TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pemerintah Filipina umumkan darurat ketahanan pangan untuk menanggulangi tingginya harga beras yang terus meresahkan masyarakat. Langkah ini diumumkan setelah harga beras di negara itu melonjak sekitar 20% sepanjang tahun 2024.
Kebijakan darurat ini diharapkan dapat menstabilkan pasar beras dan memberikan akses yang lebih baik bagi jutaan konsumen yang bergantung pada pangan pokok ini.
Meningkatnya Harga Beras di Filipina
Pada tahun 2024, Filipina menghadapi krisis pangan yang cukup serius. Harga beras terus merangkak naik meski pemerintah telah mengurangi tarif impor beras dari 35% menjadi 15% pada bulan Juli. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap pasar beras domestik. Namun upaya tersebut belum cukup untuk mengatasi lonjakan harga.
Sebagai salah satu importir beras terbesar di dunia, Filipina sangat bergantung pada pasokan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestiknya. Meskipun demikian, harga beras lokal tetap tinggi akibat sejumlah faktor, termasuk dampak perubahan iklim yang memengaruhi hasil panen serta ketergantungan negara pada negara-negara penghasil beras seperti Vietnam dan Thailand.
Darurat Ketahanan Pangan, Apa yang Berubah?
Dalam langkah cepat untuk mengatasi permasalahan ini, Menteri Pertanian Filipina, Francisco Tiu Laurel Jr., menyatakan bahwa keadaan darurat pangan akan memungkinkan pemerintah untuk melepaskan stok cadangan beras yang dimiliki oleh Otoritas Pangan Nasional (NFA). “Deklarasi darurat ini memberikan kami wewenang untuk mengoptimalkan distribusi beras dari cadangan negara guna menstabilkan harga dan memastikan aksesibilitas beras bagi masyarakat,” ungkap Laurel dalam keterangan resmi yang dilaporkan oleh The Manila Times.
Meskipun Undang-Undang Tarifisasi Beras membatasi penjualan langsung beras oleh NFA kepada konsumen, peraturan tersebut memberikan keleluasaan bagi Menteri Pertanian untuk mengeluarkan keputusan darurat ketika situasi pangan menjadi kritis.
Dalam hal ini, langkah tersebut memungkinkan NFA untuk merilis hingga 150.000 metrik ton beras dari cadangan yang dimiliki, untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pasokan.
Tantangan Berat
Saat ini, NFA Filipina memiliki sekitar 300.000 metrik ton cadangan beras. Dalam enam bulan ke depan, lembaga tersebut berencana untuk melepaskan setengah dari jumlah tersebut ke pasar.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya jangka pendek untuk menurunkan harga beras dan meningkatkan ketersediaan pangan bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang paling terdampak.
Namun, krisis harga beras tidak hanya masalah internal Filipina. Faktor global seperti ketegangan perdagangan internasional dan perubahan iklim juga turut mempengaruhi pasokan beras global.
Dalam laporan terbaru, Bank Dunia memperingatkan bahwa kenaikan harga pangan, termasuk beras, dapat terus berlanjut, yang akan memperburuk ketahanan pangan di negara-negara berkembang seperti Filipina.
Ketahanan Pangan di Filipina
Filipina menghadapi tantangan berat dalam menjaga stabilitas harga beras, yang merupakan makanan pokok bagi lebih dari 100 juta penduduknya. Sejumlah langkah darurat diharapkan dapat memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen, terutama mereka yang paling terdampak oleh lonjakan harga.
Namun, tantangan jangka panjang tetap ada. Untuk mengatasi masalah ketahanan pangan secara berkelanjutan, Filipina harus mengeksplorasi lebih banyak solusi. Mulai dari peningkatan produksi domestik hingga kerjasama internasional dengan negara-negara penghasil beras besar.
Pemerintah juga perlu memperkuat ketahanan sistem pangan nasional agar dapat menghadapi potensi krisis serupa di masa depan.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Harga Beras Naik, Filipina Umumkan Darurat Ketahanan Pangan
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |