TIMES JAKARTA, JAKARTA – Atlet olimpiade asal Uganda, Rebecca Cheptegei, 33, meninggal dunia, Kamis (4/9/2024) setelah dirawat di rumah sakit akibat dibakar oleh pacarnya, Dickson Ndiema, di rumahnya di Endebess di wilayah barat Trans-Nzoia.
"Kami telah mendengar tentang meninggalnya atlet Olimpiade kami, Rebecca Cheptegei... setelah serangan kejam oleh pacarnya," kata Donald Rukare dalam sebuah posting di X.
"Cheptegei, 33, menderita luka bakar hingga 80 persen di sekujur tubuhnya," kata penjabat kepala Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Moi (MTRH) di kota Eldorect, Lembah Rift, tempat dia dirawat, kepada wartawan.
"Semua organ tubuhnya rusak tadi malam," kata seorang petugas medis di fasilitas itu kepada AFP, Kamis (5/9/2024).
Menurut Komandan Polisi daerah Trans Nzoia, Jeremiah ole Kosiom, Dickson Ndiema, hari Minggu lalu membeli sekaleng bensin kemudian dituangkannya ke tubuh Rebecca dan membakarnya pada hari itu.
Rebecca Cheptegei baru saja mengikuti kompetisi maraton wanita di Olimpiade, Paris, Prancis.
Rebecca Cheptegei meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Kenya, setelah 80% tubuhnya terbakar akibat serangan pasangannya itu.
Seorang juru bicara rumah sakit mengatakan, pelari jarak jauh itu meninggal lebih awal setelah organ tubuhnya tidak berfungsi. Ia telah dibius sepenuhnya saat masuk ke rumah sakit di kota Eldoret.
Belum sampai sebulan lalu, Rebecca Cheptegei mengikuti berkompetisi maraton wanita di Olimpiade Paris saat terjadi serangan dari pasangannya itu. Rebecca waktu itu finis di posisi ke-44.
Ayahnya, Joseph Cheptegei mengatakan, ia berharap bisa mendapatkan keadilan bagi putrinya yang sangat mendukung yang telah meninggal.
Komite Olimpiade negara itu mengumumkan pada hari Kamis, bahwa Rebecca Cheptegei menderita luka bakar hingga 80 persen di sekujur tubuhnya akibat dibakar pacarnya di rumahnya di Kenya pada hari Minggu.
Atlet Olimpiade itu sempat berkompetisi dalam maraton putri di Olimpiade Paris pada tanggal 11 Agustus, dan berada di posisi ke-44.
Media Kenya melaporkan bahwa salah satu putri Cheptegei menyaksikan penyerangan itu di rumah ibunya.
"Dia sempat menendang saya, saat saya mencoba lari untuk menyelamatkan ibu saya," kata putri Rebecca seperti dilaporkan The Standard dari Kenya.
"Saya langsung berteriak minta tolong, dan tetangga pun berusaha memadamkan api dengan air, tapi tidak berhasil," kata gadis yang tidak disebutkan namanya itu. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |