruktif dari kemampuan Iran."
Dalam analisisnya tentang situasi militer di kawasan tersebut, Al-Duwairi mencatat bahwa Washington menggandakan kekuatan dan upayanya dengan mengirim kapal induk kedua, sebagai tambahan pada kapal induk Carl Vinson yang sudah ada di kawasan tersebut lebih dulu.
Seperti dilaporkan Reuter, data pelacakan kapal menunjukkan bahwa kapal induk AS Nimitz meninggalkan Laut Cina Selatan pada Senin pagi tadi, menuju barat, dan membatalkan jadwal singgah di pelabuhan di Vietnam tengah.
Kemudian situs web Marine Traffic juga melaporkan, bahwa kapal induk itu bergerak ke arah barat menuju Timur Tengah, tempat konfrontasi antara Israel dan Iran meningkat .
Mengenai kemampuan Nimitz, pakar militer itu menjelaskan bahwa kapal ini tergolong kapal induk modern, yang mampu membawa sekitar 70 hingga 90 pesawat, dan beroperasi dalam kelompok tempur antara 12 dan 15 kapal angkatan laut, mulai dari kapal perusak hingga fregat dan kapal selam.
Ia menegaskan bahwa Nimitz akan membutuhkan waktu 10 hingga 14 hari untuk mencapai Laut Arab, dan menekankan bahwa kapal tersebut bisa memasuki pertempuran segera setelah mencapai landasan peluncuran pesawat dan rudal, serta dapat melakukannya sambil bergerak.
Pakar militer ini menyatakan keyakinannya, bahwa masuknya Amerika ke dalam perang bergantung pada sikap Presiden Donald Trump , terutama jika Israel tidak mampu menyelesaikan konflik dan tekanan dari rombongannya dan anggota Kongres ke arah ini.
Mengenai hambatan terhadap keterlibatan AS dalam perang, Al-Duwairi mengatakan, bahwa Washington memiliki pangkalan atau kehadiran militer di negara-negara Teluk, Irak, dan Yordania, dan menghindari penggunaan langsung mereka dalam pertempuran.
Namun pangkalan-pangkalan ini akan menjadi target langsung bagi Iran, menurut al-Duwairi, bahkan jika pesawat Amerika tidak lepas landas dari sana. Ini akan menekan Trump agar tidak terjerumus ke dalam perang regional yang diinginkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu , yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional .
Ia menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki kehadiran militer di 63 pangkalan darat dan udara di kawasan tersebut, menekankan bahwa mereka dapat berpartisipasi dalam pertempuran sejak saat diluncurkan.
Washington juga memiliki kehadiran yang kuat di pangkalan militer strategis di Samudra Hindia , yang menampung pesawat pengebom B-2 yang membawa bom GBU-57 (Induk dari Semua Bom).
Pada hari Minggu, Trump mengatakan kepada ABC News bahwa Amerika Serikat mungkin akan campur tangan untuk mendukung Israel dalam menghilangkan program nuklir Iran , tetapi ia menekankan bahwa negaranya saat ini tidak terlibat dalam konfrontasi tersebut.
Teheran menegaskan bahwa Amerika Serikat adalah mitra Israel dalam serangan terhadapnya, sebuah klaim yang dibantah Washington.
Namun, laporan Amerika dan Israel menunjukkan bahwa ada koordinasi Amerika-Israel, dan bahwa kemampuan militer Amerika mendukung kemampuan pertahanan udara Israel untuk mencegat rudal Iran.
224 Orang Tewas
Sejak Israel tiba-tiba tanpa alasan menyerang Iran Jumat dini hari lalu, korban di pihak Iran hingga kini telah mencapai 224 orang tewas dan 1200 orang lainnya luka-luka. Dari total itu 90% adalah warga sipil.
Sementara di pihak Israel korban mati di pihak Israel sebanyak 18 orang.
Senin ini rezim Israel melancarkan serangan terhadap Rumah Sakit Farabi di Kermanshah, Iran.
Senin pagi, Iran juga melakukan serangan dengan rudal besar-besaran terhadap target-target Israel.
Putaran terakhir serangan balasan Iran terhadap rezim Zionis diluncurkan pada dini hari Senin ketika beberapa rudal balistik yang ditembakkan oleh
Korps Garda Revolusi Islam menembakkan beberapa rudal balistik dsn mendarat di sasaran di Tel Aviv, Haifa, dan kota-kota di bagian tengah dan utara wilayah pendudukan seperti Bnei Brak.
Meski diserang tanpa alasan oleh Israel, program nuklir damai Iran akan terus dijalankan yang legitimasinya diambil dari Resolusi DK PBB 2231.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei dalam konferensi Senin tadi mengecam rezim Israel karena menciptakan preseden berbahaya dalam sejarah dengan menyerang fasilitas nuklir Iran.
Ia mengatakan, agresi Israel terhadap situs nuklir Iran telah merugikan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
"Iran mengharapkan negara-negara Eropa memfokuskan upaya mereka untuk menghentikan tindakan agresi Israel dan mengutuk serangan terhadap fasilitas nuklir Iran," tambah juru bicara itu.
Ia menyatakan bahwa aktivitas nuklir Iran sedang dipantau oleh Badan Tenaga Atom Internasional dan menjadi sasaran pemeriksaan paling ketat, seraya mencatat bahwa tidak ada ruang untuk alasan atau pembenaran apa pun atas kecurigaan tentang program damai tersebut.
"Program nuklir Iran masih hidup," tegasnya seraya menekankan bahwa hak nuklir Iran yang telah dilegitimasi oleh Resolusi DK PBB 2231 tidak bisa dicabut oleh organisasi mana pun.
Iran juga telah memberi tahu Qatar dan Oman bahwa mereka tidak akan berunding mengenai gencatan senjata dengan Amerika Serikat saat diserang Israel.
Namun Israel tetap ngotot memperingatkan menargetkan markas besar Kementerian Pertahanan Iran di Teheran dan sejumlah lokasi yang diduga terkait dengan program nuklir Iran, sementara rudal Iran menghindari pertahanan udara Israel dan menghantam gedung-gedung di dalam wilayah Israel.
Sementara itu Amerika Serikat sedang mengerahkan satu kapal induk lagi yakni USS Nimitz untuk memperkuat kehadiran kapal induk Carl Winson yang sudah berada di sana. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |