TIMES JAKARTA, JAKARTA – Taliban berhasil merebut kekuasannya kembali yakni Afganistan setelah diambil alih oleh Amerika Serikat (AS), yang semula adalah sekutunya dalam mengusir tentara Uni Soviet.
Pengamat sosial ekonomi dan keagamaan Indonesia, Anwar Abas mengatakan, saat Uni Soviet angkat kaki dari bumi Afghanistan, AS mulai menggerogoti kekuasan Taliban dan membentuk citra buruk tentang rezim tersebut.
Sala satunya kata Anwar Abas yakni dengan menuduh mereka tidak mengindahkan HAM dan sebagai sarang teroris yang sangat merugikan nama baik Taliban.
Apalagi dengan peristiwa 11 September 2001 yang mengerikan itu dimana sebuah pesawat ditabrakkan oleh pilotnya ke sebuah gedung pencakar langit di New York AS yang mengakibatkan gedung itu hancur berkeping-keping
"Dengan menuduh Osamah Bin Laden dan rezim Taliban sebagai otak dan dalangnya," katanya kepada TIMES Indonesia Selasa (17/8/2021).
Padahal lanjut Ketua PP Muhammadiyah itu, Osamah Bin Laden adalah seorang pengusaha kaya yang telah diajak oleh AS untuk membiayai pengusiran Uni Soviet.
Tetapi begitu tujuan Paman Sam itu tercapai, dan Uni Sovyet hengkang dari Afghanistan, Osamah Bin Laden juga dimusuhi dan dikejar-kejar oleh AS. Sehingga praktis dengan demikian rezim yang berkuasa Dikabul yang dipegang oleh Hamid Karzai menjadi rezim boneka dari AS.
Tetapi, lanjut dia, Taliban tidak menyerah dan mereka melakukan perang gerilya yang sangat merepotkan Negeri yang kini dinahkodai oleh Joe Biden bahkan tidak hanya secara militer tapi juga secara financial.
"Selama dua dekade tersebut, Amerika telah menghabiskan anggarannya lebih dari US$ 1 Trilliun sehingga akhirnya setelah 20 tahun berlalu presiden Donald Trump kemudian dilanjutkan oleh joe biden setelah bernegosiasi dengan Taliban memutuskan untuk menarik pasukannya secara total dari afghanistan selambat-lambatnya tanggal 31 Agustus 2021," jelasnya.
Tapi sekitar dua minggu sebelum tenggat waktu tersebut, Taliban sudah bisa merebut ibu kota Kabul dan merebut kekuasan sehingga sang Presiden terpaksa melarikan diri ke luar negeri.
Seperti yang diketahui, Presiden Ghani meninggalkan Kabul ketika Taliban mendekati ibu kota. Taliban akhirnya memasuki kota dan mengambil alih istana presiden. Taliban menyegel kemenangan militer nasional hanya dalam 10 hari.
Ghani menyebut kepergiannya itu untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah. "Mencegah banjir pertumpahan darah," jelasnya.
Taliban Menghormati HAM
Wakil Ketua umum MUI itu juga menyampaikan, satu hal yang sangat penting adalah, begitu Taliban berhasil menumbangkan Afghanistan tersebut, Taliban dengan cerdik memberikan penjelasan kepada dunia, bahwa mereka akan menghormati HAM dan memberikan kebebasan kepada perempuan untuk bergerak dan beraktifitas asal mereka memakai hijab.
Hal ini tentu saja telah berhasil membuat simpati dunia, sehingga kesan buruk tentang Taliban selama ini mulai terkikis secara signifikan dan China sebagai negara yang bertetangga dengannya, dengan cerdik memanfaatkan situasi yang ada.
Diketahui, pemerintah china menyatakan dirinya siap untuk bekerjasama dengan Taliban. Hal ini tentu saja akan di sambut baik oleh Taliban karena mereka yakin memang tidak akan ada negara-negara maju di dunia sekarang ini yang akan bisa membantu mereka.
Bagi memulihkan ekonomi negara mereka yang sudah hancur lebur tersebut, kecuali hanya China yang memang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia saat ini. Tetapi kalau Taliban tidak berhati-hati dalam menjalin kerja sama, maka lewat kekuatan kapitalnya China tentu akan bisa menjepit rezim Thaliban lewat jebakan hutangnya.
"Sehingga tidak mustahil nasib buruk akan terulang kembali sehingga peribahasa lepas dari mulut harimau masuk ke dalam mulut buaya tidak mustahil akan bisa menimpa mereka. Dan itu tentu saja tidak kita inginkan karena kita berharap Afghanistan akan bisa menjadi sebuah negara maju dan dihormati serta benar-benar berdaulat baik secara ekonomi maupun politik," ujarnya soal Taliban. (*)
Pewarta | : Moh Ramli |
Editor | : Deasy Mayasari |