TIMES JAKARTA, JAKARTA – Malam Bakti Santri untuk Negeri yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat (24/10/2025) malam kemarin berlangsung penuh khidmat.
Malam Bakti Santri untuk Negeri merupakan puncak rangkaian Peringatan Hari Santri 2025 yang digelar Kemenag, sekaligus momentum perjalanan satu dekade penetapan Hari Santri sebagai agenda nasional.
Dalam laporannya pada Malam Bakti Santri untuk Negeri, Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Amien Suyitno, menyampaikan apresiasi dan penghormatan mendalam atas peran santri dalam sejarah bangsa, serta kontribusinya yang terus berkembang dalam berbagai sektor kehidupan.
“Malam Bakti Santri bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah pengingat akan cinta dan bakti santri kepada tanah air, serta komitmen pesantren dalam membentuk karakter bangsa,” ucap Dirjen Pendis Kemenag Amien Suyitno dikutip pada Sabtu (25/10/2025).
Amien Suyitno menuturkan bahwa kata bakti yang dijadikan tema acara bukan tanpa alasan. Menurutnya, pesantren sejak awal berdiri dibangun atas fondasi nilai keikhlasan dan pengabdian. Santri tidak dididik semata untuk memiliki pengetahuan agama, namun juga kesiapan untuk mengabdi kepada umat, masyarakat, dan negara.
Menurutnnya, santri lahir dari ruang-ruang sederhana: surau kecil, langgar kampung, dan pondok pesantren yang tumbuh dengan penuh perjuangan. Di tempat-tempat inilah santri ditempa menjadi pribadi yang beradab dan mengerti hormat kepada guru, berjiwa tawadhu, memiliki keteguhan mental, sekaligus mencintai tanah air, ucapnya.
Dirjen kembali mengingatkan bahwa kontribusi pesantren terhadap republik sudah dimulai jauh sebelum proklamasi kemerdekaan. Pesantren menjadi pusat dakwah, pusat pendidikan masyarakat, dan pusat perlawanan terhadap kolonialisme.
“Semangat keberanian Pangeran Diponegoro, gagasan kebangsaan KH. Hasyim Asy’ari, hingga Resolusi Jihad 1945 yang membangkitkan gelora perlawanan rakyat pada peristiwa 10 November, semuanya lahir dari tradisi perjuangan santri,” ujarnya.
Menurut Amien Suyitno, wajah santri saat ini telah berevolusi sesuai tuntutan zaman. Santri tidak hanya ahli dalam disiplin keagamaan, tetapi juga menjadi ilmuwan, dokter, teknokrat, ahli komunikasi, entrepreneur, aktivis kemanusiaan, dan pemimpin lembaga publik.
Ia memberi contoh Santri Penerima Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang kini bekerja di rumah sakit pelosok negeri, merawat masyarakat terpencil dengan pondasi nilai agama yang kuat.
Dirjen menyampaikan apresiasi kepada Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, atas bimbingan dan komitmennya dalam memperkuat ekosistem pesantren, termasuk penguatan tata kelola, peningkatan kualitas pendidikan, dan berbagai program afirmasi bagi santri.
Ia juga menyoroti dan penghargaan atas keberpihakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden H. Prabowo Subianto, terutama dalam kebijakan Undang-Undang Pesantren, Perpres Pendanaan Pesantren, hingga rencana pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren.
“Ini adalah babak baru sejarah pesantren. Dengan hadirnya Ditjen Pesantren, negara bukan hanya hadir, tetapi diharapkan dapat hadir secara lebih dekat, lebih sistemik, dan lebih berdampak,” ungkapnya.
“Semoga Malam Bakti Santri ini memperkuat semangat kebangsaan kita, meneguhkan pesantren sebagai pusat peradaban, dan mempererat sinergi pesantren-pemerintah dalam membangun Indonesia yang berkemajuan dan penuh keberkahan,” tutup Dirjen.
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Imadudin Muhammad |