TIMES JAKARTA, ISTANBUL – Istanbul, sebuah kota dengan sejarah di Turki, tidak hanya dikenal karena keindahan arsitekturnya, tetapi juga karena benteng Konstatinopel yang pernah menjadi salah satu pertahanan terkuat di dunia.
Benteng Konstantinopel, yang dibangun untuk melindungi Byzantium (Romawi Timur), memiliki peran krusial dalam mempertahankan keberlangsungan kekaisaran Konstantin Agung pada tahun 324 SM hingga berabad-abad setelahnya.
Penasaran dengan hal itu, TIMES Indonesia mencoba menelisik lebih dalam bagaimana sejarah Benteng Konstatinopel yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Seorang mahasiswa pascasarjana yang tengah menimba ilmu di Istanbul, Moch Nur Syahrus Syahbana menggambarkan bagaimana benteng ini menjadi simbol kekuatan Byzantium.
Menurutnya, inilah alasan utama mengapa Romawi Timur mampu bertahan jauh lebih lama dibandingkan Romawi Barat, yang runtuh lebih awal dengan pusat kekuasaan di Roma, Italia.
"Benteng ini adalah salah satu benteng terkuat dalam sejarah, yang mampu menahan berbagai serangan dari luar. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa benteng ini hanya bisa ditaklukkan oleh sosok yang spesial," ujar Moch Nur, Senin (26/8/2024).
Keberadaan benteng ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi para sahabat Nabi yang terinspirasi oleh sabda tersebut. Namun, upaya mereka untuk menaklukkan benteng ini selalu gagal.
Hal ini semakin memperkuat fakta bahwa benteng tersebut memang sangat kokoh dan tidak mudah ditembus oleh serangan apapun.
Baru pada tahun 1453 M, berabad-abad kemudian, Konstantinopel akhirnya berhasil ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, sosok yang dikenal sebagai penakluk besar dalam sejarah Islam.
Benteng Konstantinopel ini mengelilingi kawasan kota tua Istanbul, dengan panjang mencapai belasan hingga puluhan kilometer.
Dahulu, benteng ini berfungsi sebagai perlindungan utama dari invasi musuh, dengan dinding-dindingnya yang tebal dan tinggi.
Meskipun sebagian besar benteng telah mengalami kerusakan akibat perang dan waktu, sisa-sisa tembok tersebut masih terlihat kokoh hingga hari ini, menjadi saksi bisu dari peristiwa besar yang pernah terjadi di tanah Istanbul.
Para pengunjung yang datang ke Istanbul dapat melihat secara langsung bagaimana tembok-tembok ini masih berdiri dengan gagah, menyisakan cerita-cerita kejayaan masa lampau.
Bagi sebagian orang, benteng ini bukan sekadar struktur pertahanan, tetapi juga simbol kebesaran dan kekuatan dari sebuah kekaisaran yang mampu bertahan lebih lama dari pendahulunya di Barat.
Selain menjadi daya tarik wisata sejarah, benteng ini juga menyimpan nilai spiritual bagi umat Muslim. Hal ini tidak lepas dari sabda Nabi Muhammad SAW yang memprediksi penaklukan Konstantinopel.
Kisah penaklukan ini menjadi bagian penting dalam sejarah dunia Islam, di mana Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan kota yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus.
Biografi Singkat Sultan Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk
Sosok Sultan Muhammad Al-Fatih telah menjadi legenda di kalangan umat Muslim dan sejarawan. Dilahirkan pada tahun 1432, Al-Fatih dibesarkan dengan pendidikan yang kuat, baik dalam ilmu agama maupun ilmu militer.
Sejak usia muda, dia sudah memiliki visi besar untuk menaklukkan Konstantinopel, sebuah kota yang dianggap mustahil untuk ditembus.
Pada tahun 1453, setelah persiapan panjang dan strategi yang matang, Al-Fatih akhirnya berhasil menaklukkan kota ini. Dengan demikian, ramalan Nabi Muhammad SAW pun terbukti.
"Saat itu usia Al-Fatih 21 tahun," tambah Moch Nur.
Penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih menandai berakhirnya Kekaisaran Byzantium dan mengawali era kejayaan Kekaisaran Ottoman.
Sejarawan mencatat bahwa penaklukan ini tidak hanya penting dari segi militer, tetapi juga membawa dampak besar dalam perkembangan dunia Islam.
Konstantinopel, yang kemudian dikenal sebagai Istanbul, menjadi pusat peradaban Islam dan simbol kemenangan besar.
Benteng Konstantinopel bukan hanya sebatas tembok pertahanan. Ia merupakan simbol dari kejayaan sebuah peradaban yang mampu bertahan melawan berbagai ancaman dari luar.
Hingga kini, sisa-sisa benteng tersebut masih dapat dilihat di beberapa sudut kota Istanbul, seakan mengingatkan kita pada masa-masa di mana kota ini menjadi pusat kekuasaan dunia.
Bagi para wisatawan dan peneliti sejarah, mengunjungi benteng ini memberikan pengalaman yang mendalam tentang bagaimana sebuah kota kuno bisa bertahan melawan berbagai invasi.
Benteng ini juga mengingatkan kita akan pentingnya persiapan dan strategi dalam menghadapi tantangan, sebagaimana yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukannya yang legendaris.
Kini, meski Istanbul telah berubah menjadi kota metropolitan modern, sisa-sisa Benteng Konstantinopel tetap berdiri sebagai simbol kebesaran masa lalu.
Benteng Konstatinopel di Istanbul,Turki tidak hanya menjadi saksi bisu dari penaklukan besar yang dilakukan oleh Al-Fatih, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang kekuatan, strategi, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan zaman. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Benteng Konstantinopel Jadi Saksi Kekuatan Byzantium di Kota Lama Istanbul
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Yatimul Ainun |