TIMES JAKARTA, JAKARTA – Dalam 48 jam terakhir, puluhan anggota kelompok bersenjata yang selama ini melawan Hamas, telah menyerahkan diri kepada dinas keamanan Hamas di Jalur Gaza.
Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza telah berkali kali mengimbau agar anggota kelompok bersenjata yang menjadi kaki tangan Israel di Gaza itu untuk segera menyerahkan diri.
Kementerian Dalam Negeri di jalur Gaza menekankan, bahwa pembunuhan terhadap pimpinan mereka, Yasser Abu Shabab adalah nasib yang tak bisa dihindari karena telah berkhianat terhadap rakyat Palestina.
Beberapa waktu lalu Yasser Abu Shabab dibunuh oleh kelompok penyerangan lainnya tak dikenal karena disebut-disebut telah berkhianat terhadap rakyat dan tanah air Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas juga menyebut, bahwa nasib pemimpin bersenjata Yasser Abu Shabab, agen yang selama ini telah menjadi kaki tangan Israel itu adalah nasib yang tak terhindarkan bagi seseorang yang mengkhianati rakyatnya dan tanah airnya.
Puluhan anggota kelompok bersenjata yang menyerahkan diri itu tergabung dalam milisi suku yang selama ini justru melawan Hamas.
Penyerahan diri puluhan kelompok bersenjata yang melawan Hamas itu disiarkan Lembaga Penyiaran Israel, Minggu kemarin setelah mengutip sumber-sumber Palestina.
Sumber-sumber di sana melaporkan, bahwa operasi persetujuan sendiri telah meningkat secara signifikan sejak hari Jumat, dan telah terkonsentrasi di daerah Rafah dan Khan Yunis , tempat milisi bersenjata paling terkemuka yang selama ini mendapatkan dukungan dari Israel.
Langkah itu dilakukan setelah Hamas mengumumkan memberi batas waktu 10 hari bagi siapa pun yang tergabung dalam milisi itu untuk menyerahkan diri dan senjata mereka.
Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza Jumat lalu dalam sebuah pernyataan kepada Al Jazeera juga mengatakan, bahwa mereka akan memproses berkas-berkas mereka yang menyerahkan diri dan mempermudah prosedur persidangan mereka, seraya menekankan bahwa payung perlindungan pendudukan bagi para pengkhianat juga tidak akan bertahan lama.
Kementerian tersebut menegaskan bahwa Israel tidak akan berhasil merusak persatuan rakyat Palestina dan kohesi nasional mereka. Bahwa geng-geng teroris yang dibentuk oleh Israel yang ditujukan untuk mengusik arena internal tetap akan terisolasi tanpa dukungan rakyat atau masyarakat Palestina hingga mereka menemui nasib kepunahan."
Salah satu pemimpin Persatuan Klan di Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Otoritas Penyiaran pada hari Minggu kemarin, bahwa klan-klan tersebut sangat prihatin dengan milisi yang didanai oleh Israel itu.
Dikatakan milisi-milisi ini akan lenyap tidak peduli seberapa besar Israel mencoba mendukung mereka, mengingat bahwa tujuan kelompok-kelompok ini adalah untuk membantu Israel yang selama dua tahun perang tidak pernah berhasil menemukan terowongan.
Rabu lalu, radio militer Israel mengumumkan bahwa Yasser Abu Shabab, seorang komandan milisi bersenjata mati oleh penyerang lain yang tak dikenal di sebelah timur Rafah, Jalur Gaza.
Namun waktu itu Israel menyebut penyebab kematiannya masih belum jelas, dengan laporan yang saling bertentangan bocor ke pers Israel mengenai bagaimana dan dimana ia dibunuh.
Melanggar Gencatan Senjata
Sementara itu sampai hari ke-59 kesepakatan gencatan senjata, tak seharipun Israel tidak melanggarnya.
Setiap hari Israel masih terus melakukan penyerangan di Gaza dan telah membunuh ratusan warga sipil Palestina di Gaza. Bahkan Israel juga terus menerus menghancurkan bangunan-bangunan rumah dan gedung di Gaza.
Dengan tanpa menyinggung pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tentara Israel, Minggu kemarin Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa fase pertama perjanjian gencatan senjata hampir selesai dan mencatat bahwa fase kedua akan menjadi yang paling sulit dimana tujuannya adalah untuk melucuti senjata Hamas.
Netanyahu berharap bisa segera memasuki fase kedua dari rencana gencatan senjata yang disponsori Amerika Serikat itu.
Berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Friedrich Merz setelah pertemuan kedua pemimpin, Netanyahu mengatakan: "Kami membahas bagaimana mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza. Kami telah menyelesaikan bagian pertama, dan kemudian kami berharap dapat segera memasuki fase kedua, yang lebih sulit. (*)
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |