TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sejarah hari ini akan berkisah tentang mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso yang pada 14 Juli 2004 meninggal dunia. Hoegeng, salah satu tokoh petisi 50 ini adalah sosok polisi istimewa, yang pernah dipuji oleh Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai sosok polisi jujur di Indonesia.
14 Juli juga mencatat beberapa peristiwa penting lainnya, seperti peringatan Hari Pajak dan peristiwa Bastille di Prancis yang pada perayaan di tahun 2016 berubah menjadi peristiwa berdara akibat serangan teroris.
2004: Kapolri Hoegeng Imam Santoso Meninggal Dunia
Kapolri Hoegeng Imam Santoso. (foto: kompas)
Mantan Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Purnawirawan Hoegeng Iman Santoso, Rabu (14/7/2004) dini hari, meninggal dunia di Unit Stroke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta Pusat.
Tokoh Petisi 50 ini lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921. Saat menjabat Kapolri dari 1968-1971, mantan Kepala Jawatan Imigrasi RI ini, membongkar kasus penyelundupan mobil mewah.
Hoegeng juga penganjur pemakain helm dan anjuran kaki mengangkang bagi yang dibonceng saat mengendarai sepeda motor. "Bukan apa-apa. Aspal lebih keras dari kepala," kata Hoegeng saat itu.
Hoegeng dikenal sebagai polisi yang mempunyai integritas tinggi, bersih dan jujur. Namanya disebut Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai sosok polisi jujur.
Dikutip dari kompas.com, dalam pemberitaan Harian Kompas, 1 September 2006, Gus Dur menghadiri sebuah diskusi di Bentara Budaya Jakarta, pada 31 Agustus 2006. Saat itu Gus Dur mengungkapkan, di Indonesia hanya ada tiga polisi yang baik. Tiga polisi itu, pertama, mantan Kepala Polri, almarhum Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Kedua, patung polisi, dan ketiga adalah polisi tidur. Kala itu, Gus Dur melontarkan lelucon di sela menyinggung pemberantasan korupsi.
Usai lulus dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur sebelum dipindah sebagai Kepala Reskrim di Sumatera Utara. Wilayah ini dulu dikenal dengan penyelundupan.
Oleh para bandar judi, rumah dinas Hoegong dipenuhi dengan perabot. Perabot itu dikeluarkan secara paksa oleh Hoegeng dari rumahnya dan ditaruh di pinggir jalan. Sikap Hoegeng ini pun membuat gempar Kota Medan.
Selepas dari Medan, Hoegeng ditugaskan Presiden Soekarno untuk menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi.
Chris Siner Key Timu dalam artikel "Pak Hoegeng dalam Kenangan" yang dimuat di Harian Kompas, 15 Juli 2004, menceritakan, Hoegeng kemudian meminta istrinya, Merry untuk menutup toko kembang. Ketika istrinya protes, Hoegeng menjawab. "Nanti semua yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang Ibu Merry dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya," tulis Chris.
Pada 1968, Presiden Soeharto mengangkat Hoegeng sebagai Kepala Polri menggantikan Soetjipto Yudodihardjo. Pada 1971, Hoegeng berhasil membekuk penyelundupan mobil mewah melalui Pelabuhan Tanjung Priok yang ternyata dibekingi tentara. Namun, keberhasilannya ini juga menjadi akhir karirnya, karena Soeharto kemudian mengantinya dengan alasan "regenerasi".
2016: Serangan Teroris dalam Perayaan Bastille
Polisi memeriksa truk yang digunakan teroris untuk menabrak kerumuman warga yang merayakan perayaan Bastille di Niice, Prancis. (foto: Reuters/Eric Gaillard)
Sedikitnya 80 orang tewas dan 100 luka-luka setelah sebuah truk menabrakkan diri ke kerumunan orang-orang yang sedang meninggalkan peringatan Hari Bastille pada 14 Juli 2016 malam di Nice, Perancis. Penyerang yang kemudian ditembak mati aparat itu diketahui sebagai warga Perancis keturunan Tunisia berusia 31 tahun yang tinggal di Nice.
Presiden Perancis Francois Holland mengatakan peristiwa ini adalah serangan teroris.
Hari Bastille adalah nama lain untuk Hari Nasional Prancis yang dirayakan tanggal 14 Juli setiap tahunnya. Di Prancis, nama resminya adalah La Fête Nationale (Perayaan Nasional) dan umumnya Le quatorze juillet (Empat Belas Juli).
Peringatan ini menandai ulang tahun penyerbuan benteng besar yang menahan tahanan politik, sebagai pertanda Revolusi Prancis di Paris pada 1789.
Kala itu, Prancis menghadapi kemarau panjang yang mengakibatkan kurangnya pasokan makanan sekaligus terhimpit pajak yang tinggi. Raja Louis XVI yang khawatir mencoba meredam revolusi politik yang saat itu mendidih. Namun, para tentara revolusi melakukan perlawanan dengan penyerbuan untuk menjarah senjata.
2017: Peringatan Hari Pajak Nasional
Setiap tanggal 14 Juli, Indonesia memperingati sebagai Hari Pajak Nasional. Keputusan ini tertuang dalam keputusan Dirjen Pajak No. KEP-313/PJ/2017.
“Dalam rangka penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa, menguatkan jati diri organisasi DJP, serta memotivasi pengabdian para pegawai DJP kepada Tanah Air Indonesia, perlu menetapkan 14 Juli 1945 sebagai Hari Pajak yang diperingati di lingkungan DJP,” bunyi pertimbangan KEP-313/PJ/2017.
Keputusan Dirjen Pajak tersebut menetapkan tanggal 14 Juli 1945 sebagai Hari Pajak. Penetapan itu dikarenakan 14 Juli 1945 merupakan momentum penting dalam sejarah perjalanan organisasi perpajakan di Indonesia.
Urusan pajak masuk dalam perumusan UUD 1945. Pada siang 14 Juli 1945, muncul rumusan dalam Bab VII Hal Keuangan - Pasal 23 butir kedua dinyatakan “segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Pembahasan khusus kemudian dilakukan pada tanggal 16 Juli 1945 yang merincinya sebagai sumber-sumber penerimaan utama negara dan menjadi isu utama sidang. Berdasarkan hal itu, Dirjen Pajak menetapkan setiap 14 Juli sebagai Hari Pajak. Tahun ini, tema Hari Pajak adalah "Bersama Pajak Atasi Pandemi Pulihkan Ekonomi". (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |